Mengenal Balet Tradisional Georgia yang Sarat Maskulinitas

Saat bicara balet, kesan feminin akan langsung menyeruak. Ini bisa terlihat dari jumlah penari balet perempuan yang lebih banyak dibanding laki-laki.
Menariknya, di Republik Georgia, balet justru lekat dengan maskulinitas. Menurut tulisan Jennifer Fisher dalam jurnal The World of Music berjudul "Why Ballet Men Do Not Stand on Their Toes (but Georgian Men Do)", dalam sejarahnya balet di Georgia didominasi penari laki-laki yang membawa senjata dan melakukan gerakan akrobatik yang energik.
Sayangnya, sebagai salah satu negara kecil pecahan Uni Soviet yang letaknya jauh di Kaukasus Selatan, balet Georgia tak dapat banyak eksposur. Padahal banyak hal unik yang bisa kita ulik darinya.
1. Dominasi penari laki-laki dalam balet Georgia

Beda dengan balet biasa yang kita tonton, pertunjukan balet nasional Georgia didominasi penari laki-laki. Ini sesuai dengan pengamatan Fisher bahwa pada momen pernikahan di Georgia, penari laki-laki akan terlihat lebih aktif dan dominan. Sementara, penari perempuan lebih sering jadi pendamping atau dalam beberapa tipe tarian hanya bertugas sebagai elemen dekoratif belaka.
Dalam perkembangannya, dominasi laki-laki masih terlihat hingga era modern. Melansir Reuters, satu kelompok penari balet nasional Georgia setidaknya terdiri dari 80 penari laki-laki, 30 penari perempuan, dan 15 musisi. Ini sesuai dengan fakta bahwa tipe tarian untuk laki-laki memang jauh lebih banyak daripada untuk perempuan. Bahkan ada beberapa format balet Georgia yang hanya menampilkan penari laki-laki.
2. Gerakan energik mirip orang yang sedang bertarung

Perbedaan lain yang mencolok dari balet Georgia adalah kostum dan musik pengiringnya. Bila balet klasik identik dengan kostum putih elegan dan musik bertempo lambat, balet Georgia kebalikan segalanya. Kostum mereka cukup meriah, didominasi warna gelap, dan diiringi musik folk yang energik. Itu sejalan dengan gerakan akrobatik mereka yang bertempo cepat.
Gerakan itu bila diperhatikan lebih mirip pertarungan. Dalam sejumlah momen, penari laki-laki akan mengeluarkan pedang dan mempraktikan gerakan berduel. Mereka juga melakukan gerakan berjinjit dan berputar yang identik dengan balet, tetapi dengan sepatu boots kulit yang kuat. Sesekali mereka akan berputar menggunakan lutut.
Gerakan energik ini sesuai dengan identitas dan karakter mereka sebagai penghuni wilayah dengan topografi ekstrim di kaki Pegunungan Kaukasus. Karakter-karakter maskulin, seperti kuat, tegap, tegas dan penuh stamina, jadi ciri khas pertunjukan tari mereka. Ini yang membuatnya jauh beda dengan balet konvensional.
3. Diwadahi oleh institusi swasta yang bekerja sama dengan pemerintah Georgia
Kelompok tari balet terbesar dan tertua di Georgia saat ini dipegang oleh institusi bernama Georgian National Ballet “Sukhishvili”. Melansir situs resmi mereka, kelompok ini sudah ada sejak 1945 dengan nama The Georgian State Dance Company. Pendirinya adalah Iliko Sukhishvili and Nino Ramishvili. Kini keturunan mereka yang meneruskan dan mengelola sanggar tersebut.
Sukhishvili bekerja dengan menciptakan koreografi yang mereka sarikan dari berbagai gerakan tari tradisional Georgia di setiap daerah. Lebih dari 70 tahun berkarya dan mewadahi bakat-bakat terbaik Georgia, kelompok “Sukhishvili” tercatat sudah tampil hampir di 100 negara. Jika tertarik dengan tarian ini, kamu bisa coba tonton beberapa cuplikannya di media sosial dan kanal streaming.
Seorang sineas Georgia bernama Levan Akin juga pernah mengekspos balet tradisional ini lewat film bertajuk And Then We Danced (2019). Film itu bisa jadi jalanmu mengenal kehidupan di balik layar seorang penari balet tradisional Georgia yang dituntut untuk selalu prima dan disiplin.