Pemberontakan Taiping, Perang Sipil Paling Mematikan dalam Sejarah

Perang Dunia II digadang-gadang sebagai perang mematikan dalam sejarah, karena menewaskan hampir 60 juta jiwa di seluruh dunia, melansir laporan National World War II Museum. Lalu, apa konflik mematikan di posisi kedua?
Kamu salah jika menebak Perang Dunia I atau Penaklukan Mongol. Perang di posisi kedua dengan korban terbanyak terjadi di Tiongkok, yaitu Pemberontakan Taiping, yang merenggut 20 juta hingga 70 juta nyawa, ungkap History.
Menjadi perang saudara paling mematikan dalam sejarah manusia, Pemberontakan Taiping pecah pada pertengahan abad ke-19. Perang ini dimulai oleh sekte penganut Kristen skala kecil yang berubah menjadi tentara kejam berjumlah lebih dari 2 juta orang.
Pada puncaknya, Kerajaan Surgawi Taiping menguasai sebagian besar Cina selatan dari ibu kota Nanjing. Lalu, seperti apa sejarah lengkapnya?
1. Latar belakang tercetusnya Pemberontakan Taiping
Pada tahun 1814, pemimpin agama paling mematikan dalam sejarah lahir. Hong Xiuquan adalah orang yang mengilhami Taiping untuk memberontak dan menjerumuskan Tiongkok ke dalam kekacauan yang begitu besar.
Seperti yang dijelaskan Britannica, pada tahun 1814 Tiongkok berada di bawah Dinasti Qing, sekelompok etnis Manchu yang telah menaklukkan Cina Han pada abad ke-17. Di bawah Dinasti Qing, tidak ada perbaikan infrastruktur selama 100 tahun, bahkan ketika populasinya meningkat tiga kali lipat.
Selain itu, kode Konfusianisme yang kaku mengelompokan masyarakat ke dalam kelas yang tidak mereka inginkan. Hasilnya, sejumlah besar masyarakatnya terperangkap dalam kemiskinan yang menyedihkan.
Hong Xiuquan sendiri adalah anggota kelas Hakka. Sekelompok migran internal yang melarikan diri dari invasi Mongol pada abad ke-13, Hakka awalnya diperlakukan sebagai orang luar.