Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Gerhana Nanti Malam Akan Jadi yang Terlama? Ini Penjelasannya

Pixabay.com

Surabaya, IDN Times - Peristiwa langka 100 tahun sekali akan terjadi pada Sabtu (28/7) dini hari nanti. Seluruh belahan bumi Indonesia dapat menyaksikan gerhana bulan total dengan fase totalitas terlama sepanjang 1 abad terakhir. Pakar fisika teori Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Dr rer nat Bintoro Anang Subagyo membeberkan penjelasannya.

1. Fenomena alam langka kedua yang terjadi di Indonesia

Dok IDN Times/Istimewa
Dok IDN Times/Istimewa

Bintoro mengatakan, fase totalitas gerhana bulan kali ini akan berlangsung selama 103 menit. Diperkirakan, fase penumbra atau munculnya bayangan kabur akan mulai terlihat pada 00.14 WIB. Kemudian gerhana sebagian akan nampak sejak 01.24 WIB.

Adapun gerhana total baru akan mulai terlihat pada 02.30 WIB dan akan berakhir setelah waktu salat subuh. “Gerhana ini sebenarnya akan berakhir pada 06.28 WIB, tetapi sudah tidak dapat diamati karena posisi bulan sudah tenggelam,” ujarnya.

Berdasarkan siklus, gerhana bulan dengan fase totalitas terlama akan kembali terjadi pada 9 Juni 2123 dengan durasi 106 menit. Hal ini serupa dengan Super Blue Blood Moon pada Januari lalu, yang akan kembali terulang 100 tahun kemudian. “Ini merupakan kali kedua fenomena gerhana bulan langka yang mampu diamati di Indonesia,” ujarnya.

2. Jarak Bumi-Matahari lebih dekat saat puncak gerhana

Pixabay.com
Pixabay.com

Bintoro juga menjelaskan, durasi waktu yang cukup panjang ini dikarenakan lintasan bulan pada saat itu hampir mendekati garis tengah lingkaran bayangan gelap (umbra) bumi, sehingga bulan akan berada dalam bayangan tersebut dalam waktu yang relatif lebih lama.

Fenomena aphelion, yaitu bumi berada pada titik terjauh dari matahari yang terjadi bulan Juli ini juga diduga menjadi penyebabnya. "Saat puncak gerhana itu berlangsung, jarak bumi-matahari lebih dekat sekitar 184 ribu km daripada saat aphelion, atau menjadi sejauh 151,8 juta km," terang Bintoro.

3. Dapat dinikmati dengan mata telanjang

Pixabay.com

Layaknya gerhana bulan pada umumnya, lanjut Bintoro, gerhana dini hari nanti dapat disaksikan dengan mata telanjang. "Tidak perlu menggunakan kaca mata seperti saat gerhana matahari," ucapnya. Dengan demikian, ia berharap, masyarakat di Indonesia, terutama di Surabaya tidak melewatkan fenomena alam langka ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ardiansyah Fajar
EditorArdiansyah Fajar
Follow Us