Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bangunan Kuno yang Dibangun Menggunakan Teknik Fisika

Parthenon (unsplash.com/Peyman Shojaei)
Intinya sih...
  • Bangunan kuno seperti Piramida Giza menggunakan teknik gesekan dan tuas untuk memindahkan batu raksasa, serta manajemen logistik yang efisien.
  • Pantheon di Roma memanfaatkan lubang oculus untuk mengurangi beban struktural, sistem lengkungan, dan dinding penyangga yang tebal.
  • Colosseum Roma dan Dolmen Menga juga menunjukkan penerapan prinsip fisika dalam arsitektur dengan sistem lengkungan, bahan bangunan selektif, dan desain yang tahan terhadap tekanan.

Sejak dahulu, manusia telah menciptakan bangunan luar biasa yang tidak hanya mengagumkan secara visual, tetapi juga menantang logika modern dengan daya tahan dan presisi strukturnya. Meskipun teknologi mutakhir belum dikenal saat itu, banyak struktur kuno justru dibangun dengan teknik yang sangat canggih.

Menariknya, teknik-teknik ini melibatkan prinsip dasar fisika seperti gaya, gesekan, distribusi massa, tekanan, dan keseimbangan. Pada ulasan ini, terdapat lima bangunan kuno terkenal yang menunjukkan penerapan prinsip fisika dengan sangat luar biasa. Dari Mesir hingga Yunani, dan dari Italia hingga Spanyol, berikut adalah kelima daftarnya.

1. Piramida Giza

Piramida Giza (unsplash.com/Siddhesh Mangela)

Piramida Giza adalah salah satu contoh terkenal dari struktur kuno yang dibangun dengan teknik fisika. Para peneliti berpendapat bahwa orang-orang Mesir Kuno memanfaatkan gesekan untuk memindahkan balok batu raksasa seberat hingga 15 ton. Mereka menggunakan jalur landai dengan sudut kemiringan yang diperhitungkan untuk mengurangi gaya yang dibutuhkan.

Teknik tuas juga dimanfaatkan untuk mengangkat dan menempatkan balok-balok tersebut dengan presisi. Selain itu, pembagian kerja secara modular menunjukkan pengelolaan logistik yang sangat efisien. Penelitian modern bahkan menemukan bahwa sledge (alat luncur) dilumasi digunakan untuk meminimalkan hambatan.

2. Pantheon

Pantheon (unsplash.com/Evan Qu)

Pantheon di Roma adalah bukti kemampuan Romawi kuno dalam menerapkan ilmu fisika dalam arsitektur. Kubah beton tanpa tulangan yang menaungi bangunan ini masih menjadi yang terbesar di dunia hingga saat ini. Untuk menjaga stabilitas struktur, para insinyur menggunakan bahan yang lebih ringan di bagian atas kubah dan membuat ketebalannya bervariasi.

Lubang oculus di tengah kubah memberikan cahaya alami, dan mengurangi beban struktural. Dinding-dinding penyangga yang tebal dipadukan dengan cincin konsentris berfungsi untuk mendistribusikan tekanan secara merata ke seluruh bangunan. Teknik lengkungan digunakan untuk mengarahkan gaya tekan ke bawah ke fondasi, sehingga menghindari keruntuhan.

3. Colosseum Roma

Colosseum Roma (unsplash.com/Den Harrson)

Colosseum Roma merupakan contoh luar biasa dari penerapan prinsip fisika dalam bangunan publik. Struktur ini mengandalkan sistem lengkungan dan kubah yang memungkinkan beban besar didistribusikan secara efisien, mengubah beban vertikal menjadi tekanan di sepanjang lengkungan. Ini memungkinkan bangunan menjangkau ruang terbuka tanpa tiang penyangga.

Bahan-bahan seperti travertine, tufa, marmer, dan beton Romawi digunakan secara selektif untuk memaksimalkan kekuatan dan fleksibilitas. Fondasi bangunan direkayasa dengan teliti melalui penggalian tanah liat yang stabil dan penguatan dengan beton padat. Sistem dinding radial dan kubah saling mendukung dalam menjaga kestabilan.

4. Dolmen Menga

Dolmen Menga (commons.wikimedia.org/Olaf Tausch)

Dolmen Menga adalah monumen megalitikum yang menunjukkan kemampuan luar biasa dari masyarakat prasejarah. Dibangun sekitar 6.000 tahun yang lalu, struktur ini terdiri dari batu-batu raksasa yang beratnya mencapai 150 ton. Para pembangun kemungkinan menggunakan kereta luncur di atas jalur khusus untuk mengurangi gesekan saat mengangkut batu dari tambang.

Batu-batu tegak disusun dengan sudut condong ke dalam, memberikan bentuk trapesium yang menurunkan pusat massa dan meningkatkan stabilitas ruang. Setiap batu tertanam dalam soket batuan dasar dan dipotong secara presisi agar saling mengunci. Desain ini memberikan struktur yang tahan terhadap tekanan dan bahkan aktivitas seismik.

5. Parthenon

Parthenon (unsplash.com/SOURAV BHADRA)

Parthenon adalah mahakarya arsitektur Yunani Kuno yang dibangun dengan pemahaman terhadap prinsip fisika. Tanpa menggunakan mortar, blok-blok marmer disusun dengan presisi luar biasa hingga saling mengunci. Penyempurnaan optik seperti kolom yang meruncing dan condong ke dalam, serta dasar stylobate yang melengkung, diterapkan untuk mengoreksi distorsi.

Namun di balik keindahannya, terdapat sistem rekayasa yang dirancang untuk menahan gempa bumi. Struktur bangunan bertumpu pada lempengan marmer halus yang memungkinkan sedikit gerakan, penjepit logam dalam timbal untuk menyerap getaran, dan kolom yang terdiri dari drum bertumpuk untuk fleksibilitas.

Bangunan-bangunan kuno ini bukan hanya warisan budaya, tetapi juga bukti kecerdasan teknis yang mengandalkan prinsip-prinsip fisika. Dengan sumber daya yang terbatas dan tanpa bantuan teknologi modern, para insinyur dan arsitek zaman dahulu mampu menciptakan struktur yang tahan ribuan tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us