6 Fakta Hubungan Donald Trump dan Elon Musk, Pasang Surut!

- Elon Musk pernah jadi dewan penasihat Trump dan berhenti karena perbedaan pandangan terkait Perjanjian Iklim Paris.
- Donald Trump memuji Elon Musk karena Tesla dan SpaceX.
- Elon Musk awalnya mendukung Partai Demokrat, tapi beralih ke Partai Republik karena gagasan tentang kebebasan berbicara.
Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, Donald Trump, dan miliarder teknologi, Elon Musk, adalah dua tokoh paling kontroversial di dunia. Di samping itu, mereka punya pengaruh dan kekuasaan yang besar. Belum lagi, keduanya tidak setuju dengan kebijakan di bawah kepemimpinan Joe Biden, tetapi punya pandangan yang sama pada isu-isu tertentu.
Elon Musk pernah membenci Donald Trump saat Trump mencalonkan diri sebagai Presiden AS pada 2016. Musk sering mengkritik kandidat Partai Republik itu. Musk juga terang-terangan mengaku kalau ia tidak menyukai karakter dan perilaku Trump.
Pada awalnya, Elon Musk lebih mendukung Hillary Clinton, lawan Donald Trump pada pemilu 2016. Ini karena Clinton punya janji-janji dan kebijakan yang lebih baik dalam isu lingkungan. Musk bahkan menyumbang dana untuk kampanye Hillary. Ini mengingat salah satu bisnis Elon Musk, Tesla, berfokus pada pembuatan kendaraan listrik dengan energi terbarukan dan berkelanjutan.
Uniknya, akhir-akhir ini, Elon Musk justru condong ke Partai Republik. Ia bahkan menjadi tim sukses kemenangan untuk Donald Trump dan JD Vance dalam pemilu 2024. Setelah Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya, Trump bahkan menunjuk Elon Musk masuk kabinetnya sebagai pemimpin Departemen Efisiensi Pemerintah atau Department of Government Efficiency (DOGE). Bagaimana hal ini bisa terjadi? Mari, kita ulas seperti apa hubungan Donald Trump dan Elon Musk.
1. Elon Musk pernah ditunjuk Donald Trump sebagai dewan penasihat saat Trump menjabat pada 2016

Donald Trump memenangkan pemilihan presiden pada 2016. Nah, sebenarnya, Elon Musk pernah ditunjuk Donald Trump untuk menjadi dewan penasihat dalam kabinetnya kala itu. Elon Musk lantas menerima tawaran tersebut karena ingin menuntun kebijakan sang presiden agar lebih ramah lingkungan.
Namun, tugas ini tidak berlangsung lama. Elon Musk berhenti pada Juli 2017 setelah Donald Trump menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris, sebagaimana yang disampaikan Business Insider. Diadopsi oleh 196 negara pada 2015, perjanjian tersebut mengharuskan semua negara untuk membatasi emisi karbon, menjaga suhu global tetap di bawah 2 derajat celsius.
Alasan Donald Trump mundur dari perjanjian itu karena anggarannya terlalu mahal bagi Amerika Serikat. Selain itu, Trump takut jika warga AS kehilangan pekerjaan karena kebijakan tersebut. Trump juga menambahkan kalau kebijakan itu bisa membuat jaringan listrik AS berisiko mengalami pemadaman listrik dan kekurangan energi lainnya. Dalam wawancaranya pada November 2017 dengan Rolling Stone, Elon Musk menekankan tentang perubahan iklim. "Perubahan iklim adalah ancaman terbesar yang dihadapi umat manusia abad ini, kecuali AI," katanya.
2. Donald Trump dan Elon Musk punya pandangan yang sama terkait pandemik COVID-19

Pada Januari 2020, Donald Trump berkata jika Elon Musk adalah salah satu miliarder yang genius dan memuji prestasi Elon Musk lewat Tesla dan SpaceX. Namun, yang mempererat hubungan Donald Trump dan Elon Musk adalah pandangan mereka terkait COVID-19, yang melanda seluruh dunia pada tahun yang sama. Pasalnya, saat pandemik menyebar di seluruh Amerika Serikat, Elon Musk punya gagasan sendiri terkait bagaimana Amerika harus mengatasi virus tersebut.
Pada awal Maret 2020, Elon Musk mencuit, "Kepanikan virus corona itu bodoh." Ia melanjutkan dengan memperkirakan kalau pandemik COVID-19 akan berakhir pada April 2020. Sayangnya, prediksinya salah.
Pada 9 Mei 2020, Alameda County di California memerintahkan Elon Musk untuk menutup pabrik Tesla miliknya. Perintah ini pun ditentang keras oleh Elon Musk. Di sisi lain, Donald Trump justru membela Elon Musk, dengan mencuit, "California harus mengizinkan Tesla & @elonmusk membuka pabriknya, SEKARANG!"
3. Elon Musk sempat berpihak pada Joe Biden, tetapi keberpihakannya memudar

Meski terlihat ada kedekatan Elon Musk dengan Donald Trump, Elon Musk justru menekankan kalau ia memilih Joe Biden dalam pemilihan presiden 2020. Saat Presiden Joe Biden dilantik, Elon Musk mengungkapkan kegembiraannya karena ingin bekerja sama dengan pemerintahan dalam isu perubahan iklim. Namun, Elon Musk justru kecewa dengan masa pemerintahan Joe Biden.
Pasalnya, sejak saat itu, Joe Biden tidak melibatkan Tesla dan Elon Musk dalam diskusi masalah perubahan iklim ini. Sang presiden justru memuji produsen mobil lain, seperti General Motors dan Ford, karena tidak ketergantungan pada bahan bakar fosil. Meski begitu, faktanya, Teslalah yang membuat sebagian besar kendaraan listrik di Amerika. Hal ini membuat Elon Musk menyindir Joe Biden dengan menyatakan, "Biden adalah boneka kaus kaki basah dalam bentuk manusia." Kekesalan Elon Musk ini juga berkaitan dengan dukungan Joe Biden terhadap serikat pekerja, yang sangat tidak disukai Elon Musk, sebagaimana yang dikutip NPR.
4. Elon Musk berpindah haluan dengan mendukung Partai Republik dan Donald Trump

Elon Musk kemudian mengumumkan kalau ia mendukung Partai Republik. Ia mengklaim, "Partai Demokrat terlalu dikendalikan oleh serikat pekerja dan pengacara pengadilan, khususnya pengacara gugatan class action." Musk juga mencuit, "Dulu saya memilih Partai Demokrat karena mereka adalah partai yang baik. Namun, mereka berubah menjadi partai yang memecah belah dan saling membenci. Jadi, saya tidak mau lagi mendukung mereka dan akan memilih Partai Republik. Sekarang, lihatlah bagaimana kampanye kotor mereka terungkap."
Elon Musk juga berkata kalau alasan utamanya beralih ke Partai Republik karena gagasan tentang kebebasan berbicara. Miliarder teknologi itu membeli Twitter untuk menegakkan kebebasan berbicara. Ia pun berencana untuk memulihkan akun mantan presiden Donald Trump kala itu, seperti yang dijelaskan The Street. Pasalnya, Donald Trump diblokir Twitter pada Januari 2021 karena cuitan Donald Trump memicu kerusuhan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, yang diikuti oleh hampir setiap perusahaan media sosial besar lainnya.
5. Elon Musk dan Donald Trump sering musuhan, tapi baikan lagi

Elon Musk dan Donald Trump kembali bertengkar ketika Donald Trump membongkar ke publik kalau Elon Musk adalah orang yang suka bersilat lidah. "Musk adalah ahli omong kosong," kata Donald Trump. Kemudian, pada Juli 2022, Elon Musk memberi saran agar Donald Trump tidak mencalonkan diri lagi sebagai presiden lantaran karakternya yang bermasalah dan usia Donald Trump yang sudah tua.
Donald Trump kemudian mengunggah di Truth Social (situs media sosial miliknya), dengan mengatakan, "Ketika Elon Musk datang ke Gedung Putih meminta bantuan saya untuk semua proyek bersubsidi miliknya, baik itu mobil listrik yang tidak dapat melaju cukup lama, mobil tanpa pengemudi yang mengalami kecelakaan, atau roket yang tidak dapat terbang ke mana-mana, yang tanpa subsidi tersebut ia tidak ada apa-apanya, dan memberi tahu saya bagaimana ia adalah penggemar berat Donald Trump sekaligus seorang Republikan, saya lantas berkata, 'berlututlah dan memohon,' dan ia akan melakukannya."
Sementara itu, Elon Musk mengatakan ia akan mendukung Ron DeSantis, Gubernur Florida yang terkenal dari Partai Republik, untuk kursi kepresidenan pada 2024. Namun, faktanya, Donald Trumplah yang naik lagi menjadi calon kandidat untuk pemilihan presiden 2024. Terbukti sudah, Donald Trump bahkan mampu mengalahkan Kamala Harris dan kini kembali menjadi Presiden AS.
6. Dukungan Elon Musk untuk Donald Trump pada pemilu AS 2024

Di Amerika, berita kemenangan bersejarah Donald Trump disambut dengan sorak sorai dari para pendukungnya, termasuk Elon Musk. Elon Musk, bisa dibilang, menjadi pendukung yang menentukan kemenangan Donald Trump pada pemilu 2024. Tokoh kontroversial itu muncul beberapa kali di depan publik dan mencuit banyak pernyataan di X (platform miliknya) untuk mendukung Donald Trump.
"Masa depan akan fantastis," klaim CEO SpaceX di X bersama gambar roket. Elon Musk, yang sekarang ditunjuk Donald Trump masuk ke kabinet pemerintahan Trump, juga mengunggah gambar hasil editan kasar dirinya membawa wastafel ke Ruang Oval. "Coba pikirkan," tulis keterangan foto merujuk pada unggahan serupa yang dibuatnya setelah membeli Twitter.
Hubungan Donald Trump dengan Elon Musk memang mengalami pasang surut. Biar begitu, hubungan mereka kembali erat pada 2024 ini. Kira-kira apa pendapatmu tentang dua tokoh kontroversial ini?