Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Mitos Keliru soal Hujan, Tidak Sebabkan Flu!

ilustrasi cuaca hujan di perkotaan (unsplash.com/Osman Rana)

Hujan menjadi salah satu fenomena alam yang paling akrab dalam kehidupan manusia. Meskipun terlihat sederhana, hujan merupakan proses alam kompleks yang melibatkan banyak elemen dalam siklus air di bumi. Namun, dari sekian banyak kepercayaan yang berkembang soal hujan, terdapat beberapa informasi yang ternyata tidak terbukti benar.

Sebagian besar mitos ini muncul karena kurangnya pemahaman tentang proses ilmiah yang terjadi. Misalnya, beberapa orang mengira bahwa hujan hanya berasal dari awan gelap, padahal kenyataannya tidak sesederhana itu. Nah, daripada kamu semakin penasaran, berikut penulis sajikan fakta lain yang tentunya tidak boleh kamu lewatkan.

1. Air hujan selalu bersih

Genangan air hujan (pexels.com/Jean-Daniel Francoeur)

Banyak yang masih percaya bahwa air hujan adalah air yang paling murni karena berasal langsung dari atmosfer. Faktanya, air hujan bisa saja mengandung berbagai polutan seperti debu, partikel kimia, dan bahkan mikroorganisme, terutama jika turun di daerah perkotaan atau kawasan industri.

Dilansir United State Environmental Protection Agency, air hujan juga dapat menjadi asam akibat penyerapan polutan udara seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang dilepaskan dari aktivitas industri dan emisi kendaraan. Fenomena ini sering disebut sebagai "hujan asam," yang dapat semakin merusak kualitas air hujan.

2. Hujan bisa menyebabkan flu

Seorang anak yang bermain di tengah hujan (pexels.com/Genaro Servín)

Penyakit flu disebabkan oleh virus influenza, bukan oleh air hujan. Namun, selama musim hujan, fluktuasi kelembapan dan suhu dapat menciptakan lingkungan yang mendukung penyebaran virus, termasuk virus influenza. Virus-virus ini cenderung berkembang biak dalam kondisi lembap, yang membuatnya lebih mudah menginfeksi individu pada waktu tersebut.

Selain itu, cuaca dingin dan basah juga dapat menurunkan respons imun tubuh dan membuat kita lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Jadi, meskipun hujan sendiri tidak menyebabkan flu, faktor lingkungan yang terkait dengan cuaca hujan dapat memfasilitasi penyebaran virus dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga kita harus tetap berhati-hati.

3. Musim hujan selalu membawa manfaat bagi sektor pertanian

ilustrasi tumbuhan terguyur hujan (pexels.com/Bibhukalyan Acharya)

Hujan memang merupakan aspek vital dalam kegiatan pertanian, tetapi curah hujan yang berlebihan dapat mengikis lapisan tanah subur dan menguras nutrisi penting dari tanah yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Kehilangan nutrisi ini dapat menimbulkan risiko serius terhadap hasil panen dan kesehatan tanah.

Bahkan, seperti yang dikutip dari National Library of Medicine, dampak negatif dari curah hujan yang berlebihan pada tanaman bisa sebanding dengan dampak yang disebabkan oleh kondisi kekeringan. Selain itu, kelembapan yang terlalu tinggi juga dapat mendukung pertumbuhan patogen dan jamur, yang tentunya sangat merugikan para petani.

4. Sapi akan berbaring sebelum hujan turun

ilustrasi sapi berbaring (pexels.com/Thomas)

Beberapa orang percaya bahwa perilaku hewan dapat menjadi indikator turunnya hujan. Salah satu kepercayaan yang cukup populer adalah anggapan bahwa ketika sapi terlihat gelisah atau sedang berbaring, maka hujan akan segera datang. Meskipun terdengar menarik, hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara perilaku sapi dan perubahan cuaca.

Perubahan perilaku pada hewan sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti kenyamanan, kondisi lingkungan, atau kebutuhan biologis mereka, bukan semata-mata karena hujan akan turun. Perubahan perilaku sapi, lebih tepat dikaitkan dengan kebiasaan alami mereka daripada insting yang berhubungan dengan cuaca.

5. Hujan selalu mengikuti cuaca panas

Seorang pria di tengah hujan (unsplash.com/Nick Scheerbart)

Dalam beberapa situasi, hujan memang bisa terjadi setelah cuaca panas. Namun, hal ini bukanlah aturan pasti dan sangat bergantung pada berbagai faktor iklim dan kondisi meteorologi. Hubungan antara suhu dan curah hujan dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga dapat berbeda-beda tergantung pada lokasi geografis dan kondisi suatu wilayah.
 
Dilansir laman resmi Intergovernmental Panel on Climate Change, saat musim panas, suhu yang tinggi sering kali dihubungkan dengan sedikitnya hujan. Dengan kata lain, di banyak daerah, cuaca panas tidak selalu diikuti oleh hujan. Sebaliknya, cuaca panas justru sering terjadi bersamaan dengan keadaan kering.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak kepercayaan umum tentang hujan yang sebenarnya tidak didukung oleh fakta ilmiah. Dengan memahami fenomena ini secara lebih mendalam, kita bisa menepis kesalahpahaman dan melihat hujan sebagai bagian dari proses alam yang menarik sekaligus penting. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us