Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Taman Nasional Tesso Nilo di Sumatra, Rumah bagi Gajah Sumatra

seorang pawang dan gajah sumatra jantan mengelilingi Taman Nasional Tesso Nilo
seorang pawang dan gajah sumatra jantan mengelilingi Taman Nasional Tesso Nilo (commons.wikimedia.org/RaiyaniM)
Intinya sih...
  • Taman Nasional Tesso Nilo terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dengan luas wilayah 81.793 hektare dan dibagi ke dalam 6 zona berbeda.
  • Taman Nasional Tesso Nilo bukan hanya rumah bagi gajah sumatra, melainkan juga tempat tinggal bagi harimau sumatra, mamalia, burung, dan berbagai jenis tumbuhan.
  • Sejak awal didirikan, masalah utama yang dihadapi kawasan ini adalah kerusakan hutan akibat penebangan liar untuk alih fungsi lahan, khususnya perkebunan sawit.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu pasti setuju, kan, kalau Taman Nasional Tesso Nilo merupakan salah satu wilayah konservasi alam paling populer di Indonesia? Soalnya, ketika kita berselancar di media sosial, pasti ada saja unggahan yang membahas tentang taman nasional yang satu ini, khususnya terkait dengan gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang tinggal di sana. Selain itu, kita juga sering menerima kabar kurang enak dari Taman Nasional Tesso Nilo terkait pembalakan hutan dan konflik antara manusia dengan bentang alam yang ada di sana.

Maka dari itu, rasanya jadi penting bagi kita untuk mengenal lebih lanjut tentang Taman Nasional Tesso Nilo. Kita akan bahas mulai dari profil taman nasional sampai hal-hal terbaru yang sedang dialami rumah gajah sumatra ini. Tanpa basa-basi lagi, yuk, simak sederet fakta menarik dari Taman Nasional Tesso Nilo berikut ini!

1. Lokasi dan sejarah Taman Nasional Tesso Nilo

potret Matahari terbenam di Taman Nasional Tesso Nilo
potret Matahari terbenam di Taman Nasional Tesso Nilo (commons.wikimedia.org/Jennykapau)

Taman Nasional Tesso Nilo terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan, luas wilayah taman nasional ini adalah 81.793 hektare. Namun, luas wilayah tak serta merta terdiri atas hutan secara menyeluruh. Sebab, Taman Nasional Tesso Nilo dibagi lagi ke dalam 6 zona yang berbeda berdasarkan penetapan zona pengelolaan pada tahun 2019.

Zona pertama adalah zona rehabilitasi dengan luas 55.997,94 hektare. Kedua, zona pemanfaatan dengan luas 2.308,1 hektare. Ketiga, zona rimba dengan luas 16.654,39 hektare. Keempat, zona inti dengan luas 6.101,49 hektare. Kelima, zona tradisional dengan luas 674,31 hektare. Dan terakhir, ada zona religi dengan luas 55,77 hektare.

Sebelum tahun 1986, wilayah yang nantinya menjadi Taman Nasional Tesso Nilo itu berasal dari hutan yang dikelola dan dimanfaatkan perusahaan berdasarkan Hak Penguasaan Hutan kepada PT Dwi Marta dengan luas 120 ribu hektare dan PT Nanjak Makmur dengan luas 48 ribu hektare. Kemudian, melalui SK Menhut Nomor 173/Kpts-II/1986, diatur tentang tata guna hutan kesepakatan (TGHK) yang menetapkan kawasan hutan di sekitar wilayah Tesso Nilo.

Usulan mengubah wilayah Tesso Nilo menjadi taman nasional muncul pada tahun 2001 melalui usulan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau dan WWF Indonesia. Dalam usulan tersebut, wilayah Tesso Nilo ingin dijadikan sebagai kawasan konservasi. Kemudian, Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam beserta elemen pemerintah daerah Riau mendukung ide menciptakan wilayah konservasi alam, khususnya gajah sumatra.

Barulah pada 19 Juli 2004, terbit SK MENHUT Nomor 255/Menhut-II/2004 tentang perubahan fungsi sebagian HPT Areal eks HPH PT INHUTANI IV dan eks PT Dwi Marta yang ada di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu menjadi Taman Nasional Tesso Nilo. Saat awal diresmikan, taman nasional ini punya area sekitar 38.576 hektare. Namun, jumlah itu terus bertambah. Adapun, penetapan luas wilayah Taman Nasional Tesso Nilo saat ini didasari pada Keputusan Menteri Kehutanan dengan nomor Sk.6588/MenhutVII/KUH/2014 yang diterbitkan pada 28 Oktober 2014 silam.

2. Bukan sekadar rumah bagi gajah sumatra

patroli penjaga hutan dengan gajah di Taman Nasional Tesso Nilo
patroli penjaga hutan dengan gajah di Taman Nasional Tesso Nilo (commons.wikimedia.org/A. C. Shapiro)

Sejak awal, Taman Nasional Tesso Nilo memang diharapkan sebagai kawasan konservasi gajah sumatra yang populasinya kian mengkhawatirkan di alam liar. Berdasarkan catatan Taman Nasional Tesso Nilo per Juli 2025, ada sekitar 60—80 ekor gajah sumatra yang hidup di sana dan terus diawasi secara maksimal oleh pihak berwajib. Namun, sumber lain memperkirakan kalau sebenarnya ada sekitar 150-an ekor gajah yang hidup di sana.

Tentunya, Taman Nasional Tesso Nilo tidak hanya sekadar surga para gajah sumatra. Masih ada penghuni lain yang tak kalah pentingnya untuk ekosistem di sana. Misalnya saja, ada sekitar 3 ekor harimau sumatra, 30 jenis mamalia berbeda, 50 jenis burung berbeda, 115 jenis pohon, 9 jenis tanaman anggrek, 3 jenis kantong semar, dan 20 jenis pohon rotan.

Selain makhluk hidup, Taman Nasional Tesso Nilo juga kaya akan bentang alam yang berbeda. Ada sekitar 10 hulu anak sungai yang mengalir ke Sungai Kampar dan bentangan hutan hujan alami sekitar 6.500 hektare di sepanjang wilayah konservasi. Keberadaan dua tempat itu jadi pertanda kalau wilayah Tesso Nilo masih berperan sebagai penangkap dan penyimpan air alami yang nantinya dapat dimanfaatkan seluruh makhluk hidup di sekitar, termasuk manusia.

3. Wilayah konservasi sekaligus wisata alam

interaksi pawang dengan keluarga gajah sumatra
interaksi pawang dengan keluarga gajah sumatra (commons.wikimedia.org/Hadly Vavaldi)

Saat ini Taman Nasional Tesso Nilo dikelola dengan tiga prioritas utama, yakni pelestarian hutan primer beserta ekosistem di dalamnya, restorasi dan rehabilitasi hutan yang pernah terdampak, serta penertiban wilayah perkebunan sawit maupun hutan produksi lainnya agar lebih patuh terhadap hukum yang berlaku. Nah, selain upaya konservasi ini, sebenarnya Taman Nasional Tesso Nilo juga hadir sebagai kawasan wisata edukatif bagi masyarakat umum. Tujuannya supaya memberi edukasi tentang fungsi taman nasional serta pengalaman baru nan unik ketika berinteraksi dengan penghuni ekosistem yang ada di sana, khususnya gajah.

Menurut laman resmi Taman Nasional Tesso Nilo, pengunjung dapat melakukan trekking untuk mengamati hewan liar serta mengambil foto untuk mengabadikan momen berada di hutan tropis yang masih alami. Ditambah lagi, ada area khusus untuk pengunjung berkemah sekaligus melihat gajah sumatra dari dekat. Agar wisata lebih bermakna, disediakan pula tempat pendidikan konservasi dan penelitian yang dapat disambangi kapan saja.

4. Masalah yang sedang dialami Taman Nasional Tesso Nilo

citra satelit NASA terhadap wilayah Taman Nasional Tesso Nilo dari tahun ke tahun
citra satelit NASA terhadap wilayah Taman Nasional Tesso Nilo dari tahun ke tahun (commons.wikimedia.org/NASA)

Meski statusnya sudah menjadi taman nasional yang dilindungi pemerintah daerah dan pusat, Taman Nasional Tesso Nilo masih tetap diliputi masalah. Bahkan, sejak awal didirikan, masalah utama yang dihadapi kawasan ini adalah kerusakan hutan akibat penebangan liar untuk alih fungsi lahan, khususnya perkebunan sawit. Prof. Dr. Tati Suryati Syamsudin, M.S., DEA dari Institut Teknologi Bandung menyebut kalau perubahan lanskap hutan di pulau Sumatra, khususnya Taman Nasional Tesso Nilo, terjadi secara perlahan, tapi dalam jangka waktu yang panjang.

Hasilnya, pola pergerakan gajah di sana jadi berubah karena ruang gerak yang semakin kecil sehingga semakin sulit pula untuk mencari makan. Menurut beliau, selama ekosistem hutan menyediakan ruang gerak dan makanan yang cukup, gajah akan selalu berada di kawasan yang sama. Sebaliknya, ketika dua hal tersebut direnggut, mereka akan pindah ke tempat lain yang tak jarang menghasilkan konflik dengan masyarakat. Selain itu, kantung gajah pun jadi semakin terfragmentasi yang membuat mereka semakin rentan.

Masalah kerusakan hutan alami itu semakin diperparah dengan polemik antara masyarakat sekitar Taman Nasional Tesso Nilo. Polemik yang dimaksud adalah dinamika sosial-ekonomi antara petugas penjaga taman nasional dengan orang-orang yang mengaku sebagai penduduk sekitar taman nasional. Berulang kali kita mendapat kabar kalau terjadi konflik lantaran ada kelompok masyarakat yang merasa dirugikan dengan pengembalian lahan sawit ke kawasan konservasi.

Masyarakat setempat berdalih kalau lahan yang dimanfaatkan sudah memiliki izin yang artinya ada indikasi ketidakjelasan regulasi dari pemerintah terkait batas wilayah. Kalaupun bukan karena regulasi, penindakan yang tegas dan humanis tetap harus dilakukan sembari memberikan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat tersebut agar mengerti dengan kondisi di sana. Harapannya, jika pendekatan regulasi yang jelas dan sosialisasi yang matang dilakukan, upaya konservasi di Taman Nasional Tesso Nilo dapat diteruskan secara maksimal.

5. Masa depan Taman Nasional Tesso Nilo

gajah sumatra dan pawangnya sedang bermain air di Taman Nasional Tesso Nilo
gajah sumatra dan pawangnya sedang bermain air di Taman Nasional Tesso Nilo (commons.wikimedia.org/Hadly Vavaldi)

Faktanya, kerusakan hutan yang terjadi di pulau Sumatra itu tak hanya terjadi di Tesso Nilo saja. Semakin maraknya pembukaan lahan liar dari pihak-pihak tak bertanggung jawab jadi sinyal kalau segenap elemen harus bersatu untuk menjaga kelestarian alam di sana, khususnya Taman Nasional Tesso Nilo. Perbaikan atas kerusakan alam itu bukan tugas yang mudah, apalagi cepat. Bayangkan saja, satu kawasan bekas tambang yang direhabilitasi itu baru menunjukkan hasil awal setelah 15—25 tahun setelah rehabilitasi pertama dilakukan.

Prof. Tati Suryati Syamsudin mengingatkan kalau konservasi itu harus melibatkan pengelola kawasan, pemerintah, masyarakat umum, tim peneliti, dan organisasi nonpemerintah. Setiap pihak bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing. Kerja sama itu merupakan komitmen yang harus dijaga supaya kita dapat menjamin keberlanjutan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo. Jika berhasil, tak hanya hutan dan populasi hewan yang lebih meningkat, tapi ada pula potensi pemberdayaan masyarakat berbasis riset dan konservasi alam.

Hal itu sebenarnya sudah tercermin kalau kita melihat potensi wisata yang ada di Taman Nasional Tesso Nilo yang mulai naik daun. Potensi ekonomi yang menjanjikan bagi banyak orang sekaligus tetap menjaga alam, siapa yang tidak mau, bukan? Semoga saja kita semua mampu untuk terus konsisten dalam menjaga, merawat, dan mengembangkan seluruh taman nasional yang ada di Indonesia supaya alam kita yang terkenal kaya ini tetap lestari sampai masa-masa yang akan datang, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Taman Nasional Tesso Nilo di Sumatra, Rumah bagi Gajah Sumatra

09 Des 2025, 08:06 WIBScience