5 Fakta Makaka Assam, Monyet yang Dapat Berumur Panjang

- Makaka assam adalah primata yang tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
- Makaka assam merupakan hewan omnivor dan hidup secara berkelompok.
- Musim kawin makaka assam terjadi mulai dari Oktober—Februari dengan populasi yang terus menurun akibat aktivitas manusia.
Makaka (genus Macaca) adalah keluarga monyet yang hanya bisa ditemukan di Dunia Lama, tetapi sebagian besar secara eksklusif ditemukan di Asia (hanya makaka barbar yang jadi satu-satunya spesies di luar Asia). Total terdapat 23 spesies makaka berbeda dengan beberapa kesamaan, semisal bulu berwarna cokelat atau hitam; moncong seperti babun, tetapi lebih membulat; dan lubang hidung yang posisinya agak ke atas. Salah satu spesies makaka yang akan dibahas kali ini adalah makaka assam (Macaca assamensis).
Dibandingkan banyak saudara mereka yang lain, makaka ini terbilang memiliki tubuh yang besar. Individu dewasa bisa tumbuh sepanjang 51—73,5 cm dengan bobot 5—10 kg. Warna bulu mereka memadukan warna kuning keabu-abuan atau cokelat tua pada bagian punggung dan putih pada bagian perut. Selain itu, pada wajah merah makaka assam terdapat bulu berwarna hitam di area pipi; telinga yang menghadap belakang; dan terdapat ekor yang relatif pendek (sekitar 15—30 cm), tetapi berbulu cukup lebat.
Tak hanya ciri fisik, ada sejumlah fakta menarik yang dimiliki makaka assam. Pada kesempatan kali ini, yuk, kita kenalan lebih dekat dengan spesies monyet yang satu ini. Jangan sampai kelewatan, ya!
1. Peta persebaran dan habitat

Makaka assam tersebar di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Artinya, negara-negara seperti India, Nepal, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Laos, Thailand, dan Vietnam menjadi rumah bagi primata ini. Pada umumnya, pilihan habitat makaka assam berupa hutan hujan tropis. Namun, saat ini, mereka juga sudah bisa beradaptasi untuk hidup dekat dengan pemukiman manusia.
Dilansir Earth's Endangered Creatures, makaka assam yang berada di wilayah Asia Selatan cenderung memilih wilayah bukit atau pegunungan dengan ketinggian sekitar 200—4.000 meter di atas permukaan laut. Sementara itu, di Asia Tenggara, khususnya Laos dan Vietnam, primata ini bisa ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut ataupun lebih rendah lagi. Pemilihan wilayah dataran rendah sebagai rumah favorit ini makin terlihat lagi jika di sekitar area rumah makaka assam merupakan wilayah dengan curah hujan dan kelembaban tinggi.
2. Makanan favorit
Makaka assam termasuk jenis hewan omnivor sehingga pilihan makanan mereka terbilang cukup beragam. Sebagian besar menu diisi oleh berbagai jenis buah yang bisa mereka temui di sekitar wilayah. Jika sulit menemukan buah, mereka akan mengonsumsi daun, biji-bijian, bunga, kulit pohon, hingga sejumlah invertebrata.
Menariknya, perut primata ini sudah beradaptasi sedemikian rupa sehingga bisa mengonsumsi makanan manusia. New England Primate Conservancy melansir kalau makaka assam yang tinggal di dekat kuil bisa memakan apa pun yang diberikan pengunjung. Selain itu, bagi kelompok yang tinggal dekat dengan lahan pertanian, mereka sering mengambil tanaman para petani. Hal ini tak jarang menimbulkan konflik yang berujung fatal untuk mereka.
Jika makaka assam menemukan makanan dalam jumlah banyak, mereka akan coba mengambil makanan tersebut sebanyak mungkin. Guna menyimpan makanan, makaka ini akan memanfaatkan semacam kantung di pipi mereka yang bisa dimasukkan makanan dalam jumlah tertentu. Kantung di area pipi ini juga membuat mereka bisa makan dalam porsi besar dalam satu waktu, lho.
3. Hidup secara berkelompok dalam jumlah besar

Sama seperti kebanyakan primata lain, makaka assam hidup secara berkelompok. Ukuran kelompok mereka cukup variatif. Ada yang terdiri atas 11—35 individu, tetapi ada pula kelompok besar yang terbentuk atas ratusan individu. Kelompok makaka assam dipimpin oleh seekor betina dari keluarga yang dominan. Jadi, dalam kelompok makaka ini akan ada beberapa keluarga berbeda. Adapun, satu di antaranya akan jadi keluarga yang memimpin keseluruhan kelompok.
Dilansir New England Primate Conservancy, anggota kelompok akan saling menjaga, berinteraksi, hingga mencari makan bersama setiap harinya. Primata ini merupakan hewan diurnal yang bisa beraktivitas di atas pohon maupun tanah. Umumnya, setiap betina akan menetap di kelompok tempat mereka dilahirkan sepanjang hidup. Sementara, jantan akan meninggalkan kelompok tempat mereka dilahirkan untuk bergabung dengan kelompok lain.
Menariknya, kelompok sosial makaka assam kadang mengalami konflik antarsesama. Kalau sudah demikian, individu yang berkonflik akan menyendiri dan menghindari segala bentuk aktivitas kelompok. Layaknya primata lain, makaka assam punya banyak jenis komunikasi dengan sesama, mulai dari verbal, sentuhan, hingga aroma. Kadang, mereka juga memainkan ekspresi wajah untuk menunjukkan apa yang sedang dirasakan pada situasi tertentu.
4. Sistem reproduksi
Musim kawin bagi makaka assam terjadi mulai dari Oktober—Februari. Primata ini termasuk hewan polygynandrous yang berarti jantan maupun betina akan kawin dengan beberapa pasangan yang berbeda. Setelah proses perkawinan selesai, betina akan mengandung janin setidaknya selama 165 hari atau 5,5 bulan.
Dilansir Animalia, makaka assam betina hanya akan melahirkan seekor anak tiap musim kawin. Setelah itu, betina tak akan kawin lagi untuk 2 tahun berikutnya. Anak makaka assam yang baru lahir biasanya memiliki bobot sekitar 400 gram dan mereka akan dijaga dengan ketat oleh sang induk. Menariknya, tak hanya makaka betina yang mengambil peran ini, tetapi juga ada andil dari jantan.
Para jantan akan membentuk ikatan khusus pada tiap anak makaka assam yang lahir di kelompok mereka. Terlepas dari apakah anak tersebut merupakan anak biologis mereka atau tidak, tiap pejantan dalam kelompok akan menjaga anak-anak dari gangguan kelompok makaka lain. Primata yang satu ini juga terbilang panjang umur. Sebab, mereka diketahui bisa hidup hingga usia 31 tahun di alam liar, lho.
5. Status konservasi yang mulai mengkhawatirkan

Dalam catatan IUCN Red List, makaka assam sudah ada pada kategori hampir terancam (Near Threatened) dengan tren populasi yang terus menurun. Alasan penurunan populasi ini pun tak jauh-jauh dari aktivitas manusia. Dilansir Earth's Endangered Creatures, deforestasi besar-besaran di Asia Selatan dan Asia Tenggara jadi faktor terbesar yang membuat populasi makaka ini semakin menurun.
Selain itu, kehadiran pemukiman manusia yang baru di sekitar habitat mereka sering menimbulkan konflik di antara dua kubu. Tak jarang, makaka assam turut jadi target buruan demi hobi semata ataupun diambil anggota tubuh mereka untuk memenuhi kepercayaan medis setempat. Di kawasan pertanian, primata ini dianggap sebagai hama karena sering mencuri tanaman petani.
Padahal, jika batas wilayah antara manusia dan makaka assam terbentuk dengan baik, primata ini dapat membawa sejumlah kebaikan bagi ekosistem. Makanan mereka yang didominasi oleh buah-buahan membuat primata ini jadi hewan yang bisa menyebarkan benih tanaman di hutan sehingga hewan ini termasuk polinator alami. Semoga saja upaya konservasi yang sedang diupayakan pada spesies makaka ini bisa berjalan dengan maksimal supaya populasi mereka tidak semakin terancam, ya!