5 Fakta Ular Tambak, Banyak Muncul di Wilayah Perairan

Ular tambak (Cerberus rynchops) sebenarnya punya beberapa nama lain, semisal ular air kepala anjing atau new guinea bockadam. Mereka masuk dalam famili Homalopsidae, yakni kelompok ular yang terdiri atas 30 genera dan 50 spesies berbeda yang seluruhnya masuk dalam kelompok ular air. Maka dari itu, nama ular tambak sebenarnya sudah mencerminkan di mana mereka tinggal.
Ular yang satu ini tampil dengan kepala dan moncong yang lebar serta tubuh yang agak gumpal. Warna sisik didominasi warna cokelat tua dengan warna putih pada area perut. Ada pola bintik atau garis berwarna kehitaman di sepanjang tubuh ular ini. Soal ukuran, sebenarnya ular tambak terbilang agak bantat. Panjang tubuh mereka hanya mencapai 20—80 cm saja, tetapi bobotnya menyentuh angka 105—270 gram.
Selain soal penampilan, ular tambak turut menyimpan beberapa hal menarik yang akan segera kita bahas. Salah satunya terkait dengan adaptasi hebat di lingkungan alami. Penasaran dengan ulasan lengkapnya? Yuk, langsung gulirkan layarmu ke bawah!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Ular tambak tersebar mulai dari Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, sampai beberapa pulau di Oseania. Negara yang jadi rumah bagi reptil ini dimulai dari Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura, Indonesia, Australia, sampai Palau. Sesuai dengan deskripsi sebelumnya, ular ini paling banyak ditemukan di kawasan pesisir dari negara-negara tersebut.
Dilansir Animal Diversity, selain area pesisir pantai, ular tambak menyukai habitat dengan perairan tawar maupun payau. Baik itu kawasan hutan bakau, dataran lumpur, wilayah pasang-surut, muara, sampai pantai berpasir dapat jadi rumah yang ditinggali dengan nyaman oleh reptil ini. Mereka tak pernah pergi terlalu jauh dari tepi perairan. Malahan, sebagian besar waktu dihabiskan di dalam air.
Soal makanan, ular tambak lebih tergolong sebagai hewan piscivor alias pemakan ikan. Mereka memakan berbagai jenis ikan yang dapat ditemukan di sekitar habitat alami, selama ikan itu bisa masuk ke dalam mulut. Kadang-kadang, mereka kedapatan turut mengonsumsi krustasea maupun katak. Oh iya, ular tambak mampu menelan mangsa di daratan maupun di dalam air. Namun, biasanya setelah makan di daratan, mereka akan pergi ke dalam air lagi untuk beristirahat dan mencerna mangsa.
2. Reptil dengan adaptasi sempurna untuk wilayah perairan

Dari awal sudah disebutkan, ular tambak hidup di wilayah perairan dan terbilang sangat bergantung di sana. Namun, sebenarnya apakah mereka punya kemampuan spesial? Jawabannya, pasti ada! Justru ada beberapa adaptasi menarik yang dilakukan ular tambak supaya dapat hidup dengan nyaman di sekitar air.
Round Glass Sustain melansir bahwa sisik ular tambak berbentuk seperti bersisir atau bergerigi layaknya alur pada ban kendaraan. Fungsi utamanya adalah memudahkan kemampuan bergerak mereka di dalam air karena sisik tersebut membantu traksi tubuh si ular. Belum lagi, ekor dengan bentuk agak pipih membuat kemampuan mendorong tubuh di dalam air jadi sangat baik. Selain itu, organ dalam ular tambak sudah berkembang sampai bisa menolerir kadar garam di dalam air. Maka dari itu, mereka dapat dengan nyaman berpindah dari air laut, menuju air payau, sampai ke air tawar.
Hidung ular tambak punya fungsi yang penting supaya air tidak masuk ke dalam tubuh ketika hendak menyelam. Tepat di lubang hidung mereka, terdapat katup yang dapat dibuka dan ditutup rapat. Selain itu, di dalam hidung terdapat organ bernama glotis yang mampu menyegel air dari luar supaya tidak masuk ke sistem pernafasan. Berkat hal tersebut, ular tambak bisa berada di dalam air untuk waktu yang relatif panjang.
3. Bukan termasuk ular berbisa, tapi …

Sejauh ini, ular tambak masih dikategorikan sebagai ular yang tidak berbisa. Hal ini terlihat dari cara berburu mereka yang lebih mengandalkan teknik membelit setelah menangkap mangsa. Namun, ada satu perdebatan terkait keberadaan bisa pada organ di dalam mulut yang disebut kelenjar duvernoy.
Animal Diversity melansir, peneliti sedang mencari tahu soal potensi keberadaan kelenjar racun primitif pada kelenjar duvernoy yang terletak di rahang atas ular ini. Kelenjar tersebut menghasilkan sekresi yang mengalir ke gigi belakang mereka, meski sifatnya tidak mirip seperti bisa. Sekresi yang dihasilkan kelenjar duvernoy ular tambak lebih mirip seperti enzim atau protein yang membantu pencernaan. Diperkirakan memang ada sedikit racun para sekresi itu, tetapi kadarnya tidak sampai membahayakan manusia.
4. Sistem reproduksi

Meski tersebar sangat luas, sejauh ini kita belum banyak mengetahui fakta tentang sistem reproduksi ular tambak. Yang jelas, jantan jadi pihak yang berusaha mengejar betina yang ada di sekeliling sampai calon pasangannya itu mau kawin dengannya. Tak diketahui kapan musim kawin ular ini, tetapi diperkirakan bahwa para betinanya hanya bisa bertelur setiap 2 tahun sekali.
Ular ini termasuk hewan ovovivipar yang artinya betina akan bertelur, tetapi menyimpan telur itu di dalam tubuh sampai menetas untuk selanjutnya “dilahirkan”. Dilansir Animalia, betina mampu melahirkan 8—30 ekor anak dalam satu masa reproduksi. Uniknya, betina bisa saja melahirkan anaknya di darat maupun di tengah air. Sesaat setelah dilahirkan, anak ular tambak sudah bisa hidup mandiri sehingga tak memerlukan perawatan dari sang induk.
5. Status konservasi

Berdasarkan catatan IUCN Red List, status konservasi ular tambak masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Hanya saja, tidak diketahui berapa populasi mereka di alam maupun tren populasi yang sedang terjadi dalam beberapa tahun ke belakang. Meskipun demikian, sebenarnya ada ancaman serius yang bisa saja memengaruhi status konservasi ular tambak di masa depan.
Menurut IUCN Red List, ular tambak sering diburu demi memperoleh kulit berkualitas. Perburuan paling banyak terjadi di Filipina dan Indonesia dalam rentang tahun 1990-an. Selain itu, sekalipun adaptasi mereka dengan lingkungan manusia terbilang baik, kerusakan alam yang terjadi di pesisir pantai turut berpotensi menurunkan populasi ular ini di masa depan.
Ular tambak itu punya peran penting bagi lingkungan. Mereka mengontrol populasi ikan dan amfibi yang ada di pesisir pantai supaya tidak meledak berlebihan. Meskipun kadang diketahui menggigit nelayan yang tak sengaja memprovokasi, kehadiran ular tambak adalah kekayaan hayati yang harus kita jaga, tanpa harus menunggu status konservasinya jadi mengkhawatirkan terlebih dulu.