Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harriet Tubman, Aktivis Anti-Perbudakan Perempuan Asal Amerika

Harriet Tubman (withgoodreasonradio.org/Library of Congress)
Intinya sih...
  • Harriet Tubman, abolisionis Amerika terkenal, lahir sebagai budak yang diperjualbelikan dan menderita perlakuan sewenang-wenang serta epilepsi.
  • Ia berhasil melarikan diri ke Philadelphia, Pennsylvania dan membantu membebaskan sekitar 70 anggota keluarga dari perbudakan.
  • Setelah perbudakan dihapuskan, Harriet menetap di New York, mendirikan sekolah dan organisasi yang memperjuangkan kesetaraan hak serta dijadikan Taman Sejarah Nasional Harriet Tubman.

Pada zaman dahulu, perbudakan di Amerika adalah hal yang umum terjadi. Tidak sedikit yang menentang perbudakan tersebut, salah satunya adalah Harriet Tubman. Gerakan menentang perbudakan inilah yang dikenal dengan abolisionisme. Gerakan ini mulai muncul sejak abad ke-18.

Harriet Tubman dikenal sebagai salah satu tokoh abolisionis atau penghapus perbudakan paling berpengaruh di Amerika. Baginya, para budak adalah manusia yang tidak pantas diperlakukan seperti barang yang dapat diperjualbelikan sesukanya. Perjuangan hidupnya dalam menentang perbudakan di Amerika tidaklah mudah. Berikut lima fakta Harriet Tubman yang inspiratif!

1. Awal kehidupan

ilustrasi perbudakan pada anak-anak (pixabay.com/WikiImages)

Harriet Tubman lahir sekitar tahun 1820 di Maryland, Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga yang diperbudak pada masa itu. Oleh karena itulah, sejak kecil Harriet Tubman telah menjadi budak yang diperjualbelikan dan diperlakukan sebagai pekerja paksa.

Melansir National Park Service, ia mengubah nama aslinya Araminta Ross menjadi Harriet Tubman sebagai bentuk penghormatan kepada ibunya yang bernama Harriet. Adapun nama Tubman ia dapat setelah menikah dengan pria merdeka bernama John Tubman.

2. Melarikan diri dari perbudakan

ilustrasi Harriet Tubman melarikan diri dari perbudakan (pexels.com/Suratman Alimuddin)

Ketika menjadi budak, Harriet seringkali mendapatkan perlakukan yang sewenang-wenang. Tidak sedikit ia menerima kekerasan dan hukuman fisik, seperti dicambuk dan dipukul. Dilansir National Women's History Museum, Harriet juga menderita epilepsi selama hidupnya karena kepalanya tidak sengaja terkena beban seberat hampir 1 kg.

Harriet Tubman diperbudak oleh Edward Brodess dan istrinya. Ketika Edward Brodess meninggal, istrinya pun harus menjual beberapa budaknya untuk membayar utang. Harriet Tubman tidak ingin dirinya dijual begitu saja sehingga ia merencanakan pelarian. Ia pun melarikan diri dan menemukan kebebasan di Philadelphia, Pennsylvania.

3. Bertemu dengan William Still

Harriet Tubman (Library of Congress/Benjamin Powelson)

Selama perjalanan pelariannya dari Maryland ke Pennsylvania, ia bertemu dengan William Still. William adalah seseorang yang mendukung dan memberikan bantuan atas kebebasan para budak di "Underground Railroad". 

Melansir National Geographic, "Underground Railroad" adalah metafora dari sebuah jaringan rute, tempat, dan orang yang membantu orang-orang yang diperbudak di Amerika Selatan untuk melarikan diri ke Amerika Utara (Kanada).

4. Membebaskan orang lain dari perbudakan

ilustrasi Harriet Tubman mempertahankan nyawa untuk kebebasan para budak (pexels.com/Perry Wunderlich)

Harriet mempelajari banyak hal di "Underground Railroad" sehingga membuat hatinya terdorong untuk membebaskan budak-budak lainnya, termasuk keluarganya di Maryland. Ia pun mempertaruhkan nyawanya untuk kembali ke Maryland dan membantu para budak menuju kebebasan.

Melansir Bill of Rights Institute, Harriet melakukan perjalanan pelarian diri sekitar 12 kali dan berhasil membebaskan sekitar 70 anggota keluarga, termasuk teman-teman dan keluarganya. Dalam upaya pelarian itu, ia tidak pernah gagal maupun tertangkap. Padahal, pada masa itu diberlakukan Undang-Undang Budak Buronan tahun 1850 di mana para budak yang melarikan diri akan ditangkap dan dikembalikan kepada pemiliknya.

5. Warisan dari perjuangannya

Rumah Harriet Tubman yang dijadikan museum di Auburn, New York (instagram.com/nationalparkservices)

Keberanian dan tekadnya untuk memperjuangkan kebebasan para budak pun membuahkan hasil. Melansir National Park Foundation, ia direkrut oleh John Andrews (Gubernur Massachusetts pada masa itu) sebagai mata-mata dan perawat bagi prajurit yang terluka ketika Perang Saudara tahun 1861.

Setelah perbudakan dihapuskan, Harriet menetap dan meninggal di New York pada 1913. Di sana, Harriet juga mendirikan sekolah dan organisasi yang memperjuangkan kesetaraan hak. Selain itu, rumah lamanya di New York dijadikan Taman Sejarah Nasional Harriet Tubman.

Banyak buku yang mengisahkan perjuangan Harriet Tubman. Salah satunya adalah Freedom Train: The Story of Harriet Tubman karya Dorothy Sterling yang terbit pada 1954. Bahkan, film tentangnya rilis pada 2019 dengan judul Harriet yang dibintangi oleh pemeran di film Wicked, Cynthia Erivo.

Perjuangan Harriet Tubman sudah sepantasnya diteladani oleh generasi saat ini. Tekad dan keberanian adalah faktor-faktor penting dalam membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Ingat pula bahwa hal-hal kecil akan menjadi besar jika kamu tidak mudah menyerah! 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us