5 Fakta Giant Crystal Cave, Gua Tersembunyi Dipenuhi Kristal Raksasa

Kristal merupakan bentuk materi di mana atom, molekul, atau ionnya tersusun dalam kisi tiga dimensi yang sangat teratur. Kristal juga disebut padatan kristal karena sebagian besar kristal berbentuk padat. Umumnya terbentuk secara alami dan berasal dari dalam bumi.
Untuk mendapat kristal, orang-orang harus menambangnya. Namun saat ini, kebanyakan merupakan kristal buatan yang dibentuk di laboratorium. Kristal yang paling umum dikenal adalah berlian, garam, dan kepingan salju.
Penemuan kristal di tambang Naica sempat membuat dunia heboh. Di dalam sebuah gua yang ada di tambang tersebut, ditemukan kristal dalam jumlah banyak dengan ukuran yang sangat besar. Gua kristal akhirnya menarik perhatian peneliti dan penjelajah dari seluruh dunia. Apa saja fakta menarik lain dari gua kristal tersebut? Simak daftar berikut.
1. Ditemukan secara tidak sengaja

Tambang Naica terletak di Chihuahua, Mexico, yang merupakan tambang timah, seng, dan perak. Kompleks pertambangan tersebut dikenal mengandung deposit perak, seng, dan timah yang terbesar di dunia. Tambang Naica adalah milik Industrias Peñoles, yang dibuka tahun 1828.
Pada tahun 2000, dua orang penambang, yang juga bersaudara kandung, melakukan penggalian untuk mencari sumber bijih yang baru. Alih-alih sumber bijih, kedua penambang, Juan dan Pedro Sanchez, menemukan gua yang ditutupi air dan dindingnya ditumbuhi kristal. Setelah memompa air keluar, barulah terlihat dengan jelas bahwa kristal tersebut berukuran raksasa.
Gua tersebut merupakan gua batu kapur yang terletak pada kedalaman 300 meter di bawah gunung Naica, di padang gurun Chihuahua. Gua berbentuk seperti sepatu kuda, dengan panjang 30m dan lebar 10m. Lantai gua dipenuhi dengan balok-balok kristal raksasa, bahkan balok-balok kristal muncul dari lantai gua dan berdiri seperti tiang. Ukuran kristal yang besar membuat gua dijuluki giant crystal cave.
Di tahun 1910, penambang juga menemukan gua lain di bawah Naica, 120 meter di bawah tanah. Dinding gua tersebut dihiasi pedang-pedang kristal dan disebut gua pedang. Meski jumlah kristal di gua pedang lebih banyak, namun ukurannya hanya sekitar satu meter, jauh lebih kecil dari giant crystal cave.
2. Awal terbentuknya gua kristal

Gunung Naica terbentuk dari aktivitas vulkanik sekitar 26 juta tahun yang lalu. Giant crystal cave yang ada di bawahnya, diperkirakan telah terisi penuh dengan air selama puluhan ribu tahun. Air terdorong hingga ke permukaan gua oleh dapur magma di bawahnya, dan air tersebut mengandung banyak mineral anhydrite.
Mineral anhydrite merupakan mineral pembentuk batuan, yaitu kalsium sulfat anhidrat. Dapat dikatakan bahwa anhydrite adalah bentuk kalsium sulfat yang tidak mengandung air. Dilansir National Geographic, gunung tersebut dipenuhi anhydrite panas.
Pada suhu di atas 58 derajat Celcius, anhydrite ada dalam kondisi stabil. Dapur magma membuat kondisi air tetap bagus dan panas. Ketika magma di bawah gunung mulai mendingin dan suhu mulai turun, anhydrite pun mulai larut.
Anhydrite yang larut membuat air di sekitarnya penuh dengan molekul sulfat dan kalsium, yang akhirnya membentuk kristal. Karena berada di bawah air—dan karena suhu air hanya berbeda sedikit dari 58 derajat Celcius—kristal dapat tumbuh terus menerus hingga memenuhi gua. Hal ini menjelaskan mengapa kristal dalam gua berukuran raksasa.
3. Jenis kristal pada gua adalah kristal gipsum dan ditemukan kehidupan di dalamnya

Kristal pada gua memiliki ukuran panjang lebih dari 12 meter dan lebar 4 meter. Ujung-ujung kristal cukup tajam, dengan berat diperkirakan lebih dari 55 ton. Jenis kristal tersebut diketahui merupakan jenis kristal gipsum. Gipsum dapat terbentuk dari kalsium sulfat. Jenis gipsum tak berwarna dan transparan yang ditemukan di gua disebut gipsum selenit.
Selenit adalah bentuk mineral gipsum, yang juga disebut satin spar, yaitu jenis mineral berserat yang terbentuk dalam untaian panjang, berkelompok, membentuk tongkat atau stick. Selenit umumnya digunakan dalam pembuatan cat, ubin, dan kapur papan tulis.
Pada sampel kristal yang dibawa ke laboratorium, ditemukan organisme yang telah lama berstatus dormant. Para ilmuan akhirnya berhasil menghidupkan kembali organisme yang diduga telah terkurung di dalam kristal paling tidak sejak 10.000—50.000 tahun yang lalu. Organisme tersebut disebut extremophiles, yaitu mikroba yang dapat berkembang dalam kondisi yang terlihat mustahil.
4. Kondisi dalam gua cukup berbahaya bagi manusia
Walau terlihat indah, kondisi dan situasi dalam gua tidak memungkinkan manusia untuk berada di dalamnya dalam waktu lama. Kondisi gua memang sangat baik bagi kristal untuk tumbuh, tetapi sangat berbahaya bagi manusia. Suhu udara dalam gua mencapai 47,1 derajat Celcius, dan tingkat kelembaban gua mencapai 100 persen. Kelembaban yang tinggi membuat pengunjung yang terlalu lama berada di dalam gua berisiko mengalami pengembunan cairan di paru-paru sehingga dapat berakibat fatal.
Mengutip Earth Magazine, beberapa orang nekat masuk untuk mencuri kristal tersebut. Seorang pekerja bahkan berusaha masuk ke dalam gua, kemudian pingsan, dan telah meninggal saat ditemukan. Penjelajah dan peneliti yang mengunjungi gua harus mendapatkan izin, dan hanya boleh berada di dalam gua selama 10—15 menit. Namun dengan menggunakan peralatan khusus berupa pakaian pendingin dan respirator, para peneliti akhirnya dapat tinggal lebih lama, yaitu sekitar 30 menit.
5. Gua kristal akhirnya ditutup

Para penjelajah dan peneliti dapat memasuki gua karena air tanah di dalam gua dipompa keluar secara terus menerus. Namun sejak ditemukan pada April 2000, struktur kristal mulai rusak akibat paparan udara. Permukaan kristal yang dulunya ditutupi air sekarang mengering. Hal ini menyebabkan selenit berubah menjadi basanit, yaitu jenis kalsium sulfat yang hanya memiliki satu molekul air dalam struktur kristal.
Karena selenit dan basanit memiliki volume yang berbeda, retakan mulai muncul di permukaan kristal. Gas seperti nitrogen oksida, metana, dan karbon dioksida dari mesin yang digunakan di tambang, bereaksi dengan gipsum, membuat warna kristal menjadi keruh.
Karena sulit diakses dan cukup berbahaya, gua kristal tidak mungkin dijadikan situs wisata umum. Selain itu, paparan udara berefek negatif dan merusak kristal. Atas dasar ini, akhirnya para peneliti dan pemilik tambang sepakat untuk menutup gua tersebut. Pemilik tambang juga menutup jalur tambang yang menuju gua dan membiarkan air tanah kembali memenuhi gua. Dengan harapan kristal tetap terjaga dan terus tumbuh.
Fenomena alam yang langka, seperti kristal raksasa yang memenuhi gua, selalu mengundang perhatian dan minat dari banyak kalangan. Sangat disayangkan keberadaan manusia justru mengganggu dan merusak keajaiban alam tersebut, sehingga tidak semua orang dapat menikmati keindahannya secara langsung. Mempelajari dan mengenal alam akan membuat manusia semakin menghargai alam itu sendiri.