7 Fakta Unik Bagas, Babi Hutan Ganas yang Sering Dijumpai Pendaki

Di kalangan pendaki Gunung Cikuray, Jawa Barat, ada satu nama yang tak asing. Bagas. Nama ini bukan dimiliki oleh porter, guide, ataupun warga sekitar. Nama ini adalah julukan untuk babi hutan yang berdiam di sana.
Ya, bagas merupakan nama yang disematkan para pendaki gunung pada babi hutan yang kerap menghampiri pendaki. Seakan sudah kenal lama, bagas suka menyambangi tenda dan mengendus tas pendaki. Apakah babi ini bisa berbahaya bagi pendaki? Seperti apa kepribadiannya? Yuk, cari tahu lewat tujuh fakta unik bagas, babi hutan yang sering dijumpai pendaki berikut ini!
1. Populer di kalangan pendaki

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bagas merupakan nama yang diberikan para pendaki gunung Cikuray pada babi hutan yang kerap mereka jumpai. Nama bagas sendiri merupakan singkatan dari Bagong Ganas. Bagong merupakan istilah babi hutan dalam Bahasa Sunda, sementara ganas merujuk pada sifat babi hutan yang dipercaya agresif dan ganas.
Kemunculan bagas tak jarang bikin panik para pendaki. Babi hutan ini sering menghampiri tenda karena tergiur oleh bau makanan dari perbekalan yang dibawa para pendaki. Meski demikian, keberadaan bagas gak menyurutkan semangat para pendaki untuk menikmati keindahan Gunung Cikuray di Garut, Jawa Barat.
2. Di luar negeri, bagas disebut banded pig

FYI, babi hutan seperti bagas gak cuma ditemukan di Indonesia saja. Mamalia bernama ilmiah Sus scrofa ini tersebar sangat luas di Asia, Eropa, sampai Afrika Utara. Babi hutan adalah salah satu mamalia dengan wilayah persebaran terluas di dunia.
Dikarenakan hidup di mana-mana, babi hutan dikelompokkan jadi beberapa subspesies. Nah, bagas atau babi hutan yang sering dijumpai pendaki gunung itu tergolong babi hutan subspesies S. s. vittatus. Di luar negeri, subspesies babi hutan ini disebut banded pig.
3. Subspesies babi hutan paling basal

Tahukah kamu kalau bagas itu jenis babi hutan paling basal? Ya, hal ini diterangkan oleh laman Jungle Dragon. Sebagai subspesies babi hutan paling basal, itu artinya bagas adalah yang paling awal bercabang dari garis keturunan utama kelompoknya.
Ada beberapa perbedaan morfologi yang terlihat pada bagas kalau dibandingkan dengan subspesies babi hutan lainnya. Misalnya, ukuran otak mereka relatif paling kecil di antara subspesies babi hutan lain. Stuktur tengkoraknya juga gak terspesialisasi, serta giginya lebih primitif.
4. Bagas gak cuma ada di Jawa

Di Indonesia, bagas gak cuma ditemukan di Indonesia saja. Babi hutan ini juga tersebar di Sumatra dan Kepulauan Sunda Kecil. Bagas suka hidup di daerah dengan sumber air yang konstan dan tutupan vegetasi yang lebar. Dilansir laman Animalia, habitatnya berupa hutan, rawa, daerah yang tergenang air, sabana berumput, semak belukar, sampai lahan pertanian.
5. Ramah selama tidak dilukai atau ditakut-takuti

Sama halnya hewan liar pada umumnya, bagas bisa berpotensi membahayakan manusia. Hewan ini akan mempertahankan diri dengan cara menyerang bila merasa tersudut atau dilukai. Apalagi saat musim kawin, babi hutan jantan menjadi sangat agresif untuk berkompetisi mendapatkan betina. Sifat dan kebuasan babi hutan membuatnya jadi hewan buruan favorit manusia sejak zaman dulu sampai sekarang.
Meskipun demikian, babi hutan bisa menjadi hewan yang ramah dan penuh rasa ingin tahu. Dikutip dari laman Animalia, babi hutan biasanya menguik bila bersikap ramah, dan menggeram bila sedang agresif. Sebagai hewan nokturnal, babi hutan mulai beraktivitas saat hari menjelang petang.
6. Omnivor oportunis, bisa makan apa saja

Bagas dikenal suka menghampiri pendaki untuk mencari makanan. Apakah itu artinya bagas bisa makan makanan manusia? Sejatinya, bagas atau babi hutan merupakan hewan omnivor. Itu artinya ia gak pilih-pilih makanan. Bagas makan berbagai macam material tumbuhan dan hewan. Bahkan, babi hutan juga diketahui memangsa anak sapi kecil, domba, dan ternak lainnya kalau ada kesempatan.
Laman Woodland Trust menerangkan kalau babi hutan merupakan pemakan yang oportunis. Ia bakal makan apa saja yang ditemukannya di lantai hutan. Menurut penjelasan laman Animal Diversity, babi hutan ini bisa menyesuaikan menu makanannya sesuai apa yang sedang tersedia di ekosistem. Selera makannya yang fleksibel ini bikin bagas mudah bertahan hidup di situasi apapun.
Pada kasus bagas, babi hutan ini tergoda oleh bau makanan yang dibawa oleh pendaki. Ini bukan suatu hal yang aneh, mengingat para pendaki berada di habitat babi hutan, dan bagas sekadar mencari makan di habitatnya. Lama kelamaan, mereka bisa terbiasa makan dari perbekalan para pendaki.
7. Keberadaan bagas penting bagi ekosistem

Tahukah kamu kalau bagas agak beda dari populasi babi hutan di tempat lain? Sifat bagas lebih condong ke frugivor, alias suka makan buah. Seperti yang diterangkan laman Animalia, banded pig diketahui memakan sekitar 50 jenis buah yang berbeda. Dikarenakan pola makan buah-buahan ini, bagas sangat penting bagi ekosistem karena perannya sebagai penyebar biji-bijian.
Nah, perjumpaan antara bagas dan pendaki gunung bisa menjadi pelajaran berharga untuk menghargai keberadaan sesama makhluk hidup. Selama tidak mengganggu dan melukai hewan penghuni gunung seperti bagas, para pendaki bisa tetap aman mendaki gunung tanpa khawatir diserang. Setelah tahu lebih banyak, bagaimana pendapatmu tentang bagas, babi hutan yang sering dijumpai pendaki?