12 Gelombang Panas Mematikan Sepanjang Sejarah, Memakan Korban!

Sudah nyadar belum, nih, kalau akhir-akhir ini Bumi terasa lebih panas? Pada Mei 2024, Indonesia juga mengalami cuaca panas yang menyengat, tetapi Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa cuaca panas tersebut bukanlah gelombang panas. Tak seperti yang terjadi di negara Asia lain kala itu, termasuk Thailand dan Kamboja.
Di sisi lain, cuaca panas memang punya konsekuensi yang besar, contohnya saja kebakaran hutan, kekeringan, dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Namun, sebenarnya banyak wilayah dari berbagai negara di dunia yang mengalami suhu ekstrem hingga memakan korban jiwa. Oleh sebab itu, kita akan membahas tentang deretan peristiwa gelombang panas paling mematikan dalam sejarah.
1. Gelombang panas mematikan yang menerjang Amerika Serikat Bagian Timur Laut pada 1896

Times Union melansir kabar bahwa pada Agustus 1896, gelombang panas yang mematikan menghantam para penghuni rumah petak di New York City. Saat itu, suhunya mencapai 33 derajat Celsius dengan kelembapan 90 persen. Suhu panas dan lembap ini terjadi selama berhari-hari, tanpa adanya angin dan bahkan panasnya terasa hingga malam hari.
Situasinya jadi lebih buruk karena gaya hidup warga New York. Di rumah petakan di Lower East Side, para warganya tinggal berdesakan dalam satu rumah. Satu ruangan biasanya dihuni lima hingga enam orang. Ditambah lagi, AC belum ada.
Nah, saking panasnya, mereka terpaksa tidur di luar. Namun, pemerintah melarang warganya tidur di luar, khususnya taman umum. Akibatnya, banyak warga yang tidur di tempat yang tidak aman, seperti atap atau tangga darurat. Hal ini pun berujung pada cedera serius hingga kematian. Mirisnya lagi, ada warga yang memilih tidur di dermaga East River. Namun, saat tertidur mereka berguling dan tenggelam. Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 1.500 orang.
Gelombang panas tersebut memicu munculnya komisaris polisi Kota New York, Theodore Roosevelt, yang merupakan salah satu dari sedikit politisi yang berempati dengan kaum miskin di kota tersebut. Roosevelt mendukung dan mengawasi distribusi es balok gratis, serta membongkar praktik penimbunan es secara berlebihan. Theodore Roosevelt akhirnya menjadi gubernur New York. Ia mereformasi kehidupan warga New York di rumah petakan.
2. Gelombang panas mematikan yang menimpa Amerika Serikat Bagian Timur pada 1901

Menurut National Weather Service, gelombang panas mematikan pada Juli 1901 menewaskan hingga 9.500 orang. Suhu ekstrem melanda wilayah timur Amerika Serikat dengan suhu 33 derajat Celsius di Bowling Green, Kentucky. Selama 10 hari, suhu tertingginya mencapai 38 derajat Celsius.
Sebanyak 724 warga Kota New York meninggal karena gelombang panas ini. Lalu, 250 kuda di New York mati dalam satu minggu. Jadinya, banyak warga yang tinggal sementara di taman. Di samping itu, ada beberapa warga yang histeris dan menggila karena gelombang panas ini. Ingat ya! Pada era ini, AC belum ada.
Di St. Louis, seorang perempuan bernama Clara Bosch, meninggal akibat stres parah karena kepanasan. John Boepple, orang yang menemukan hot dog, juga meninggal dunia karena heat stroke atau serangan panas. Pada hari yang sama, tujuh orang lainnya juga meninggal karena heat stroke.
Selama 15 hari, St. Louis dilanda suhu hingga 37 derajat Celsius atau lebih. Bahkan selama empat hari, suhunya mencapai hingga 41 derajat Celsius. Satu-satunya hal yang dapat diandalkan warga adalah ember berisi es, tempat teduh, dan kipas tangan (kipas manual). Banyak orang yang datang ke rumah sakit selama gelombang panas ini, biasanya disuruh untuk mandi air es.
3. Gelombang panas di Amerika Serikat Bagian Tengah dan Utara pada 1936

Pada musim panas 1936, gelombang panas mengerikan menimpa Amerika Serikat kembali. Cuaca ekstrem ini diperparah oleh peristiwa Dust Bowl (badai debu parah) di awal 1930-an. Daerah yang paling terdampak dengan gelombang panas ini adalah negara bagian Plains, Upper Midwest, dan Great Lake.
Rekor suhu tertinggi mencapai 43 derajat Celsius di Wisconsin dan Iowa pada 13 sampai 14 Juli 1936. Diperkirakan 5.000 orang meninggal dunia karena gelombang panas ini. Selain itu, kota Steele di Dakota Utara, suhunya mencapai hingga 49 derajat Celsius, lho, yang akhirnya menjadi suhu terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah Amerika Serikat, sebagaimana yang dilaporkan The Washington Post. Meskipun AC sudah diperkenalkan ke masyarakat Amerika, tetapi AC hanya tersedia di toko-toko dan teater atau bioskop.
Suhu ekstrem di wilayah tersebut memang diperparah oleh kekeringan Dust Bowl, yang membuat lahan pertanian rusak. Akibatnya, langkanya pohon dan tanaman yang seharusnya bisa meredam panas, merubah Amerika bak gurun tandus. Nah, karena masalah ini, orang Amerika mulai belajar dari kesalahan dan mengubah teknik pertanian mereka untuk melestarikan tanah serta meminimalkan kekeringan.
4. Gelombang panas di Amerika Serikat pada 1980

Gelombang panas 1980 merupakan salah satu yang paling mematikan di Amerika Serikat. Korban jiwa yang disebabkan oleh gelombang panas ini mencapai 1.260 orang, tetapi ini tidak termasuk kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh bencana tersebut, yang jumlahnya bisa mencapai 10.000 kematian. Pasalnya, cuaca panas tersebut menimbulkan kekeringan yang parah dan ekstrem di negara bagian Plains dan Amerika Serikat bagian tenggara.
Cuaca terpanas terjadi di Dallas-Fort Worth, Texas, lantaran selama dua hari suhunya mencapai 45 derajat Celsius. Di Alabama, gelombang panas menewaskan 120 orang, karena 80 persen wilayah negara bagian ini suhunya mencapai 37 derajat Celsius dan seperempat wilayah negara bagian ini suhunya mencapai 40 derajat Celsius. Ratusan ribu ayam mati, bersamaan dengan matinya lahan pertanian jagung di Alabama, seperti yang dilaporkan National Weather Service.
Gelombang panas ini terjadi selama Perang Dingin. Jadi, warga Amerika berspekulasi bahwa Uni Soviet mengarahkan laser antariksa ke negara bagian tersebut, agar cuacanya panas. Namun, menurut fakta ilmiah, gelombang panas ini disebabkan oleh tiga area bertekanan tinggi di wilayah tersebut, dimana atmosfernya relatif tebal dan memiliki tekanan lebih besar dari wilayah yang lain. Namun, area bertekanan tinggi ini biasanya menghilang dalam beberapa hari, tetapi gelombang panas pada 1980 berlangsung dari Juli hingga Agustus.
5. Gelombang panas di Yunani pada 1987

Pada Juli 1987, suhu tertinggi yang tercatat di Athena, Yunani, mencapai 45 derajat Celsius. Sementara itu, rata-rata suhunya berkisar 35 hingga 38 derajat Celsius. Diperkirakan bahwa 1.000 orang meninggal dunia karena gelombang panas ini.
Setiap harinya, ada 6.000 panggilan telepon darurat yang meminta pertolongan akibat serangan panas, sebagaimana yang dikutip The Guardian. Rumah sakit juga kedatangan banyak pasien setiap harinya. Apalagi pada saat itu, kebanyakan rumah sakit tidak memiliki AC. Akibatnya, 20 orang meninggal setiap harinya di rumah sakit terbaik di Athena.
Rekor tertinggi tercatat bahwa 80 orang meninggal. Para korban kebanyakan adalah lansia dan mereka yang menderita masalah kesehatan, yang lebih rentan terserang dehidrasi. Beberapa rumah sakit bahkan meminta keluarga korban membeli es di pasar ikan untuk mengawetkan mayat.
Di samping itu, gelombang panas ini terasa di seluruh Mediterania. Pasalnya, ada 60 warga Turki yang tenggelam di tempat wisata, seperti kolam renang atau laut saat mereka ingin meredam suhu panas yang mencapai hingga 49 derajat Celsius. Namun, hal ini tidak menghalangi wisatawan untuk datang.
Sementara itu, pariwisata Yunani mengalami lonjakan wisatawan asing dari Inggris di akhir musim panas. Naas, dua perempuan Inggris ini menjadi korban gelombang panas. Mereka yang selamat harus berbaring dengan handuk basah agar bisa tidur di cuaca panas yang ekstrem.
6. Gelombang panas di Amerika Utara pada 1988

Gelombang panas pada 1988 menyebabkan kebakaran terbesar dalam sejarah Taman Nasional Yellowstone. Pasalnya, 36 persen taman ini terbakar, dan 300 hewan mati, sebagaimana yang dilaporkan National Park Service US Department of the Interior. Gelombang panasnya bahkan terasa di seluruh Amerika.
Rekor suhu tertingginya tercatat di 67 lokasi berbeda di 23 negara bagian Amerika. Kota Tucson di Arizona, suhunya mencapai 44 derajat Celcius. Lalu, kota Sioux Falls di Dakota Utara, suhunya mencapai 43 derajat Celsius.
Dampak gelombang panas ini menyebabkan kekeringan yang berlangsung selama bertahun-tahun. Kekeringan melanda 40 persen negara Amerika. Di samping itu, curah hujan dari April hingga Juni 1988 menjadi yang terendah di abad ke-20.
Akibat kekeringan ini, pertanian mengalami kerugian. Nah, kerugian di bidang pertanian ini diperkirakan mencapai 44,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp683 triliun, seperti yang dikutip AccuWeather. Korban jiwa akibat gelombang panas ini diperkirakan mencapai 5.000 hingga 10.000 orang.
7. Gelombang panas mematikan menyerang kota Chicago pada 1995

Selama tiga hari pada 1995, panas terik melanda wilayah barat tengah Amerika, tetapi kota Chicago menjadi kota terparah yang dilanda gelombang panas ini. Bangunan di kota ini didominasi dengan bangunan bata, tempat parkir aspal, dan atap tar, yang menjadikan kota ini sangat panas, seperti yang dikutip Chicago Magazine. Suhu tertinggi yang tercatat adalah 41 derajat Celsius, dan kelembapannya sangat tinggi.
Nah, karena suhu dan kelembapan yang tinggi ini, panasnya pun semakin memuncak hingga 51 derajat Celsius. Gelombang panas ini bertahan selama enam jam. Ditambah lagi, tidak ada hujan sama sekali.
Gelombang panas ini menewaskan 739 warga Chicago. Bahkan, di hari pertama gelombang panas ini terjadi, ada 16.727 panggilan ke operator 911. Ruang gawat darurat dan rumah sakit melebihi kapasitas, hingga tidak mau menerima pasien baru.
Chicago dianggap tidak mampu menghadapi dampak dari gelombang panas ini. Selain itu, pejabat sangat lamban dalam bertindak. Setelah gelombang panas 1995, Chicago dihantam gelombang panas lagi pada 1999. Kali ini menewaskan 114 orang. Namun, Chicago mulai melakukan kesiapsiagaan terhadap dampak dari gelombang panas. Kota ini memberlakukan rencana tanggap darurat akibat panas ekstrem, yang mencakup enam pusat pendingin dan 50 bus pendingin, serta pengawasan rutin terhadap warga kota yang rentan terserang heat stroke, sebagaimana yang dikatakan Scientific American.
8. Gelombang panas di India pada 2002

Pada 9 Mei hingga 15 Mei 2002, sekitar 1.030 warga India dilaporkan tewas karena gelombang panas. Pasalnya, India dilanda suhu ekstrem hingga mencapai 46 derajat Celsius, seperti yang dijelaskan CBC News. Rumah-rumah yang terbuat dari lumpur dan rumah-rumah beratap seng menjadi sepanas tungku saat suhu di negara bagian selatan Andhra Pradesh, mencapai 51 derajat Celsius. Wilayah ini memakan korban jiwa terbanyak.
Pemerintah India mengeluarkan peringatan darurat akibat gelombang panas ini. Mereka menyediakan air bersih bagi warga tidak mampu, dan meminta warga untuk tetap di rumah. Saat gelombang panas ini berakhir, pemerintah Andhra Pradesh berjanji untuk memberi kompensasi kepada keluarga korban senilai 50.000 rupee atau setara dengan Rp9 juta, seperti yang dikutip CNN.
9. Gelombang panas mematikan di Eropa pada 2003

Pada 2003, Eropa dilanda musim panas yang ekstrem. Musim panas ini menewaskan sekitar 30.000 orang. Prancis termasuk negara yang mengalami musim panas terburuk.
Selama lebih dari seminggu, suhu di Prancis mencapai 37 derajat Celsius. Suhu tertingginya mencapai 40 derajat Celsius. Di sisi lain, produksi energi nuklir Prancis mengalami kegagalan. Sayangnya, hal ini bertepatan saat permintaan listrik meningkat. Akibatnya, ada sekitar 14.000 kematian di Prancis, sebagaimana yang dilaporkan CNN.
Gelombang panas ini disebabkan oleh fenomena antisiklon di Eropa, yang membuat suhu 20 sampai 30 persen lebih tinggi dari rata-rata. Apalagi, ditambah dengan banyaknya polutan dari mobil dan pabrik. Di samping itu, kebanyakan korban tewas adalah lansia, yang dianggap paling rentan dengan krisis panas ini.
Suhu panas ekstrem ini juga berdampak pada lingkungan. Pasalnya, gletser Alpen mencair hingga 10 persen pada musim panas 2003 ini. Nah, karena banyak es yang mencair di pegunungan, otomotis sering terjadi longsor es. Peristiwa ini pun terjadi berbarengan dengan kebakaran hutan dan menyusutnya produksi pangan, terutama hasil panen, sebagaimana yang dikatakan Britannica.
10. Gelombang panas mematikan di Rusia pada 2010

Gelombang panas yang melanda Rusia pada musim panas 2010 sangatlah dahsyat, sampai-sampai masuk ke Guinness World Record sebagai gelombang panas paling mematikan, lho. Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 56.000 orang. Kematian sebanyak ini terjadi karena heat stroke, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Suhu tertinggi pada musim panas 2010 ini terjadi pada 11 Juli, dengan suhu mencapai 44 derajat Celcius. Suhu panas ini tercatat di republik selatan Kalmykia. Di samping itu, menurut para ilmuwan dalam penelitian yang dipublikasikan di Geophysical Research Letters melalui Reuters, gelombang panas ini bukan disebabkan oleh perubahan iklim, tetapi disebabkan oleh penyumbatan atmosfer. Hal ini terjadi ketika atmosfer bertekanan tinggi menumpuk. Akibatnya, udara dingin dan hujan terperangkap di atasnya.
Di sisi lain, warga Rusia kesal dengan pemerintah yang kurang sigap menangani dampak gelombang panas ini. Warga Rusia menuduh bahwa pemerintah meremehkan cuaca ekstrem ini, dan meminta dokter untuk tidak mengaitkan kematian korban dengan dampak sengatan panas.
11. Gelombang panas mematikan di India pada 2015

India kembali dilanda gelombang panas pada 2015, dan provinsi Andhra Pradesh menanggung beban terberatnya, karena 1.719 penduduknya meninggal dunia. Jumlah korban tewas di seluruh India mencapai 2.330 orang. Di kota-kota di India, suhu tertingginya mencapai 47 derajat Celsius. Akibat suhu ekstrem ini, aspal jalanan di New Delhi sampai meleleh, lho.
Pemerintah India menghimbau warganya untuk mengenakan baju-baju berwarna terang, dan tidak berada di luar ruangan antara pukul 11 siang hingga jam 4 sore. Pasalnya, di jam-jam rawan inilah dua pengemudi taksi meninggal dunia karena heat stroke atau sengatan panas. Kendati demikian, banyak toko yang menyediakan air gratis bagi para pejalan kaki.
12. Gelombang panas mematikan di Pakistan pada 2015

Seperti negara tetangganya, pada 2015, Pakistan juga mengalami gelombang panas. Diperkirakan 1.100 orang meninggal karena gelombang panas ini, sebagaimana yang dikutip Britannica. Hal ini diperparah dengan pemadaman listrik yang terjadi di Pakistan.
Pemerintah pakistan pun berupaya sebaik mungkin dengan membagikan air dan salt tablet untuk meningkatkan kadar natrium yang rendah dalam darah dan menyeimbangkan elektrolit dalam tubuh korban yang mengalami heat stroke dan dehidrasi. Pasalnya, rumah sakit didatangi banyak korban akibat gelombang panas. Beberapa pasien yang dibawa ke rumah sakit bahkan pingsan di jalan.
Pada suatu hari, suhu di Pakistan mencapai 44 derajat Celsius, suhu tertinggi yang dialami Pakistan dalam 15 tahun terakhir. Karachi, kota terbesar dengan penduduk 22 juta orang, mengalami pemadaman listrik selama berjam-jam. Di sisi lain, gelombang panas ini bertepatan dengan bulan Ramadan. Namun, ulama di Pakistan mengeluarkan fatwa yang mengizinkan umat Islam untuk membatalkan puasa jika nyawa mereka terancam selama gelombang panas ini, seperti yang dijelaskan NBC News.
Kalau dipikir-pikir, gelombang panas mematikan telah terjadi sejak abad ke-19. Bisa kita pahami betul kalau perubahan suhu ekstrem ini terjadi karena Bumi mengalami beberapa fenomena cuaca atau dampak dari perubahan iklim.
Yuk, kita pelajari lagi gejala-gejala yang terjadi pada tubuh akibat dampak gelombang panas. Nah, dengan begitu, kita bisa lebih aware, nih, dengan diri kita sendiri maupun orang sekitar jika sewaktu-waktu gelombang panas menimpa Indonesia.