Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Lalat Lentera Tutul, Serangga Cantik yang Invasif

potret lalat lentera tutul dewasa di atas batang pohon (commons.wikimedia.org/Walthery)
Intinya sih...
  • Lalat lentera tutul adalah spesies serangga cantik dengan penampilan menawan, tetapi merugikan petani karena perilaku invasifnya.
  • Peta persebarannya meliputi Asia, Korea, Jepang, dan Amerika Utara. Serangga ini hidup di kawasan hutan dan di atas pohon, terutama pohon surga.
  • Lalat lentera tutul tidak memiliki predator alami di luar wilayah asalnya.

Biasanya, kalau mendengar lalat (ordo Diptera), pikiran kita merujuk pada sosok serangga kecil berwarna hitam atau hijau yang selalu hinggap di atas makanan. Sosok lalat rumahan itu memang terlihat biasa saja dan cenderung menjijikkan. Namun, ternyata ada, lho, spesies serangga yang menyandang nama lalat dengan penampilan yang sangat menawan. Nama mereka adalah lalat lentera tutul (Lycorma delicatula).

Sebenarnya, mereka bukan kerabat langsung dari lalat rumah yang biasa kita jumpai. Serangga ini masuk dalam ordo Hemiptera yang artinya lebih berkerabat dengan kutu, jangkrik, hingga planthopper. Ukuran lalat lentera tutul sekitar 2,5 cm dengan rentang sayap mencapai 5 cm. Penampilan mereka terbilang cantik karena tubuh serangga ini didominasi warna merah muda, cokelat, hingga kuning dengan tutul hitam di berbagai titik.

Di balik penampilan menawan lalat lentera tutul, sebenarnya mereka jadi jenis serangga yang dibenci oleh para petani. Kira-kira apa, ya, alasannya? Yuk, cari tahu jawabannya beserta fakta-fakta menarik lain dari serangga yang satu ini.

1. Peta persebaran dan habitat

potret lalat lentera tutul yang sedang hinggap di atas daun (commons.wikimedia.org/Rhododendrites)

Peta persebaran sebenarnya jadi aspek yang menarik bagi lalat lentera tutul. Sebab, mereka sebenarnya merupakan spesies serangga endemik Asia, khususnya India, China, Taiwan, dan Vietnam. Namun, serangga ini ternyata menyebar dengan luas karena berbagai alasan sehingga hari ini mereka sudah ditemukan di Korea, Jepang, hingga Amerika Utara.

Sementara, untuk pilihan habitat, lalat lentera tutul juga sangat tahan banting. Dilansir AZ Animals, serangga ini hidup di kawasan hutan dan tinggal di atas pohon. Menariknya, lalat lentera tutul bisa hidup di 70 spesies pohon berbeda, khususnya pohon buah dan tanaman merambat. Akan tetapi, ada satu spesies pohon yang sangat digemari serangga ini, yaitu pohon surga (Ailanthus altissima).

2. Spesies serangga invasif

penampilan cantik saat lalat lentera tutul membuka sayap (commons.wikimedia.org/WanderingMogwai)

Di atas, disebutkan kalau lalat lentera tutul mulai menyebar ke kawasan Korea, Jepang, dan Amerika Utara. Sayangnya, kehadiran mereka bukan berarti serangga ini jadi teman manusia. Sebaliknya, mereka jadi musuh kita, khususnya para petani, karena beberapa alasan.

Lalat lentera tutul tersebar seiring dengan ikut menyebarnya pohon surga yang disukai serangga ini. Sebagai informasi, pohon surga yang berasal dari China ternyata jadi tanaman invasif saat tumbuh di kawasan Amerika Utara. Sebab, pohon ini mampu menghasilkan benih dalam jumlah besar yang mengalahkan spesies tanaman lokal dan bisa membuat tanah di sekitar mereka jadi beracun. Hal tersebut karena pohon ini mengeluarkan bahan kimia tertentu ke dalam tanah, dilansir The Nature Conservancy.

Nah, lalat lentera tutul yang ikut bersama pohon surga itu pun sama invasifnya. Dilansir US Department of Agriculture, serangga ini mengonsumsi getah pohon hingga membuat pohon yang dihinggapi mereka kekurangan nutrisi. Parahnya lagi, saat sedang makan, lalat lentera tutul juga meninggalkan cairan lengket mirip madu di atas batang pohon inang sehingga membuat jamur tumbuh dan semakin merusak pohon inang, cepat atau lambat.

Kenapa petani di sana membenci perilaku makan lalat lentera tutul? Sebab, serangga ini bisa menargetkan pohon yang ditanam oleh petani. Memang, pohon surga jadi pohon favorit serangga ini, tetapi mereka juga bisa hinggap dan merusak ke pohon lain, misalnya pohon apel, mapel, tulip, kersen, plum, persik, hingga tanaman anggur. 

3. Hampir tidak memiliki predator alami

Lalat lentera tutul tak memiliki predator alami karena kemampuan adaptasi mereka sangat unik. (commons.wikimedia.org/Judy Gallagher)

Apa hal paling menyebalkan dari menghadapi spesies serangga yang invasif? Ya, tidak adanya predator alami bagi mereka pasti jadi salah satu jawaban teratas. Sayangnya, faktor inilah yang justru dimiliki oleh lalat lentera tutul di luar wilayah asli mereka. Di China, India, hingga Vietnam, serangga ini memiliki predator alami, yaitu beberapa spesies tawon. Namun, predator alami itu sangat sulit ditemukan di luar wilayah tersebut.

Alasan utamanya terletak pada cara lalat lentera tutul mempertahankan diri. Animal Diversity melansir kalau kemampuan kamuflase serangga ini dengan pohon yang jadi inang mereka terbilang sempurna. Kalaupun ada calon predator yang hendak mendekati serangga ini, mereka akan langsung mengepakkan sayap berwarna merah cerah dengan harapan dapat mengusir calon predator yang mendekat.

Andai cara-cara itu tak berhasil mengusir predator dan mereka akhirnya dimakan, individu lalat lentera tutul berikutnya tak perlu khawatir akan mengalami nasib yang sama. Sebab, serangga ini ternyata mampu menghasilkan racun dalam tubuh mereka. Adapun, racun ini berasal dari tanaman yang menghasilkan cytotoxic di dalam batang mereka. Saat lalat lentera tutul mengonsumsi getah, racun tersebut ikut terbawa ke dalam tubuh mereka. Meski tak mematikan, racun ini membuat tubuh mereka jadi tak enak hingga menimbulkan sejumlah efek samping bagi predator yang nekat mengonsumsi lalat lentera tutul.

4. Sistem reproduksi

potret lalat lentera tutul yang baru memasuki fase nimfa (commons.wikimedia.org/Cbaile19)

Rata-rata usia lalat lentera tutul biasanya tak lebih dari 1 tahun. Karena itu, serangga ini masuk ke dalam spesies univoltine atau mereka hanya akan memiliki satu generasi saja per tahun. Musim reproduksi serangga ini terjadi antara September—November. Biasanya, lalat lentera tutul dewasa mati karena musim dingin.

Dilansir Britannica, lalat lentera tutul betina akan memilih batang pohon hidup ataupun mati sebagai inang telur mereka. Telur-telur yang dikeluarkan betina memiliki semacam cairan lengket yang membuat mereka dapat menempel di permukaan yang dipilih sang induk. Biasanya, betina akan menghasilkan 20—30 butir yang berjajar hingga membentuk garis. Nantinya, telur-telur ini akan melalui musim dingin. Adapun, mereka akan menetas saat musim semi tiba, yakni sekitar April—Juni.

5. Meski bisa terbang, mereka lebih suka memanjat

potret pohon yang sudah diinvasi oleh lalat lentera tutul (commons.wikimedia.org/Lance Cheung/Multimedia PhotoJournalist/USDA)

Lalat lentera tutul memang punya sayap dengan rentang yang cukup besar. Akan tetapi, ternyata mereka terbilang jarang menggunakan kemampuan terbang. Saat didekati manusia sekalipun, biasanya serangga ini tak akan langsung terbang untuk menjauh. Justru, lalat lentera tutul lebih banyak melompat atau memanjat untuk menghindari bahaya.

Dilansir Animal Diversity, kemampuan memanjat serangga ini sudah berkembang saat mereka masih menjadi nimfa. Sebab, pada fase tersebut, sebenarnya lalat lentera tutul belum mengembangkan sayap. Kalaupun mereka jatuh karena tertiup angin, serangga ini lebih memilih memanjat ketimbang terbang ke atas pohon inang. 

Oh, ya, serangga ini tinggal secara berkelompok. Meski begitu, jika ada terlalu banyak individu yang hinggap di satu pohon, sikap agresif mereka bisa timbul, khususnya pada fase nimfa. Mereka akan saling dorong ataupun memanjat satu sama lain supaya mengurangi persaingan atas tempat dan makanan yang disediakan pohon inang.

Masalah lalat lentera tutul yang jadi hama bagi pertanian sayangnya belum menemukan titik cerah, khususnya di wilayah tempat mereka jadi serangga invasif. Penangkapan individu dewasa, penghancuran telur, hingga penerapan insektisida pada pohon yang dihinggapi serangga ini nyatanya belum berdampak signifikan pada populasi lalat lentera tutul. Dari fakta tersebut, bisa dibilang kalau lalat lentera tutul merupakan contoh serangga yang cantik, tetapi merugikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us