Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Unik Fossa, Hewan Endemik Predator Puncak di Pulau Madagaskar 

Fossa (commons.wikimedia.org/Raynewright)
Fossa (commons.wikimedia.org/Raynewright)

Pulau Madagaskar terkenal karena kekayaan fauna uniknya yang jarang kita ketahui. Salah satu fauna endemik yang hanya bisa ditemukan di pulau ini adalah fossa. Fossa, dengan nama ilmiah Cryptoprocta ferox, adalah mamalia karnivora yang menjadi predator puncak di Madagaskar.

Meskipun tampilannya mirip dengan puma dan memiliki ciri-ciri yang menyerupai anjing serta kucing, siapa sangka ternyata fossa berkerabat dekat dengan luwak. Ingin tahu lebih banyak tentang keunikan fossa? Yuk, simak enam fakta menarik tentang hewan ini di artikel berikut!

1.Ekor fossa hampir sepanjang tubuhnya

Fossa (commons.wikimedia.org/Heinonlein)
Fossa (commons.wikimedia.org/Heinonlein)

Salah satu ciri unik dari fossa adalah ekornya yang hampir sepanjang tubuhnya. Fossa memiliki tubuh ramping berwarna cokelat dengan tungkai berotot. Dilansir Animal Diversity Web, panjang tubuh fossa berkisar antara 61 hingga 80 cm, dan tingginya sekitar 37 cm. Bentuk kepala fossa mirip dengan luwak, meskipun moncongnya lebih lebar dan pendek. Fossa juga memiliki mata cokelat yang indah dengan jarak antara kedua matanya yang relatif lebar.

2.Hewan karnivora yang aktif secara katemeral

Fossa (commons.wikimedia.org/Ran Kirlian)
Fossa (commons.wikimedia.org/Ran Kirlian)

Sebagai hewan karnivora, fossa memangsa mamalia kecil, burung, amfibi, reptil, dan terutama lemur. Fossa termasuk hewan katemeral, yang artinya waktu aktivitasnya tidak tetap dan bisa berubah-ubah. Puncak aktivitasnya bisa terjadi pada pagi, siang, atau malam hari. Fossa sering menghabiskan waktu di atas pohon, dan biasanya beristirahat di gua atau pohon berlubang pada siang hari.

3.Hewan soliter yang menandai wilayah kekuasaannya dengan aroma

Fossa (commons.wikimedia.org/zoofanatic)
Fossa (commons.wikimedia.org/zoofanatic)

Fossa adalah hewan soliter, yang lebih suka hidup sendiri. Mereka hanya berinteraksi dengan individu lain dari spesiesnya selama musim kawin atau ketika sedang merawat anaknya. Sebagai hewan soliter, fossa sangat menjaga wilayah kekuasaannya, yang ditandai dengan aroma dari kelenjar duburnya untuk memberi tahu fossa lain tentang keberadaannya.

4.Fossa betina adalah hewan poliandri

Fossa (commons.wikimedia.org/Jean Ogden)
Fossa (commons.wikimedia.org/Jean Ogden)

Fakta unik lainnya adalah bahwa fossa betina bersifat poliandri, artinya mereka kawin dengan beberapa jantan dalam satu musim kawin. Perkawinan biasanya terjadi pada bulan September dan Oktober, dan anak-anak fossa lahir pada bulan Desember atau Januari. Dilansir Animalia, selama musim kawin, fossa betina akan memanjat pohon dan mengeluarkan aroma serta suara khas untuk menarik perhatian jantan. Fossa jantan kemudian akan berkumpul di bawah dan bersaing untuk mendapatkan kesempatan kawin.

5.Hewan yang sangat lincah dalam melompat dan memanjat

Fossa berada di dahan pohon (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
Fossa berada di dahan pohon (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Dilansir National geographic, ekornya yang panjang dan ramping sangat membantu kelincahan fossa dalam melompat dan memanjat. Mereka bergerak dengan telapak kaki yang datar dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini memberikan mereka lebih banyak stabilitas saat melakukan pendaratan di cabang-cabang pohon.

6.Fossa berkomunikasi dengan aroma dan suara

Fossa (commons.wikimedia.org/Heinonlein)
Fossa (commons.wikimedia.org/Heinonlein)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fossa menandai wilayah kekuasaannya menggunakan aroma untuk mengomunikasikan keberadaan mereka kepada fossa lain. Fossa akan menggunakan berbagai vokalisasi terutama selama musim kawin. Vokalisasi yang panjang dan tinggi digunakan untuk perhatian fossa lainnya.

Fakta-fakta di atas menunjukkan betapa menariknya fossa sebagai hewan endemik Madagaskar. Sayangnya, populasi fossa saat ini mengalami penurunan dan termasuk hewan kategori rentan menurut IUCN. Penurunan populasi ini disebabkan oleh hilangnya habitat fossa karena hutan-hutan Madagaskar kini terfragmentasi menjadi petak-petak hutan sehingga habitat fossa semakin sedikit. Selain itu, manusia juga menjadi ancaman bagi fossa, karena mereka melihat fossa sebagai predator berbahaya bagi unggasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us