Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Gurun Sahara Bisa Banjir setelah Beberapa Dekade?

ilustrasi gurun Sahara (unsplash.com/@savvas_kalimeris)
Intinya sih...
  • Gurun Sahara mengalami banjir setelah 50 tahun akibat perubahan iklim.
  • Curah hujan di Maroko tenggara mencapai 8 inci, lebih dari empat kali lipat curah hujan normal.
  • Badai yang biasanya tidak terjadi menyebabkan curah hujan di Gurun Sahara dua kali hingga enam kali lebih tinggi dari biasanya.

Gurun Sahara baru-baru ini dilaporkan telah mengalami banjir untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Gambar-gambar satelit memperlihatkan danau-danau besar yang terukir di bukit pasir yang bergelombang. 

Lantas, kenapa gurun sahara banjir setelah 50 tahun lebih? Para peneliti percaya bahwa ini terjadi akibat perubahan iklim yang membuat curah hujan di area tersebut meningkat. 

Curah hujan di daerah gurun Sahara meningkat

Walaupun gurun Sahara memang mengalami hujan, tetapi biasanya hanya beberapa inci setahun dan jarang terjadi di akhir musim panas. Namun, selama dua hari di bulan September, hujan lebat turun di beberapa bagian gurun di Maroko tenggara. 

Data awal satelit NASA menunjukkan hampir 8 inci hujan di beberapa bagian wilayah tersebut.

Errachidia, kota gurun di Maroko tenggara, mencatat hampir 3 inci curah hujan, yang sebagian besar hanya dalam dua hari bulan September. Ini lebih dari empat kali curah hujan normal untuk seluruh bulan September, dan setara dengan lebih dari setengah tahun untuk wilayah ini.

Saat hujan mengalir di dataran gurun, hal ini akan menciptakan lanskap berair baru di tengah pohon palem dan tumbuhan semak belukar.

Perubahan pergerakan udara menjadi faktor

Curah hujan di utara khatulistiwa Afrika biasanya meningkat pada bulan Juli hingga September, seiring dengan dimulainya Muson Afrika Barat. Angin muson membawa udara lembap tropis dari dekat khatulistiwa dan bertemu dengan udara panas dan kering dari bagian utara benua, menciptakan cuaca badai.

Zona Konvergensi Antar Tropis (Intertropical Convergence Zone/ITCZ) adalah pusat dari cuaca badai ini. 

Menurut laman Live Science, sejak pertengahan Juli tahun ini, zona ITCZ bergerak lebih jauh ke utara dari yang seharusnya. Hal ini menyebabkan badai yang biasanya tidak terjadi, mengarah ke Gurun Sahara bagian selatan, termasuk Republik Niger, Chad, Sudan, bahkan mencapai Libya.

Data dari Pusat Prediksi Iklim National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menunjukkan bahwa beberapa wilayah gurun ini mengalami curah hujan yang dua kali hingga enam kali lebih tinggi dari biasanya.

 

Menurut penelitian terbaru, curah hujan yang lebih ekstrem bisa diperkirakan terjadi di Sahara di masa mendatang. Ini terjadi karena polusi bahan bakar fosil terus memanaskan planet dan mengganggu siklus air.

Referensi

Liu, Wei, Shouwei Li, Chao Li, Maria Rugenstein, and Antony P. Thomas. “Contrasting Fast and Slow Intertropical Convergence Zone Migrations Linked to Delayed Southern Ocean Warming.” Nature Climate Change, June 28, 2024.
Live Science. Diakses pada Oktober 2024. Sahara desert hit by extraordinary rainfall event that could mess with this year's hurricane season.
Earth Observatory NASA. Diakses pada Oktober 2024. A Deluge for the Sahara.
CNN. Diakses pada Oktober 2024. The Sahara Desert flooded for the first time in decades. Here’s what it looks like.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Rifki Wuda Sudirman
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us