Dianggap Final, 5 Fakta Sains dari Teori Segala Sesuatu

Masih sulit untuk dijabarkan dengan sempurna

Mendiang Stephen Hawking adalah seorang ilmuwan genius yang pernah berkontribusi besar bagi perkembangan dunia sains. Meskipun sebagian dari teori gagasannya masih mengundang perdebatan, pemikiran dan karya Hawking sudah banyak diterapkan di berbagai jenjang pendidikan, terutama di dunia Barat.

Nah, salah satu karya atau gagasan terbesar dari Hawking—dan juga ilmuwan terkenal lainnya—adalah Teori Segala Sesuatu. Apa itu? Mengapa gagasan ini dianggap sebagai teori final dalam sains? Jika penasaran, kamu bisa menyimak artikel ini sampai tuntas.

1. Didasari pada pemikiran ilmuwan sebelum Hawking

Dianggap Final, 5 Fakta Sains dari Teori Segala SesuatuAlbert Einstein merupakan salah satu ilmuwan berpengaruh di dunia. (piqsels.com)

Konsep tentang Teori Segala Sesuatu memang dirasa sangat luas dan dalam sehingga ia membutuhkan penjabaran yang tidak sederhana. Nah, sebelum era Hawking, beberapa ilmuwan besar dunia juga pernah bersinggungan dengan teori ini. Mereka adalah Albert Einstein, Max Planck, Niels Bohr, Werner Heisenberg, hingga ilmuwan Yunani Kuno bernama Democritus dan Archimedes.

Dilansir BBC, gagasan Hawking mengenai Big Bang dan Lubang Hitam juga tak bisa dilepaskan dari teori Einstein, yakni E=mc2. Yup, ilmuwan kelahiran 8 Januari 1942 tersebut memang cukup terobsesi dengan asal mula alam semesta. Beberapa kali, ia mengutarakan hipotesisnya mengenai Big Bang, Lubang Hitam, dan energi gelap yang ada di jagat raya.

2. Apa itu Teori Segala Sesuatu?

Dianggap Final, 5 Fakta Sains dari Teori Segala Sesuatuilustrasi dari struktur galaksi di alam semesta (pexels.com/Pixabay)

Apa, sih, yang dimaksud Teori Segala Sesuatu itu? Well, nyatanya, tidak semua ilmuwan di dunia bisa menjabarkan gagasan ini secara detail dan menyeluruh. Namun, jika dipelajari lebih lanjut, Hawking memang menyampaikan bahwa teori ini bisa menggantikan hipotesis lama yang selama ini masih diselimuti banyak pertanyaan.

Laman Space menjelaskan bahwa Teori Segala Sesuatu atau Theory of Everything merujuk pada kerangka kompleks yang dapat menjelaskan semua fenomena fisik di alam semesta. Nah, jika Einstein berkutat pada relativitas, gravitasi, dan pelengkungan ruang-waktu, Hawking ingin menjabarkannya ke tingkat level yang lebih masif. Dengan kata lain, kehadiran Teori Segala Sesuatu dianggap final dan mampu menjawab semua pertanyaan sains.

Dalam bukunya berjudul "A Brief History of Time" (1988), Stephen Hawking telah menyatakan banyak hipotesis yang akhirnya bakal ia tuangkan ke dalam Teori Segala Sesuatu. Namun, secara tidak langsung, Hawking justru berpikir bahwa teori tersebut terlalu berat untuk dijabarkan akibat tidak lengkapnya deskripsi manusia tentang realitas.

Baca Juga: Bagaimana Cara Stephen Hawking Bicara Menggunakan Komputernya?

3. Masih menjadi salah satu teori paling rumit untuk dipecahkan

Dianggap Final, 5 Fakta Sains dari Teori Segala SesuatuStephen Hawking berkunjung ke Johnson Space Center. (picryl.com/NASA)

Selain Hawking, ilmuwan besar lainnya juga berpendapat bahwa Teori Segala Sesuatu masih menjadi sebuah gagasan besar yang sepertinya sangat sulit untuk dipecahkan. Ia memang bisa menjadi teori final atas semua pertanyaan yang selama ini tak terjawab, tapi sulitnya memahami kerangka tersebut membuat teori ini justru menjadi misteri.

Itu artinya, Teori Segala Sesuatu sudah menciptakan dan membuka harapan mengenai masa depan. Pertanyaan besar macam perjalanan waktu, lengkungan ruang, gravitasi, dan asal mula alam semesta mungkin benar-benar akan dijawab dengan gamblang oleh sains pada masa depan.

Fisikawan modern bernama Profesor Michio Kaku menyatakan bahwa Teori Segala Sesuatu akan berpotensi membuka pemahaman baru tentang ruang dan waktu. Ya, Michio Kaku sendiri merupakan salah satu ilmuwan dunia yang masih sangat getol dalam mencari dan menjabarkan teori-teori fisika yang rumit, termasuk Teori Segala Sesuatu.

4. Sebagian kalangan akademisi merasa cukup skeptis

Dianggap Final, 5 Fakta Sains dari Teori Segala Sesuatuilustrasi menjelaskan rumus di papan tulis (pexels.com/This is Engineering)

Tidak semuanya setuju dan sependapat dengan Stephen Hawking mengenai teori yang dianggap final tersebut. Ahli matematika dan fisika bernama Stephen Wolfram pernah menyatakan bahwa sistem kerja alam semesta kita sangat mirip dengan komputer super yang canggih dan jelas bukan buatan manusia.

Well, jika seperti ini, pendapat tersebut malah akan mengingatkan kita pada teori tentang ketidaklengkapan matematika yang pernah digagas oleh Kurt Godel, ilmuwan asal Austria di era 1930-an. Dilansir Science Focus, keberadaan Teori Segala Sesuatu mungkin bisa dianggap final. Di sisi lain, ia pun berpotensi mengandung ketidaksempurnaan.

Jadi, pertanyaannya, jika matematika dan fisika tidak berada dalam posisi yang lengkap, bagaimana bisa Teori Segala Sesuatu menjadi final dan dianggap lengkap? Padahal, kerangka hipotesis di dalamnya juga dihitung berdasarkan persamaan matematika dan fisika.

5. Cocok diterapkan pada masa depan

Dianggap Final, 5 Fakta Sains dari Teori Segala Sesuatupemandangan dari orbit Bumi (unsplash.com/NASA)

Jika tidak bisa dijabarkan secara menyeluruh saat ini, mungkin masa depan adalah jawabannya. Setidaknya, hal tersebut diyakini bisa benar-benar terwujud pada masa yang akan datang. Futurism melansir bahwa Profesor Michio Kaku yakin jika Teori Segala Sesuatu yang pernah digagas oleh ilmuwan-ilmuwan besar akan ditemukan jawabannya pada 2100.

Prediksi dan anggapan ini dinilai cukup menarik. Sebab, jika memang ini benar, itu berarti konsep fisika yang baru bakal terwujud hanya dalam beberapa dekade ke depan. Konsep futuristis tentang manipulasi waktu, bertemu alien, pindah antardimensi, dan lain sebagainya mungkin memang akan terjadi 80 hingga 100 tahun ke depan. Siapa yang tahu, bukan?

Nah, itu tadi beberapa fakta dan penjelasan singkat tentang Teori Segala Sesuatu. Bagaimana pendapatmu? Atau mungkin kamu justru bertambah bingung?

Baca Juga: 7 Penemuan Besar Stephen Hawking yang Akan Dikenang Dunia

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya