Penghasil Anyaman Terkenal dari Lombok, Simak! 5 Fakta Tanaman Ketak

Tanaman Ketak yang memiliki nama latin Lygodium circinatum merupakan tanaman yang tumbuh liar. Pada umumnya, tanaman paku Ketak ini banyak dijumpai di hutan-hutan yang terdapat di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan juga di wilayah lain di Indonesia.
Kemampuannya untuk menjalar pada tanaman lain dianggap sebagai gangguan. Namun, bagi masyarakat, khususnya di Lombok, tanaman ini digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kerajinan. Keahlian masyarakat ini dapat mengubah sulur dari tanaman Ketak yang sangat diminati. Untuk lebih mengetahui, simak fakta-fakta tentang tanaman Ketak berikut ini.
1. Termasuk dalam keluarga paku-pakuan

Tanaman Ketak termasuk dalam kelompok tanaman paku, di mana hidupnya menjalar pada tanaman lain sebagai tempat perambatan. Tanaman ini banyak ditemui di hutan Indonesia, salah satunya di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Dilansir dari buku "Domestikasi Tanaman Paku Ata (Lygodium circinatum (Burm.f) Sw.)" tahun 2017, tanaman ini termasuk dalam divisi Pteridophyta (paku-pakuan). Disebutkan memiliki nama lain, yaitu Paku Ata atau Paku Ketak. Untuk perkembangbiakannya, tanaman ini menghasilkan spora, yang umumnya dimiliki oleh jenis paku-pakuan. Spora ini dihasilkan oleh daun, yang kemudian melalui berbagai fase sehingga terbentuklah tanaman Paku Ketak.
2. Digunakan sebagai bahan kerajinan anyaman

Di bawah keterampilan masyarakat saat ini, tanaman Ketak dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan anyaman. Hasil akhir dari produk anyaman ini berupa tas, tempat tisu, tempat buah, nampan, dan kerajinan lainnya. Produk yang paling disukai adalah tas anyaman yang terlihat eksotis digunakan oleh kaum wanita.
Kerajinan anyaman dari tanaman Ketak diambil dari sulur yang menjadi batang dan terdapat pada tanaman dewasa. Dilansir dari jurnal "Perbenihan Tanaman Hutan" (2021), diameter batang yang sesuai untuk membuat anyaman adalah 3 mm. Menurut Ghani et al. (2021), tanaman Ketak memiliki tekstur yang kuat dan elastis. Bentuk fisiknya menyerupai rotan, sehingga menjadikan tanaman Ketak mudah dibentuk untuk kerajinan anyaman. Secara umum, perlakuan yang dilakukan pada bahan tersebut adalah dipotong, kemudian disobek, tekuk, kikis, lipat, dan selanjutnya dianyam.
3. Pertumbuhannya lambat

Pertumbuhan tanaman Ketak terbilang lambat, loh. Apalagi saat ini, masyarakat khususnya di Lombok memanfaatkan sulur pada tanaman sebagai bahan kerajinan, di mana sulur diambil dari tanaman yang masih muda. Sehingga spora sebagai alat perkembangbiakan belum terlihat.
Disebutkan dalam jurnal "Perbenihan Tanaman Hutan" (2021), tanaman Ketak yang ditemui di Lombok kebanyakan masih tergolong tanaman muda (anakan). Hal ini disebabkan oleh regenerasi tanaman Ketak yang relatif lambat. Spora yang ada pada daun untuk peningkatan jumlahnya, hingga menjadi bibit tanaman Ketak, membutuhkan waktu sampai enam bulan. Cukup lama, bukan? Dari alasan ini, masyarakat setempat mencoba melakukan budidaya tanaman Ketak untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kerajinan.
4. Pertumbuhannya yang mengganggu tanaman lain

Tanaman Ketak menghasilkan sulur, yang digunakan sebagai alat untuk menopang pertumbuhannya. Sebelum adanya pemanfaatan oleh masyarakat, tanaman paku-pakuan ini dianggap mengganggu. Hal ini karena tanaman yang ada di sekitarnya akan digunakan sebagai tempat perambatan.
Dilansir dari buku "Domestikasi Tanaman Paku Ata (Lygodium circinatum (Burm.f) Sw.)" (2017), sulur yang dihasilkan oleh tanaman Ketak digunakan untuk melilit dan merambat pada pohon atau benda yang ada di sekitarnya. Menurut Wahyuningsih et al. (2019), perambatan dilakukan ke tanaman lain hingga beberapa meter ke atas. Cara ini sebagai upaya tanaman Ketak untuk mendapatkan sinar matahari yang penting untuk pertumbuhannya.
5. Berperan penting dalam ekosistem hutan

Meskipun terlihat sebagai tanaman liar yang melimpah dan banyak ditemui, tanaman Ketak memiliki fungsi tersendiri untuk ekosistem di hutan, khususnya. Menurut Wahyuningsih et al. (2019), tanaman paku Ketak ini banyak ditemui pada ketinggian rendah maupun sedang, di mana juga merupakan salah satu penyusun hutan tropis yang berperan penting untuk ekosistem hutan. Hal ini karena tanaman Ketak menutup lantai hutan yang dapat mencegah terjadinya erosi, selain itu, dapat mengurangi aliran permukaan tanah.
Nah, bagaimanapun, tanaman Ketak yang tumbuh liar di hutan harus tetap dijaga populasinya. Sedangkan untuk keperluan bahan baku kerajinan, bisa dilakukan upaya budidaya sehingga tidak mengganggu pertumbuhannya.
Demikian sekilas mengenai fakta tanaman Ketak sebagai bahan kerajinan anyaman yang booming di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagai warga Indonesia, khususnya masyarakat Lombok dan sekitarnya, tentunya bangga dengan keragaman tanaman yang bisa meningkatkan perekonomian dan juga dapat berfungsi untuk menjaga kondisi hutan.