Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hutan Kehilangan Kemampuan untuk Menyerap Karbon, Apa Dampaknya?

Jalanan hutan (pixabay.com/pexels)
Intinya sih...
  • Proses alami penyerapan karbon di lautan dan daratan terganggu akibat pemanasan global
  • Tanah, hutan, dan lautan tidak lagi mampu menyerap polusi karbon manusia secara efektif
  • Penurunan kapasitas alam dalam menyerap karbon menjadi peringatan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis

Saat cahaya menghilang, miliaran zooplankton, krustasea, dan organisme laut lainnya akan naik ke permukaan laut untuk memakan alga mikroskopis.

Aktivitas ini merupakan salah satu dari ribuan proses alami yang mengatur iklim Bumi. Bersama-sama, lautan, hutan, tanah, dan penyerap karbon alami lainnya di planet ini menyerap sekitar setengah dari semua emisi karbon manusia.

Namun saat Bumi memanas, para ilmuwan semakin khawatir bahwa proses-proses penting tersebut sedang rusak.

Data yang diterbitkan dalam jurnal National Science Review menemukan bahwa jumlah karbon yang diserap oleh daratan telah menurun sementara. Hasil akhirnya adalah bahwa hutan, tanaman, dan tanah hampir tidak menyerap karbon.

1. Karbon manusia mencapai rekor 37,4 miliar ton

ilustrasi kebakaran hutan (pexels.com/Pixabay)

Menurut peneliti, kerusakan lahan penyerap karbon pada tahun 2023 bisa bersifat sementara, dengan catatan jika tidak ada kekeringan atau kebakaran hutan. Jika hal itu bisa dipertahankan, daratan bisa kembali menyerap karbon.

Namun, hal ini menunjukkan kekurangan pada ekosistem dengan implikasi yang besar bagi krisis iklim.

Dengan tidak adanya teknologi yang dapat menghilangkan karbon atmosfer dalam skala besar, hutan, padang rumput, rawa gambut, dan lautan adalah satu-satunya pilihan untuk menyerap polusi karbon manusia. Di tahun 2023, karbon manusia mencapai rekor 37,4 miliar ton. 

Kegagalan lahan yang cepat seperti yang terlihat pada tahun 2023 belum diperhitungkan dalam sebagian besar model iklim. Jika terus berlanjut, hal ini meningkatkan prospek pemanasan global yang cepat melampaui apa yang telah diprediksi ilmuwan. 

2. Peran hutan hujan tropis dan tanah sebagai penyerap karbon

Meskipun banyak hutan tropis menunjukkan tanda-tanda melemahnya daya serap karbon, cekungan Kongo tetap menjadi pengecualian utama. Cekungab ini masih berfungsi sebagai penyerap karbon yang kuat dengan menyerap lebih banyak CO₂ daripada yang dilepaskan kembali ke atmosfer.

Namun, tidak semua sistem alam bertahan sekuat ini. Tanah, yang merupakan penyimpanan karbon aktif terbesar kedua setelah lautan, juga menghadapi ancaman besar.

Emisi karbon dari tanah diperkirakan bisa meningkat hingga 40 persen pada tahun 2100 akibat pengeringan. Ini juga meningkatkan aktivitas mikroba yang mempercepat proses dekomposisi.

Krisis iklim yang membuat tanah semakin kering dan lebih rentan memperburuk situasi ini. Pada akhirnya ini bisa melemahkan kemampuan tanah sebagai penyerap karbon jangka panjang.

3. Perlunya penanggulangan krisis iklim yang lebih serius

ilustrasi krisis iklim (pexels.com/kostolac)

Selain lautan yang tetap menjadi penyerap karbon terbesar di Bumi (menyerap 90 persen panas dari bahan bakar fosil) ada kekhawatiran bahwa tekanan besar ini telah mengurangi efisiensi daya serap lautan.

Namun, para ilmuwan mengakui bahwa proses peredaran karbon melalui laut dan daratan masih penuh misteri, berbeda dengan emisi manusia yang relatif mudah diukur.

Model iklim menunjukkan penurunan daya serap karbon oleh laut dan daratan di masa depan, tetapi ada ketidakpastian tentang seberapa cepat ini akan terjadi. Tantangan lainnya adalah banyaknya kejadian alam ekstrem yang belum tercakup dalam model iklim. 

 

Penurunan kapasitas alam dalam menyerap karbon mengingatkan kita pada pentingnya langkah nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis. Bergantung pada hutan, tanah, dan lautan sebagai penyerap karbon jangka panjang tidak lagi menjadi solusi yang memadai. 

Referensi

Ke, Piyu, Philippe Ciais, Stephen Sitch, Wei Li, Ana Bastos, Zhu Liu, Yidi Xu, et al. “Low Latency Carbon Budget Analysis Reveals a Large Decline of the Land Carbon Sink in 2023.” National Science Review, October 22, 2024. 
Flores, Hauke, Gaëlle Veyssière, Giulia Castellani, Jeremy Wilkinson, Mario Hoppmann, Michael Karcher, Lovro Valcic, et al. “Sea-Ice Decline Could Keep Zooplankton Deeper for Longer.Nature Climate Change 13, no. 10 (August 28, 2023). 
EcoWatch. Diakses pada November 2024. Earth’s Land and Trees Absorbed Almost No Net Carbon in 2023.  

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Rifki Wuda Sudirman
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us