Kenapa Aurora Hanya Terjadi di Wilayah Kutub dan Sekitarnya?

- Aurora sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu dan memunculkan berbagai mitos dalam kebudayaan Nordik.
- Aurora terbentuk ketika partikel bermuatan dari angin Matahari berinteraksi dengan gas-gas di atmosfer Bumi dan menghasilkan cahaya warna-warni.
- Aurora memiliki warna yang berbeda karena partikel Matahari berinteraksi dengan oksigen dan nitrogen di atmosfer pada ketinggian yang berbeda.
Aurora mungkin merupakan salah satu fenomena langit paling indah yang bisa kita saksikan di Bumi. Coba kamu bayangkan pita warna-warni menari di kegelapan malam ditemani beberapa bintang. Bagi banyak penggemar astronomi maupun fenomena langit lain, aurora jelas gak akan dilewatkan begitu saja. Sayangnya, gak semua orang di dunia bisa melihat fenomena satu ini. Kenapa begitu?
Alasannya karena aurora hanya bisa dilihat di negara-negara tertentu, tepatnya negara-negara yang berbatasan langsung dengan wilayah kutub. Lantas, pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa aurora hanya terjadi di wilayah yang dekat dengan kutub Bumi? Bukankah akan menyenangkan jika orang-orang di negara tropis, seperti Indonesia, bisa melihatnya juga? Berikut penjelasannya!
1. Aurora sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu

Aurora merupakan fenomena alam. Sama seperti kebanyakan fenomena alam lain, aurora sudah terjadi sejak ribuan atau bahkan jutaan tahun yang lalu. Gak heran kalau manusia yang hidup ribuan tahun yang lalu juga mengenal fenomena ini. Dilansir Aurora Nights, suku Sámi yang mendiami wilayah Nordik, seperti Swedia, Norwegia, Finlandia, hingga Rusia, percaya jika aurora borealis merupakan arwah orang mati yang sedang menari-nari di langit. Alih-alih menonton di luar, orang-orang Sámi justru lebih suka diam di rumah ketika fenomena ini terjadi.
Selain dianggap sebagai pertanda kesialan, mereka juga takut jika para arwah itu akan membawa orang yang masih hidup untuk ikut dengan mereka. Di Finlandia, aurora borealis disebut revontulet atau 'rubah api'. Mereka percaya jika cahaya-cahaya ini berasal dari ekor rubah api. Rubah api dalam kepercayaan Finlandia dikenal sebagai hewan yang bisa berlari dengan sangat cepat. Ketika berlari, ekor besar mereka menyentuh tanah pegunungan dan menciptakan percikan api yang menerangi langit.
2. Aurora tercipta karena semburan angin Matahari

Gak hanya suku Sámi, sebetulnya setiap suku di wilayah Lingkar Arktik memiliki kepercayaan yang berbeda mengenai aurora. Namun, tentu aja sama seperti kebanyakan mitos lain, gak ada satu pun dari mitos ini yang masuk akal. Nyatanya, alih-alih berasal dari rubah api atau arwah orang mati, aurora justru tercipta karena aktivitas Matahari. Dilansir Space, aurora terjadi ketika partikel bermuatan listrik yang berasal dari angin Matahari menerpa atmosfer Bumi.
Partikel-partikel itu kemudian berinteraksi dengan gas-gas yang ada di atmosfer Bumi, seperti oksigen dan nitrogen, lalu menghasilkan semburan cahaya warna-warni. Aurora berwarna hijau, misalnya, terjadi ketika partikel bermuatan listrik berinteraksi dengan oksigen pada ketinggian 100–300 kilometer di atas permukaan Bumi. Sementara, aurora berwarna merah terjadi ketika partikel-partikel ini berinteraksi dengan oksigen pada ketinggian 300–400 kilometer. Terakhir, aurora berwarna ungu terjadi ketika gas nitrogen berinteraksi dengan partikel Matahari di dataran rendah.
3. Mengapa aurora hanya terjadi di wilayah sekitar kutub?

Setelah mengetahui asal-usul aurora, kamu pasti juga penasaran kenapa fenomena ini hanya terjadi di kutub Bumi dan wilayah sekitarnya? Dilansir Morgridge, sebetulnya ketika partikel Matahari tiba di Bumi, itu gak langsung bertemu dengan atmosfer, melainkan berhadapan dulu dengan medan magnet Bumi atau yang disebut juga dengan medan geomagnetik. Nah, medan magnet inilah yang bertindak sebagai perisai dan melindungi Bumi.
Medan magnet Bumi kemudian membelokkan sebagian besar partikel-partikel tersebut agar menjauh dari wilayah khatulistiwa. Sementara, partikel lainnya disalurkan ke wilayah kutub dan sekitarnya, baik itu kutub utara maupun Selatan. Di kutub Bumi dan wilayah sekitarnya inilah, partikel-partikel itu berinteraksi dengan gas-gas yang ada di atmosfer dan menciptakan berbagai pita berwarna yang kemudian kita kenal dengan nama aurora.
Aurora memang gak akan pernah bisa dilihat di Indonesia. Satu-satunya cara untuk melihat fenomena langit ini ialah terbang ke negara-negara Nordik, seperti Norwegia, yang lokasinya memang dekat dengan Lingkaran Arktik. Lokasi melihat aurora memang jauh karena butuh waktu belasan hingga puluhan jam. Ditambah lagi, suhu yang sangat dingin jadi rintangan yang harus kamu hadapi. Perjuangannya gak mudah, tapi percaya, deh, kamu gak akan menyesal setelah berhasil menyaksikan fenomena alam yang satu ini.


















