Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gajah yang Bisa Melukis Tidak Selucu Kelihatannya, Ini Faktanya!

gajah melukis (commons.wikimedia.org/Raki_Man)
gajah melukis (commons.wikimedia.org/Raki_Man)

Akhir-akhir ini, banyak seliweran video tentang gajah yang bisa melukis. Kita yang menontonnya tentu saja kagum dan ini menjadi tontonan yang menghibur. Namun, benarkah seekor hewan bisa dilatih untuk berperilaku layaknya manusia, seperti melukis? Apa memang melukis adalah bakat terpendam seekor gajah? 

Yap, lagi-lagi kita dibuat terkesan dengan perilaku hewan cerdas seperti gajah yang bisa melukis ini. Contohnya saja gajah bernama Suda yang terkenal karena bisa menghasilkan lukisan dengan belalainya. Di sisi lain, lukisannya bahkan dijual, lho.

Lukisan seekor gajah sebenarnya menunjukkan fleksibilitas perilaku mereka, bukan kecerdasannya. Nah, itu berarti, melukis bukanlah sesuatu yang mereka nikmati sebagai hobi. Jadi, semakin jauh suatu aktivitas atau perilaku dari apa yang dilakukan hewan di alam liar, maka semakin kecil pula kesejahteraan yang mereka rasakan. Rupanya, para ilmuwan telah mengamati seberapa besar manfaat melukis bagi gajah. Berikut penjelasannya!

1. Antropomorfisme manusia kepada hewan

Gajah semak Afrika (Loxodonta africana) betina dengan bayinya yang berusia enam minggu, di Kawasan Safari Matetsi, Zimbabwe (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)
Gajah semak Afrika (Loxodonta africana) betina dengan bayinya yang berusia enam minggu, di Kawasan Safari Matetsi, Zimbabwe (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Mengapa manusia suka memproyeksikan sifat manusia ke hewan? Sebuah makalah yang ditulis oleh ahli perilaku hewan terkenal bernama Dr. Gordon Gallup Jr. dalam Journal of Social Issues berjudul "Attribution of Cognitive States to Animals: Anthropomorphism in Comparative Perspective" (1993), menyatakan bahwa mengantropomorfiskan hewan merupakan sifat alami manusia. Rupanya, nenek moyang kita memahami anggota kelompok sosial mereka, dengan melihat dunia dari sudut pandang lain.

Ketika manusia berinteraksi dengan hewan, manusia mencoba memahami hewan dengan membayangkan bagaimana perasaan manusia jika ia berada di posisi mereka (hewan). Jadi, saat manusia membawa hewan ke penangkaran di kebun binatang, laboratorium, atau sebagai hewan peliharaan pribadi, manusia akan melakukan yang terbaik untuk memberikan kenyamanan dengan memosisikan dirinya dengan hewan tersebut. Selain makanan, air, dan kandang yang bersih, perawatan hewan yang baik mencakup pengayaan yang baik. Nah, dengan memberikan perlakuan yang baik terhadap hewan, hal ini bisa menghilangkan stres pada hewan di penangkaran.

2. Melukis tidak membuat gajah tenang

default-image.png
Default Image IDN

Jadi, memberikan aktivitas seperti manusia kepada hewan, bukanlah hal yang menguntungkan bagi hewan, terutama hewan yang ditempatkan dalam penangkaran. Terus, kenapa, sih, manusia mengenyahkan antropomorfisasi ini? Kenapa manusia menguji, apakah melukis sama menenangkannya bagi gajah seperti halnya bagi manusia?

Dalam sebuah studi tahun 2014 dari jurnal ilmiah PeerJ, dengan judul "Is Painting by Elephants in Zoos as Enriching as We Are Led to Believe?", para peneliti mengukur apakah gajah di kebun binatang Melbourne tidak terlalu stres karena diajari melukis. Peneliti melakukan ini dengan memeriksa perilaku gajah untuk mencari tanda-tanda stres. Pasalnya, ketika hewan stres atau berada di lingkungan yang buruk, hewan akan menunjukan perilaku yang berbeda.

Hewan dalam penangkaran biasanya menunjukkan gerakan berulang yang tidak memiliki tujuan, manfaat, atau fungsi yang jelas. Misalnya, gajah yang stres bisa saja menggoyangkan kepala berulang kali atau melangkah berulang kali. Mengukur perilaku gajah ini sebelum, selama, dan setelah sesi melukis, dapat memberi tahu para ilmuwan seberapa menenangkan atau menyenangkan aktivitas ini bagi gajah.

Menariknya, para peneliti tidak menemukan perubahan dalam perilaku stereotip pada gajah berdasarkan aktivitas melukis yang dilakukan gajah. Sepertinya, melukis memang tidak memberikan kesejahteraan atau kenyamanan bagi gajah. Sebaliknya, yang diuntungkan dari aktivitas hewan ini adalah manusia. Manusia diuntungkan karena hasil lukisan-lukisan gajah ini, nantinya bisa menarik publik dan bahkan dijual.

3. Gajah yang bisa melukis bukanlah hiburan yang harus didukung

gajah melukis di Pusat Konservasi Gajah Thailand, Lampang, di Thailand (commons.wikimedia.org/PumpkinSky)
gajah melukis di Pusat Konservasi Gajah Thailand, Lampang, di Thailand (commons.wikimedia.org/PumpkinSky)

Kebun binatang dan taman margasatwa di seluruh dunia menarik pengunjung dengan gajah-gajah berbakat yang bisa melukis. Meskipun gajah-gajah tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda stres, tetapi masyarakat umumnya tidak tahu perilaku stres yang dialami gajah. Dalam sebuah wawancara dengan Green Global Travel, aktivis hewan bernama Lek Chailert mendesak para pengunjung untuk tidak mendukung wahana yang menampilkan gajah melukis.

Ia mengatakan kalau wahana yang menampilkan gajah melukis ini menggunakan strategi pelatihan yang cukup kasar. Lek Chailert menjelaskan bahwa beberapa taman hiburan gajah di Thailand mempraktikkan phajaan, yaitu melatih gajah dengan cara menyiksanya. Bisa dibilang, hingga mentalnya hancur. Termasuk gajah-gajah yang mungkin kamu tunggangi saat kamu berwisata ke Thailand.

Sebenarnya, memang tidak ada kebun binatang yang mengharuskan semua gajah melukis, tetapi dengan memamerkannya, kebun binatang secara tidak langsung memikat publik lewat kecenderungan manusia yang suka mengantropomorfiskan hewan. Gajah adalah hewan liar yang harus dirawat sebagaimana mestinya, seperti mempertimbangkan kebutuhan fisik dan perilaku mereka. Nah, jika kita ingin melestarikan semua hewan di muka bumi ini, maka salah satu strategi utama adalah membiarkan hewan ini hidup bebas di alam, tanpa intervensi apa pun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us