Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Fenomena Hujan Virga, Hujan yang Tidak Menyentuh Tanah

ilustrasi hujan (pexels.com/Genaro Servin)
ilustrasi hujan (pexels.com/Genaro Servin)

Salah stau ciri dari negara tropis adalah memiliki musim hujan. Hujan merupakan fenomena alam atau presipitasi cair. Maksud dari pretisipasi adalah proses di mana bahan-bahan dari atmosfer jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan) atau padat (salju). 

Umumnya, sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami musim hujan di bulan Oktober hingga Maret. Ada beberapa tahapan hujan yang perlu kita ketahui. Pertama, material hujan seperti uap air akan naik ke atas dan membentuk awan. Kedua, awan yang terbentuk dari uap air tersebut kemudian mengembun bersamaan dengan partikel garam dan debu. Ketiga, partikel air yang mengelilingi butir garam dan debu mengental dan membentuk air hujan. 

Hujan memiliki banyak jenis, salah satunya adalah hujan vigra. Apa, sih, hujan virga itu? Nah, biar kamu gak penasaran, yuk, pahami definisi hujan virga dan bedanya dengan hujan biasa. 

1. Pengertian hujan virga

ilustrasi hujan virga (unsplash.com/Anna Atkins)
ilustrasi hujan virga (unsplash.com/Anna Atkins)

Hujan terkadang mengundang keluhan dari sebagian orang karena dapat meninggalkan banjir dan tanah longsor. Padahal hujan adalah rahmat yang patut kita syukuri sebagai umat manusia. Bayangkan jika hujan tidak turun dalam waktu yang lama, seberapa kotor udara yang kita hirup, kekeringan dimana-mana, bahkan tumbuhan dan hewan pun terancam mati karena kekeringan. 

Hujan terjadi karena adanya bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Hujan terbentuk dari titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tapi, tahukah kamu bahwa tidak semua hujan turun ke tanah? 

Virga, disebut sebagai hujan yang tidak menyentuh tanah karena hujan yang jatuh dari awan akan menguap kembali sebelum jatuh ke tanah. Hujan virga terjadi karena adanya tekanan udara meningkat jika semakin dekat dengan tanah. Umumnya, hujan jenis ini terjadi di daerah padang pasir yang memiliki iklim sedang seperti Amerika Serikat dan Kanada. 

Ciri dari hujan virga dapat kamu lihat dari jejak awan yang menggapai permukaan tanah, fenomena ini memiliki visual yang menarik untuk diamati. 

2. Proses terjadinya hujan virga

ilustrasi proses terjadinya hujan virga (pixabay.com/Vien_beos)
ilustrasi proses terjadinya hujan virga (pixabay.com/Vien_beos)

Siklus hidrologi bergantung pada hujan. Lembapan yang berasal dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, dan kemudian kembali ke bumi. Siklus tersebut terjadi pada hujan normal yang turun ke tanah. Berbeda dengan hujan virga yang memiliki tiga tahapan, yaitu: 

  1. Terjadinya tetesan udara, dalam proses ini terjadi kondensasi, uap udara mengembun karena pendinginan dan membentuk tetesan udara.
  2. Tetesan udara mulai turun dari awan, tetapi jika udara di bawah awan kering, tetesan ini akan menguap.
  3. Tetesan udara yang dihasilkan dari awan kemudian menguap padahal belum sempat jatuh ke tanah. Siklus inilah yang menyebabkan terjadinya hujan virga.

Meskipun secara visual hujan virga memiliki bentuk yang menarik. Tapi, sebenarnya ada bahaya dibalik gambaran hujan tersebut. Efek dari munculnya hujan virga yakni menimbulkan microburst atau penyimpangan arah angin dalam skala kecil. Dalam hal ini angin yang menghempas ke bawah dalam skala kecil akan turun dengan cepat ke tanah yang menyebabkan perubahan kecepatan angin menjadi lebih kuat.

Microburst dapat terjadi selama 5 hingga 15 menit sejak awal muncul hujan virga. Tentu kondisi tersebut mempengaruhi kelancaran penerbangan pesawat. Bahaya dari microburst juga dapat menyebabkan pesawat hilang kendali karena adanya angin yang menghempas ke bawah. 

3. Perbedaan hujan virga dengan hujan biasa

ilustrasi hujan (unsplash.com/Aditya Nara)
ilustrasi hujan (unsplash.com/Aditya Nara)

Ada beberapa hal yang membedakan antara hujan virga dan hujan biasa. Faktor yang menyebabkan terjadinya hujan biasa karena adanya gumpalan awan yang mengandung bahan air. Terdapat proses interaksi antara gumpalan awan yang berisi kandungan air serta gerakannya pada lapisan atmosfer. Selain itu, suhu udara di suatu tempat juga mempengaruhi apakah akan terjadi hujan air secara sempurna atau justru hujan kristal atau es.

Pada hujan biasa yang turun ke bumi maka sebagian airnya akan diserap ke lapisan tanah, selanjutnya air yang meresap ke dalam tanah berkumpul pada lapisan tanah kedap air. Air tersebut kemudian ke luar di permukaan tanah sebagai mata air sungai yang mengalir hingga ke danau atau laut. Air yang berada di danau atau laut tadi lalu menguap sebagai proses terjadinya hujan. 

Proses terjadinya hujan virga melibatkan evaporasi, di mana partikel air yang jatuh dari awan menguap sebelum jatuh ke tanah. Pada saat menguap, suhu udara biasanya lebih panas sehingga memicu molekul air bertumbukan, melepaskan engeri dan menyebabkan air berubah menjadi uap. Jadi, intinya pada hujan biasa tetesan air dari awan akan jatuh ke bumi dan di serap tanah. Sedangkan, pada virga tetesan udara justru menguap sebelum mencapai tanah.

Beberapa informasi terkait hujan virga semoga dapat menambah pengetahuan kamu tentang fenomena alam, ya. Hujan virga bukanlah fenomena langka, proses hujan yang satu ini sering terjadi di beberapa negara dan sudah menjadi hal yang biasa. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sarifatul Ula
EditorSarifatul Ula
Follow Us