Referensi:
"Chameleons’ Craziest Color Changes Aren’t for Camouflage" National Geographic. Diakses pada Desember 2025
"Do chameleons change their color to match their environment?" Indiana University Bloomington. Diakses pada Desember 2025
"Chameleons Don't Actually Change Colors Like You Think' ReptiChip. Diakses pada Desember 2025
"How Do Chameleons Change Color? And Why?" How Stuff Work. Diakses pada Desember 2025
Alasan Bunglon Tidak Selalu Berubah Warna untuk Kamuflase

- Struktur sel kulit bunglon menentukan perubahan warna
- Kondisi fisiologis bunglon memengaruhi warna tubuh
- Perubahan warna berfungsi sebagai sinyal komunikasi
Banyak orang mengira bunglon selalu mengubah warna tubuhnya demi menyatu dengan lingkungan sekitar, padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Perubahan warna pada bunglon merupakan proses fisiologis kompleks yang dipengaruhi oleh struktur sel kulit, kondisi cahaya, hingga sinyal dari sistem saraf. Fakta ini menunjukkan bahwa mekanisme warna pada bunglon tidak sesederhana meniru warna daun atau batang pohon di sekitarnya.
Fenomena ini menjadi salah satu trivia hewan yang menarik karena memperlihatkan bagaimana perilaku hewan sering disalahartikan oleh manusia. Berikut penjelasan yang menguraikan alasan bunglon tidak selalu berubah warna untuk kamuflase.
1. Struktur sel kulit bunglon menentukan perubahan warna

Kulit bunglon tersusun atas beberapa lapisan sel khusus yang disebut chromatophore, termasuk iridophore yang berperan memantulkan cahaya. Sel-sel ini tidak mengandung pigmen warna seperti cat, melainkan kristal nano yang tersusun rapi di dalam sel. Perubahan jarak antar kristal tersebut membuat cahaya yang dipantulkan bergeser dari satu spektrum warna ke spektrum lainnya. Proses ini terjadi melalui sinyal saraf dan hormon, bukan reaksi otomatis terhadap warna lingkungan.
Karena mekanismenya berbasis pantulan cahaya, warna yang muncul sering kali tidak sama dengan objek di sekitar bunglon. Warna hijau, cokelat, atau kekuningan memang umum terlihat, tetapi itu lebih berkaitan dengan kondisi tubuh bunglon. Artinya, perubahan warna bersifat aktif dan terkontrol dari dalam tubuh.
2. Kondisi fisiologis bunglon memengaruhi warna tubuh

Perubahan warna pada bunglon sangat berkaitan dengan suhu tubuh dan kondisi metabolisme. Saat suhu lingkungan rendah, warna tubuh bunglon cenderung lebih gelap untuk menyerap panas lebih efektif. Sebaliknya, warna yang lebih terang muncul ketika suhu tubuh sudah stabil. Proses ini membantu bunglon menjaga keseimbangan suhu tanpa harus berpindah tempat.
Selain suhu, kondisi kesehatan juga berpengaruh besar. Bunglon yang mengalami stres atau kelelahan menunjukkan perubahan warna yang berbeda dibandingkan individu sehat. Warna kusam atau pucat sering menjadi tanda bahwa tubuh bunglon tidak dalam kondisi optimal.
3. Perubahan warna berfungsi sebagai sinyal komunikasi

Bunglon menggunakan warna tubuhnya sebagai alat komunikasi visual dengan sesama spesies. Warna cerah dan kontras sering muncul saat bunglon jantan menunjukkan dominasi atau menarik perhatian betina. Sebaliknya, warna gelap dapat menjadi tanda peringatan agar individu lain menjaga jarak. Bahasa visual ini bekerja cepat tanpa memerlukan suara.
Komunikasi berbasis warna ini sangat efektif di habitat alami bunglon yang dipenuhi vegetasi. Perubahan warna membantu menyampaikan pesan secara langsung tanpa kontak fisik. Kemampuan ini memberi keuntungan besar dalam mempertahankan wilayah dan pasangan. Kamuflase justru berada di urutan fungsi yang lebih rendah.
4. Lingkungan tidak selalu memicu perubahan warna

Bunglon tidak otomatis berubah warna hanya karena berpindah latar belakang. Penelitian menunjukkan bahwa warna lingkungan hanya memiliki pengaruh tidak langsung terhadap perubahan warna tubuh. Faktor internal seperti emosi dan aktivitas saraf jauh lebih dominan. Inilah alasan mengapa bunglon di ranting hijau tidak selalu berubah menjadi hijau sempurna.
Dalam banyak kasus, bunglon mempertahankan warna tertentu meskipun latarnya kontras. Hal ini membuktikan bahwa mekanisme warna tidak bekerja seperti layar adaptif. Perubahan warna membutuhkan sinyal biologis tertentu, bukan sekadar rangsangan visual.
5. Kamuflase bukan strategi utama bertahan hidup

Meski bunglon mampu menyatu secara visual dengan lingkungan, kemampuan tersebut bukan senjata utama untuk menghindari predator. Bunglon lebih mengandalkan gerakan lambat, posisi diam, serta kemampuan melihat ke dua arah secara independen. Strategi ini membuat keberadaannya sulit terdeteksi meski warnanya tidak selalu serasi dengan latar sekitar.
Pendekatan bertahan hidup ini lebih efisien dibandingkan perubahan warna terus-menerus. Dari sisi energi, mempertahankan warna stabil lebih hemat bagi tubuh bunglon. Karena itu, perubahan warna hanya digunakan saat benar-benar dibutuhkan. Perspektif ini memperlihatkan bahwa fungsi biologis sering kali lebih praktis daripada yang dibayangkan manusia.
Perubahan warna pada bunglon bukan sekadar trik kamuflase, melainkan hasil kerja kompleks antara struktur sel, sistem saraf, dan kebutuhan biologis. Trivia hewan seperti ini menunjukkan bahwa perilaku hewan sering disederhanakan oleh persepsi manusia. Setelah memahami mekanismenya, semoga semakin menambah informasi dan ilmu baru untuk kamu, ya!


















