Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Paus Biru Kini Terancam Punah?

paus biru (commons.wikimedia.org/ Gregory Smith)
paus biru (commons.wikimedia.org/ Gregory Smith)

Sang raksasa lautan, itulah julukan yang disematkan pada Balaenoptera musculus atau yang lebih dikenal sebagai paus biru. Paus balin yang satu ini punya keistimewaan tersendiri karena ukuran tubuhnya yang tidak bisa ditandingi oleh hewan apapun, baik di laut juga di daratan.

Paus biru diketahui dapat tumbuh hingga sepanjang 30 meter. Panjangnya hampir setara dengan tiga bus sekolah yang dijajarkan. Bobotnya pun fantastis, yaitu mencapai 200 ton! Bandingkan dengan hewan darat terbesar, gajah semak afrika, yang "hanya" berukuran 11 ton. 

Di balik kegagahannya, paus biru menghadapi nasib yang tragis. Populasinya menurun drastis selama beberapa dekade terakhir. Organisasi Whale and Dolphin Conservation memperkirakan paus biru kini tersisa antara 10.000 hingga 25.000 individu saja. Padahal dulunya populasi paus biru berada di angka 350.000 ekor. Badan perlindungan lingkungan dunia, IUCN, menetapkan paus biru dalam kategori endangered (langka).

Lalu, apa yang membuat paus biru menjadi langka? Apakah mereka terdesak oleh predator alami, atau faktor lingkungan yang menggerus populasinya? Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui karakteristik dan persebaran paus biru serta penyebab kelangkaannya. 

1. Persebaran subspesies paus biru dan status populasinya

kerangka paus biru di museum (Pixabay/ just pics)
kerangka paus biru di museum (Pixabay/ just pics)

Balaenoptera musculus terbagi jadi empat subspesies yang tersebar di berbagai lokasi di penjuru dunia. B. m. musculus hidup di Samudra Atlantik dan Pasifik bagian utara, sementar B. m. brevicauda (paus biru pigmi) berhabitat di Samudra Hindia dan Pasifik selatan. Di perairan selatan bumi, kamu bisa menemukan B. m. intermedia, kemudian yang terakhir, B. m. indica hidup di perairan Samudra Hindia bagian utara.

Status populasi tiap subspesies tentu berbeda. Dari empat jenis subspesies paus biru, B. m. intermedia atau lebih dikenal dengan paus biru antartika merupakan yang paling terancam punah. IUCN menyebutnya sudah critically endangered. Di tahun 2018, WWF memperkirakan jumlahnya hanya tinggal 3.000 ekor.

1. Memiliki predator alami di alam

paus pembunuh sedang menyerang paus biru (Australian Wildlife Journeys/ John Daw)
paus pembunuh sedang menyerang paus biru (Australian Wildlife Journeys/ John Daw)

Punya ukuran yang sulit ditandingi hewan lain, lantas apakah paus biru punya predator? Ternyata iya! Tandingannya ialah paus pembunuh. Hewan dengan nama Latin Orcinus orca ini rupanya tidak hanya puas memangsa hewan seperti anjing laut, singa laut atau penguin. Mereka juga menggemari paus biru.

Marine Mammal Sciences melaporkan bahwa di beberapa kesempatan berbeda, paus pembunuh terlihat memburu paus biru. Mereka berburu secara berkelompok dengan koordinasi yang sangat baik. Contohnya yang terjadi di 21 Maret 2019, di perairan luar Bremer Bay Australia. Kala itu, sekelompok paus pembunuh yang terdiri dari 12—14 individu dipimpin betina dominan, berhasil memojokkan paus biru berukuran 18—22 meter dan berhasil melumpuhkannya.

Di dua kesempatan lainnya, ukuran paus biru yang diburu lebih kecil. Meski di alam paus biru "terancam" oleh paus pembunuh, hal ini ternyata tidak berdampak signifikan bagi penurunan populasi paus biru.

1. Diburu besar-besaran oleh manusia

ilustrasi penangkapan paus (commons.wikimedia.org/ Australian Customs and Border Protection Service)
ilustrasi penangkapan paus (commons.wikimedia.org/ Australian Customs and Border Protection Service)

Di habitatnya, paus biru menghadapi "predator" yang lebih ganas dan destruktif daripada paus pembunuh, yaitu para pemburu paus komersial. Beberapa bagian tubuh paus biru dinilai profitabel bagi industri. Selain diambil dagingnya untuk dikonsumsi, lapisan lemak mereka ternyata bisa diubah jadi sejenis minyak. Kemudian, tulang rawan paus biru juga bermanfaat bagi industri suplemen kesehatan dan farmasetika.

Sebenarnya perburuan paus biru sudah dimulai sejak abad ke-16 di Perancis dan Spanyol. Namun, skalanya masih terbatas. Bertepatan dengan Revolusi Industri yang terjadi di abad ke-18, perburuan paus terjadi secara besar-besaran karena naiknya permintaan bagian tubuh paus.

Dilansir laman Polar Journal, paus pembunuh antartika yang hidup di belahan bumi selatan dulu ada sekitar 225.000 ekor, tapi sejak perburuan komersial terjadi, populasinya terjun bebas ke bawah 2.000. Bahkan, dalam satu musim perburuan di era 1930—1931, setidaknya 30.000 ekor paus biru dibunuh di satu lokasi.

Baru di tahun 1950-an, banyak pihak menyadari bahwa perburuan komersial telah menyebabkan masalah serius bagi berbagai spesies paus, termasuk paus biru. Di tahun 1955, International Whaling Commission menetapkan bahwa paus biru tidak boleh diburu lagi. Hal ini diperkuat dengan aturan The International Convention for the Regulation of Whaling yang keluar di tahun 1966. 

2. Terdampak berbagai aktivitas manusia di lautan

ilustrasi paus terjerat perangkap ikan (dok. Department of Environment and Conservation Australia)
ilustrasi paus terjerat perangkap ikan (dok. Department of Environment and Conservation Australia)

Aktivitas manusia di lautan juga turut berdampak buruk pada populasi paus biru. Jalur pelayaran dunia semakin sibuk dari waktu ke waktu. Padahal perairan tersebut jadi habitat mereka. Kapal yang melaju dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan cedera serius bahkan membunuh paus biru yang tertabrak olehnya. Diperkirakan sekitar 20.000 ekor paus, termasuk paus biru, mati akibat vessel strike setiap tahunnya.

Selain bertabrakan dengan kapal, jeratan jaring ikan juga menjadi masalah serius bagi paus biru. Jaring yang dipasang di tengah laut oleh kapal penangkap ikan bisa membelit paus yang berenang di sekitarnya. Akibatnya, pergerakan paus menjadi terbatas. Mereka dapat mati kelelahan saat berusaha menyelamatkan diri atau karena tidak bisa ke permukaan air untuk bernapas.

3. Perubahan iklim dan penurunan populasi mangsa

krill (commons.wikimedia.org/ Sophie Webb NOAA)
krill (commons.wikimedia.org/ Sophie Webb NOAA)

Seperti yang kita ketahui, paus biru merupakan pemakan zooplankton berjenis kril, yang bentuknya menyerupai udang. Dalam sehari, mereka bisa makan hingga 4 ton kril! Namun, kini populasi krill di berbagai lokasi berkurang secara drastis. Jumlah kril antartika menurun sebanyak 70—80 persen di empat dekade terakhir, sementara populasi kril atlantik berkurang 50 persen selama enam dekade terakhir. 

Penurunan kril sendiri banyak dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim. Menghangatnya air laut serta menurunnya tingkat pH air akibat penyerapan karbon dari atmosfer (pengasaman laut), misalnya, menciptakan kondisi yang begitu ekstrem bagi kril. Mereka tidak mampu bertahan. Penurunan jumlah kril ini berdampak serius pada paus biru yang sangat mengandalkannya. 

Dari ulasan tadi kita dapat mengetahui kalau keberadaan paus biru terancam oleh berbagai hal. Manusia memiliki peran dalam penurunan populasi spesies istimewa ini. Upaya konservasi serius perlu dilakukan agar paus biru tidak punah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Laras Larasati
EditorLaras Larasati
Follow Us