Fakta Orangutan, Primata yang Punya Kemiripan dengan Manusia

Orangutan adalah primata yang istimewa karena mereka hanya bisa ditemukan di Indonesia, itu pun hanya ada di beberapa pulau. Dilansir Mental Floss, orangutan sendiri terdiri dari tiga spesies yaitu orangutan Sumatera, orangutan Kalimantan, dan terakhir orangutan Tapanuli yang baru dikonfirmasi pada tahun 2017 lalu.

Meski mirip satu sama lain, orangutan Kalimantan memiliki bulu merah yang sedikit lebih gelap daripada saudara mereka di Sumatera. Namun keduanya tetap memiliki janggut yang menjadi salah satu ciri khas mereka.

Orangutan bukan satu-satunya hewan yang menghuni pepohonan, namun mereka adalah yang terbesar. Dilansir Tree Hugger, orangutan jantan yang sudah dewasa memiliki tinggi 1,5 meter dengan berat sekitar 136 kg.

Sedangkan yang betina memiliki tinggi 1 meter dan berat 45 hingga 68 kg. Orangutan jantan selalu lebih besar dibandingkan betinanya. Mereka juga memiliki flensa atau bantalan di pipinya.

Setiap hewan memiliki umur yang berbeda. Ada hewan yang mati setelah usia beberapa hari, namun banyak juga hewan yang memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama. Namun semakin besar ukuran seekor hewan, biasanya usianya juga makin lama.

Hal itu juga berlaku bagi orangutan. Dilansir Earth, meski ukurannya tidak sebesar gajah, seekor orangutan bisa hidup hingga usia 30-40 tahun di alam liar. Namun di penangkaran, usia mereka bisa mencapai 50 bahkan 60 tahun.

Orangutan tumbuh dewasa dengan sangat lamban, dan betinanya hanya bereproduksi setiap delapan tahun sekali. Dilansir World Wildlife Fund, setelah mengandung selama 8,5 sampai 9 bulan, betina akan melahirkan seekor bayi.

Bayi orangutan ini kemudian akan hidup bersama induknya paling tidak selama 7 tahun hingga mereka cukup dewasa untuk memulai hidup sendiri. Selama periode ini, bayi orangutan akan sangat terikat dengan induknya. Di siang hari, bayi akan terus menempel pada induknya.

Ketika malam tiba, bayi ini akan naik ke sarangnya dan tidur bersama induknya. Dari sang induk jugalah para bayi ini belajar cara bertahan hidup, dari mulai cara membangun sarang hingga berburu untuk mendapatkan makanan.

Terlepas dari teori Charles Darwin yang menyatakan bahwa monyet adalah nenek moyang manusia, orangutan nyatanya memiliki DNA yang nyaris mirip dengan manusia. Dilansir Mental Floss, sekitar 97 persen DNA orangutan sama dengan manusia.

Tidak hanya itu, orangutan juga termasuk dalam daftar hewan yang cerdas. Beberapa orangutan di penangkaran bahkan belajar berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, dan meniru perilaku manusia.

Di alam liar, orangutan kerap memanfaatkan ranting sebagai alat untuk menyelesaikan berbagai kesulitan seperti mengeluarkan serangga dari lubang pohon, atau mengeluarkan biji dari daging buah.

Salah satu hal yang unik dari orangutan adalah, lengan mereka lebih panjang dari kakinya. Dilansir World Wildlife Fund, sekilas memang tidak terlihat, namun ketika direntangkan, kedua lengan itu bisa sepanjang 2,2 meter.

Sementara tinggi mereka hanya sekitar 1,5 meter, panjang lengan ini jelas tidak seimbang. Meski begitu, lengan panjang ini sangat berguna bagi orangutan. Mereka bisa dengan leluasa bergerak di antara cabang pohon, bahkan berayun dari satu pohon ke pohon lainnya di hutan tanpa takut akan jatuh.

Orangutan bukan hewan yang suka pilih-pilih dalam urusan makanan. Mereka memakan apa pun yang ada termasuk kacang-kacangan, kulit kayu, dedaunan, bahkan melahap telur burung jika sedang beruntung. Dilansir Tree Hugger, namun jika ditanya apa makanan favorit mereka, maka buah adalah jawabannya.

Orangutan mengonsumsi buah dalam jumlah yang sangat banyak. Buah kesukaan mereka adalah buah durian dan buah ara. Nah, kesukaan mereka pada buah nyatanya juga sangat menguntungkan bagi Bumi dan manusia.

Pasalnya ketika mereka menyantap buah, mereka juga menyantap biji buah tersebut. Namun karena tidak bisa dicerna, biji buah itu akan keluar lagi sebagai kotoran. Biji buah yang jatuh entah di mana itu akhirnya tumbuh sebagai pohon buah baru.

Bagi orangutan, pohon dan hutan adalah segalanya. Mereka jarang sekali turun ke tanah, dan lebih memilih menghabiskan 95 persen waktunya untuk tetap berada di pepohonan. Di antara pepohonan jugalah para primata ini mencari makan dan mendirikan sebuah sarang.

Sayangnya dilansir World Wildlife Fund, ada sekitar 100.000 ekor orangutan Kalimantan yang mati dari tahun 1999 hingga 2005. Sekarang ini, populasi orangutan Kalimantan hanya tersisa 104.000, orangutan Sumatera 14.000, dan Tapanuli hanya sekitar 800 ekor saja.

Penebangan dan perburuan liar, ditambah pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit membuat kehidupan orangutan semakin terpojok.

Kelangsungan hidup makhluk lain mungkin bukanlah hal yang sangat penting bagi kebanyakan manusia. Namun sebenarnya kehidupan mereka, termasuk orangutan sangat penting. Bukan hanya bagi manusia, tetapi juga bagi planet Bumi kita tercinta.