Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Merkurius Terdeteksi Menyusut Sejak 49 Tahun Lalu

planet Merkurius (solarsystem.nasa.gov)
planet Merkurius (solarsystem.nasa.gov)

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa Planet Merkurius menyusut selama miliaran tahun. Meskipun merupakan dunia yang paling dekat dengan Matahari, bagian dalamnya telah mendingin karena panas internalnya yang bocor. Ini berarti batuan dan logam di dalamnya pasti mengalami sedikit penyusutan volume.

Menurut makalah Nature Geoscience, bagian dalam Merkurius yang menyusut membuat luas permukaannya (kerak) semakin berkurang. Hal ini direspons dengan mengembangkan thrust faults, di mana satu bidang tanah terdorong ke daerah yang berdekatan.

Fenomena ini seperti kerutan yang terbentuk pada sebuah apel seiring bertambahnya usia. Hanya saja apel menyusut karena mengering, sedangkan Merkurius menyusut karena kontraksi termal di bagian dalamnya.

Bukti pertama penyusutan Merkurius terjadi pada tahun 1974 ketika misi Mariner 10 mengirimkan gambar lereng curam yang memiliki tinggi beberapa kilometer (seperti lereng), meliuk-liuk sejauh ratusan kilometer melintasi wilayah tersebut.

Dari pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa patahan geologis yang menukik perlahan, mendekati permukaan di bawah setiap lereng curam dan merupakan respons terhadap penyusutan Merkurius sekitar 7 km, tulis David Rothery, professor of Planetary Geosciences, The Open University.

Kapan ini terjadi?

Cara yang umum digunakan untuk mengetahui usia permukaan Merkurius adalah dengan menghitung kepadatan kawah tumbukan. Semakin tua permukaannya, semakin banyak kawahnya. Namun metode ini rumit karena dampak kawah jauh lebih besar di masa lalu.

Pandangan konsensusnya adalah sebagian besar lereng Merkurius berusia sekitar 3 miliar tahun. Tapi tidak diketahui secara pasti apakah semuanya memang setua itu. Ada kemungkinan patahan di bawah setiap lereng curam hanya bergerak satu kali, melansir dari situs The Conversation.

Gempa bumi Merkurius

solarsystem.nasa.gov
solarsystem.nasa.gov

Gempa bumi terbesar di Merkurius mungkin lebih kecil dari peristiwa alam di Bumi. Untuk mengakumulasikan sebuah lereng curam di Merkurius dengan total sepanjang 2-3 km, diperlukan ratusan gempa bumi berkekuatan 9 SR atau mungkin jutaan peristiwa yang lebih kecil, yang dapat terjadi selama miliaran tahun.

Penting untuk mengetahui skala dan durasi pergerakan patahan di Merkurius karena ilmuwan tidak berpikir bahwa kontraksi termal Merkurius akan selesai seluruhnya, meskipun periode waktunya mungkin melambat.

Hingga saat ini bukti keretakan masih sedikit. Namun tim menemukan tanda-tanda bahwa banyak lereng curam yang terus bergerak secara geologis belakangan ini, meskipun hal tersebut terjadi miliaran tahun yang lalu.

Eksplorasi dimulai sejak 1974

Merkurius (solarsystem.nasa.gov)
Merkurius (solarsystem.nasa.gov)

Eksplorasi Merkurius pertama kali dilakukan oleh pesawat ruang angkasa Mariner 10 pada tahun 1974 dan 1975, yang mengungkapkan bahwa dunia yang paling dekat dengan Matahari itu memiliki medan magnet, sehingga mempunyai magnetosfer yang mirip dengan Bumi, menurut situs Phys.

Pada tahun 2000-an, pesawat ruang angkasa Messenger memberikan gambaran rinci tentang medan magnet dan magnetosfer Merkurius, mengungkapkan bahwa pusat medan magnet Merkurius bergeser ke utara dari pusat planet sekitar 0,2 RM (RM= radius Merkurius 2.439,7 km). Eksplorasi Merkurius ketiga saat ini sedang dilakukan oleh BepiColombo International Mercury Exploration Project berkat pesawat ruang angkasa Mio yang dipimpin Dr. Murakami dan Mercury Planetary Orbiter (MPO).

Tidak seperti Mariner 10 dan Messenger, pesawat ruang angkasa Mio dilengkapi dengan instrumen gelombang plasma lengkap (PWI). Teknologi ini dirancang khusus untuk menyelidiki lingkungan elektromagnetik di sekitar Merkurius. Gelombang elektromagnetik secara efisien dapat mempercepat partikel plasma (elektron, proton, ion yang lebih berat). Oleh karena itu, mereka memainkan peran penting dalam dinamika magnetosfer Merkurius.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us