Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Simpanse Tidak Berevolusi seperti Manusia

Ilustrasi Simpanse(Unsplash.com/Valenina Qatrunada)

Kebanyakan orang mengira bahwa manusia dan simpanse berasal dari nenek moyang yang sama, seharusnya simpanse juga bisa berevolusi menjadi spesies seperti manusia. Namun, anggapan ini muncul karena kesalahpahaman tentang bagaimana evolusi bekerja. Evolusi bukanlah proses yang memiliki tujuan akhir, melainkan adaptasi yang terjadi berdasarkan tekanan lingkungan yang berbeda.

1. Evolusi Bukan Berarti Kemajuan

Ilustrasi Charles Darwin Yang sedang berpikir (Freepik.com/brgfx)

Charles Darwin dalam bukunya On the Origin of Species (1859) menjelaskan bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam. Makhluk hidup yang memiliki sifat yang lebih menguntungkan untuk bertahan hidup di lingkungannya akan lebih mungkin untuk berkembang biak dan mewariskan sifat tersebut kepada keturunannya. Ini berarti bahwa tidak semua spesies harus berkembang menjadi sesuatu yang lebih "maju" dalam arti kecerdasan atau peradaban, tetapi hanya cukup untuk bertahan hidup di lingkungannya. 

Dalam kasus manusia dan simpanse, keduanya berevolusi dari nenek moyang yang sama sekitar 6-7 juta tahun lalu. Namun, setelah percabangan ini, mereka menghadapi tekanan lingkungan yang berbeda, yang menyebabkan perbedaan dalam cara mereka berevolusi.

2. Lingkungan yang Membentuk Evolusi Manusia

Ilustrasi manusia purba yang sedang membakar daging(Freepik.com/freepik)

Salah satu faktor utama yang membedakan evolusi manusia dan simpanse adalah lingkungan. Bukti fosil menunjukkan bahwa nenek moyang manusia mulai berpindah dari hutan lebat ke padang rumput Afrika sekitar 2-3 juta tahun lalu (Antón et al, 2014). Dalam lingkungan ini, mereka menghadapi tantangan baru, seperti mencari makanan di area terbuka, menghindari predator, dan mengembangkan strategi berburu yang lebih efektif.

Tekanan ini memunculkan adaptasi baru, seperti berjalan tegak (bipedalism), yang memungkinkan manusia bergerak lebih efisien di padang rumput dan menggunakan tangan untuk membawa alat atau makanan (Wood & Collard, 1999).

Selain itu, otak manusia mulai berkembang lebih besar, yang diduga berkaitan dengan kompleksitas sosial dan kebutuhan untuk berburu serta mengelola sumber daya (Rilling, 2014). Kapasitas otak yang lebih besar juga memungkinkan manusia mengembangkan bahasa, yang mempercepat evolusi budaya dan teknologi.

 

3. Mengapa Simpanse Tidak Mengalami Perubahan yang Sama dengan Manusia?

Ilustrasi simpanse dan manusia (Freepik.com/freepik)

Berbeda dengan nenek moyang manusia yang suka berpetualang dan berpindah tempat, simpanse tetap berada di lingkungan hutan, yang tidak memberikan tekanan terhadap jalur seleksi yang sama. Mereka tidak membutuhkan adaptasi untuk berjalan tegak karena hidup di pohon masih menjadi strategi bertahan hidup yang efektif.

Selain itu, makanan yang mereka konsumsi terutama buah-buahan dan tanaman lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan sumber makanan manusia di padang rumput. Oleh karena itu, tidak ada tekanan seleksi yang membuat mereka perlu mengembangkan alat berburu atau pola pikir yang lebih kompleks seperti manusia.

Penelitian genom menunjukkan bahwa meskipun manusia dan simpanse berbagi sekitar 98,7% DNA yang sama (Prüfer et al, 2012), ada perbedaan dalam gen yang berkaitan dengan perkembangan otak dan bahasa. Salah satu contohnya adalah gen FOXP2, yang berperan penting dalam perkembangan bahasa pada manusia, tetapi tidak berkembang dengan cara yang sama pada simpanse (Enard et al, 2002).

4. Evolusi Simpanse Sebenarnya terus berlanjut

Ilustrasi simpanse (Freepik.com/kuritafsheen77)

Salah satu kesalahpahaman terbesar yang dipikirkan banyak orang adalah anggapan bahwa simpanse "berhenti" untuk berevolusi. Faktanya, mereka masih terus mengalami perubahan genetika dan perilaku. Misalnya, studi menunjukkan bahwa beberapa kelompok simpanse telah mengembangkan teknik berburu menggunakan alat seperti tombak sederhana (Pruetz & Bertolani, 2007).

Selain itu, ada bukti bahwa simpanse memiliki budaya unik dalam kelompok mereka. Beberapa komunitas simpanse menggunakan alat dengan cara yang berbeda tergantung pada lokasinya, mirip dengan perbedaan budaya antar kelompok manusia (Whiten et al, 1999).

Jadi, Evolusi bukanlah proses yang mengarah ke satu titik akhir, tetapi merupakan respons terhadap tekanan lingkungan. Manusia dan simpanse memiliki nenek moyang yang sama, tetapi mereka berevolusi di jalur yang berbeda karena menghadapi tantangan yang berbeda dalam bertahan hidup.

Simpanse tidak "tertinggal" dalam evolusi, mereka hanya beradaptasi dengan cara yang sesuai dengan habitat mereka. Dengan pemahaman ini, kita bisa melihat bahwa evolusi adalah proses yang kompleks dan tidak bisa diukur hanya dari perspektif manusia sebagai satu-satunya standar kemajuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us