Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Penguasa yang Mengeksekusi Anggota Keluarganya Sendiri, Sadis!

ilustrasi Raja Henry VIII (ranker.com)

Sejarah selalu diwarnai dengan raja, kaisar, diktator, dan sebagainya yang tidak ragu-ragu mengeksekusi siapa saja: rival politik, musuh, atau kambing hitam. Tapi, secara tradisi, anggota keluarga jarang tersentuh hukuman.

Bahkan, beberapa penguasa paling kejam sepanjang masa pun membuat pengecualian untuk keluarga. Jika dirasa perlu, mereka hanya memenjarakan atau mengasingkan mereka, tetapi yang mengejutkannya, hanya sedikit penguasa yang melakukan eksekusi terhadap anggota keluarganya sendiri.

Biasanya karena mereka benar-benar kejam dalam merebut atau mempertahankan kekuasaan, tetapi terkadang karena anggota keluarga mereka memanglah orang yang sangat buruk dan menimbulkan banyak masalah. 

1. Raja Herodes Agung mengeksekusi anaknya sendiri

Herodes/dalam lukisan tahun 1856 oleh Giuseppe Fattori. (smithsonianmag.com)

Kamu mungkin pernah mendengar tentang Raja Herodes Agung di Alkitab. Herodes, bersama keluarganya, mendukung orang Romawi saat mengambil alih tanah keluarganya. Ini terbayar dengan sangat baik, Herodes berteman dengan beberapa nama besar di Roma, seperti Oktavianus dan Mark Antony, yang akhirnya menjadikannya Raja Yudea atas nama Roma dan kepentingannya, menurut LiveScience

Karena dukungannya terhadap Kekaisaran Romawi, orang-orang Yudea pun tidak menyukainya. Akibatnya, dia menikahi Mariamme, cucu mantan Imam Besar Yudea, yang dikaruniai dua putra, Alexander dan Aristobulus, berharap agar orang-orang Yudea bisa lebih menerimanya. Namun, ini tidak berhasil, orang Yudea masih tidak mempercayai dia atau Roma.

Herodes pun memberlakukan hukum yang lebih kejam dan juga menjadi sangat paranoid. Bahkan, ia mengira bahwa keluarganya berencana untuk melawannya. Sampai akhirnya, ia mengeksekusi Alexandros, Aristobulus (putra dari pernikahannya dengan Mariamne), dan putra ketiga dari istri lain, Antipater II. 

Ada kemungkinan Herodes juga membunuh anggota keluarga lainnya, serta dikatakan di dalam Alkitab dia membunuh setiap bayi di Betlehem dan daerah sekitarnya, meskipun sejarawan skeptis bahwa hal ini terjadi. Faktanya, sejarawan mengira bahwa hal tersebut mungkin didramatisasi tentang bagaimana dia membunuh putranya sendiri. 

2. Henry VIII gak hanya terkenal mengeksekusi istrinya sendiri, namun saudaranya juga

ilustrasi Raja Henry VIII (ranker.com)

Henry VIII memang terkenal karena mengeksekusi istri kedua dan kelimanya, Anne Boleyn dan Catherine Howard, karena alasan perzinahan dan perselingkuhan. Meskipun begitu, ini hanyalah dua dari daftar panjang orang yang dibunuh Henry VIII karena alasan yang belum pasti, menurut Tudors Dynasty. 

Henry VIII juga pernah membunuh sepupu dan kerabat lainnya karena takut digulingkan. Terutama keluarga De la Pole, garis keluarga yang terkait erat dengan beberapa anggota dengan klaim takhta yang dekat. Selama beberapa dekade, Henry VIII mencurigai bahwa mereka mencoba menggulingkannya, dan mengeksekusi banyak dari mereka. 

Henry VIII juga menginginkan ahli waris laki-laki, tetapi saat dia tidak mendapatkannya, dia pun bercerai. Pada akhirnya, ia akhirnya memiliki putra, Edward VI, yang menggantikannya setelah kematiannya pada tahun 1547, seperti yang diungkapkan History

3. Satu-satunya penguasa wanita di Tiongkok yang membunuh putranya sendiri

Dalam sejarah Tiongkok, hanya ada satu penguasa yang merupakan seorang wanita. Wu Zetian adalah selir dari Dinasti Tang Kaisar Taizong. Tetapi kekuasaan Taizong digantikan oleh Kaisar Gaozong yang merupakan anaknya sendiri. dari Permaisuri Zhangsun. Anehnya, Wu juga menjadi selir Kaisar Gaozong. Kaisar Gaozong menikahinya pada tahun 652, menjadikannya Permaisuri.

Gaozong memiliki anak dari istrinya, Wu. Ketika bayinya berumur seminggu, Wang yang juga istri Kaisar Gaozong, mengunjungi Wu dan menggendong bayinya. Tak lama setelah Wang pergi, bayinya meninggal, dan Wu menuduh Wang membunuhnya. Gaozong mempercayainya, dan Wang dieksekusi. Namun, beberapa sejarawan mengira bahwa kemungkinan Wu membunuh bayinya sendiri untuk menyingkirkan Wang, menurut History Collection

Belakangan, Gaozong terserang stroke dan tidak bisa memerintah, jadi Wu menggantikannya. Wu pun terbuai dengan kekuasaan, dan membunuh dua putra tertuanya, yang masing-masing memiliki kesempatan untuk mewarisi takhta dari Gaozong.

Putra ketiganya, Li Hong, menjadi Kaisar saat Gaozong meninggal, tetapi Wu menjadikannya tahanan rumah dan memerintah Kekaisaran itu sendiri. Dia memerintah selama 23 tahun sebelum kehilangan takhta dan meninggal pada usia tujuh puluhan. 

4. Suleiman mengeksekusi anaknya sendiri

Suleiman, Sultan Kekaisaran Ottoman, memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan anak-anaknya. Seperti sultan lainnya, Suleiman memiliki banyak selir dan memiliki anak lebih dari satu. Namun, Suleiman melakukan sesuatu yang sangat tabu sekitar tahun 1533 saat menikah dengan Roxelana, salah satu haremnya.

Ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi. Hal ini pun menimbulkan masalah, Roxelana menginginkan salah satu putranya naik takhta setelah kematian Suleiman.  Berdasarkan tradisi Ottoman, pewaris takhta akan membunuh semua saudara laki-lakinya agar takhta tersebut benar-benar jatuh ke tangannya.

Nah, hal ini pun terjadi pada Mustafa, anak tertua Sultan yang lahir dari seorang permaisuri bernama Mahidevran. Meskipun tidak 100 persen benar, tetapi ada beberapa bukti yang meyakinkan Roxelana bahwa Sultan Mustafa berencana untuk menyingkirkannya. Akhirnya, Suleiman mengeksekusi Sultan Mustafa, seperti yang diungkapkan Ozy.

Ketika tiba saatnya salah satu putra Suleiman dari Roxelana mengambil alih takhta, dua putranya, Selim dan Bayezid, berperang memperebutkan takhta ayah mereka. Suleiman memilih Selim daripada Bayezid, dan ketika Bayezid dikalahkan dalam perang, Suleiman dan Selim mengeksekusinya sehingga Selim mengambil kekuasan penuh tanpa hambatan, menurut Suleiman the Magnificent. 

5. Cleopatra menentang keinginan ayahnya dan membunuh semua saudara kandungnya

Cleopatra VII, atau dikenal sebagai Cleopatra di zaman modern, menjadi Ratu Mesir setelah ayahnya, Ptolemeus XII meninggal. Namun, ayahnya meninggalkan surat wasiat yang menuntut Cleopatra untuk menikah dan memerintah bersama adik laki-lakinya yang berusia 11 tahun, Ptolemy XIII. Meski kedengarannya cukup aneh, hal itu normal bagi penguasa Mesir pada masa itu untuk menikahi saudara mereka sendiri demi mengkonsolidasikan kekuasaan.

Cleopatra tidak suka dengan situasi ini dan mengambil alih sendiri. Tetapi, Ptolemeus XIII berusaha melenyapkannya untuk merebut kekuasaannya. Dia didukung oleh saudara perempuan mereka, Arsinoe. Sementara Cleopatra mencari bantuan dari Julius Caesar, seperti yang dilansir Majalah Smithsonian.

Pada akhirnya, perang saudara ini meletus, yang menewaskan Ptolemeus XIII. Atas permintaan Caesar dan menurut tradisi Mesir, Arsinoe diasingkan dan Cleopatra kemudian menikah dengan adik bungsunya, Ptolemy XIV. 

Cleopatra enggan mengikuti saran ini, tetapi dia melaksanakannya karena tidak ingin membuat Caesar marah. Namun, setelah pembunuhan Caesar, Cleopatra melihat peluang.

Dia mengeksekusi Ptolemeus XIV dan Arsinoe, yang membuatnya tidak memiliki saudara kandung, dan dengan demikian ia memerintah sendirian sebagai Firaun. Roma pun tidak senang dengan Cleopatra karena perbuatannya itu, akhirnya Cleopatra bersekutu dengan jenderal Romawi Mark Anthony agar kekaisaran Romawi tidak membalas dendam. 

6. Aurangzeb membunuh saudara kandungnya sendiri demi naik takhta

Aurangzeb (notesonindianhistory.com)

India modern adalah negara tunggal yang bersatu, tetapi di berbagai titik sepanjang sejarah, India terdiri dari beberapa kerajaan dan kekaisaran yang berbeda. Salah satunya adalah Kekaisaran Mughal, yang terdiri dari bagian-bagian India, Afghanistan, Kashmir, dan beberapa negara dan wilayah lain saat ini.

Pada abad ke-17, Kekaisaran diawasi oleh Shah Jahan, yang memiliki empat putra dengan istrinya Mumtaz Mahal. (Taj Mahal dibangun untuk dan dinamai menurut nama istri Shah.) Saat Shah menua, anak-anaknya mulai memperebutkan takhtanya.

Dara, yang tertua, adalah anak kesayangan Shah, diikuti oleh Shuja, Aurangzeb, dan Murad, yang termuda. Aurangzeb meyakinkan Murad untuk menyingkirkan Dara dan Shuja, menurut ThoughtCo. Karena Aurangzeb mengaku tidak tertarik menjadi Kaisar sendiri. 

Aurangzeb dan Murad pun mengasingkan Dara, lalu bertempur dan mengeksekusi Shuja. Saat Dara terbebas, Aurangzeb dan Murad membunuhnya. Tetapi, Aurangzeb justru mengeksekusi Murad juga dan naik takhta sendiri setelah ayahnya ditempatkan di bawah tahanan rumah. 

7. Agrippina mewarisi sifat liciknya kepada anaknya sendiri, Nero

Julia Agrippina lahir dari keluarga kerajaan Romawi. Saudari Kaisar Caligula ini sangat akrab dengan politik Romawi. Dia melahirkan seorang putra, Nero, dengan suami pertamanya, yang kemudian meninggal. Lalu menikah untuk kedua kalinya, tetapi suaminya juga meninggal, tampaknya karena diracun.

Akhirnya, dia menikah dengan Claudius, yang kebetulan juga adalah pamannya. Claudius sudah menjadi Kaisar setelah kematian Caligula, tapi kemudian dia diracuni juga. Tentu saja, sebelumnya Agrippina meyakinkannya untuk menjadikan Nero sebagai penerus Claudius.

Meskipun Agrippina diduga terlibat dalam kematian Claudius, hal itu tidak pernah terbukti, sehingga Nero menjadi Kaisar Roma saat masih remaja pada 54 M, menurut ThoughtCo.  Namun, hal ini menjadi bumerang.

Agrippina yang awalnya mengira bahwa dia dapat mengendalikan putranya dan mendapatkan bagian kekuasaan di Roma, keadaan justru tidak berjalan seperti ini. Nero kesal kepadanya, yang membuat Agrippina diasingkan. Agrippina kemudian berkampanye melawan Nero, mengklaim anak tirinya dari Claudius, yakni Brittanicus, adalah kaisar yang sah.

Tetapi Brittanicus meninggal secara misterius, dan Nero merencanakan pembunuhan dengan perahu yang dimodifikasi agar tenggelam untuk membunuh ibunya, tetapi Agrippina berhasil selamat dengan berenang ke pantai. Nero lelah berpura-pura, dan dengan kejam mengeksekusi ibunya sendiri. 

8. Hubungan yang rumit antara Edward IV dan adik laki-lakinya

Edward IV (historycollection.co)

Raja Inggris Edward IV dan adik laki-lakinya, George, Duke of Clarence memiliki hubungan yang tidak harmonis. Padahal, George dan Edward bekerja sama untuk menggulingkan Raja Henry VI selama Perang Mawar, tetapi hal ini tidak berjalan langgeng, menurut The Crown Chronicles.

Tidak lama setelah Edward menjadi raja pada tahun 1461, George bergabung dengan Richard Neville, Earl of Warwick, paman mereka yang juga membantu menyingkirkan Raja Henry VI dari kekuasaan. Richard bermaksud untuk merebut takhta Edward. Namun, setelah hal ini gagal, Richard bersekutu dengan istri Henry VI, Margaret dari Anjou, George kembali ke sisi saudaranya dan mereka berhasil menghentikan plot jahat tersebut. 

Akan tetapi, George kembali berencana melawan Edward. Kali ini, Edward sudah muak, ia mengunci George di Menara London, dan mengeksekusinya, meskipun menurut legenda, George ditenggelamkan dalam tong berisi anggur favoritnya.

9. Ivan the Terrible dan kesalahan yang dilakukannya

Ivan the Terrible mendapatkan gelar tersebut karena ia menebar banyak teror di masanya sebagai Tsar Rusia. Dia terkenal karena tanpa ampun membunuh musuh Rusia, saingan politiknya sendiri, dan siapa saja yang menghalangi jalannya.

Sementara Ivan the Terrible tidak pernah secara resmi mengeksekusi anggota keluarganya, tetapi dia sering bertengkar dengan putra dan ahli warisnya, Ivan Ivanovich, yang sama blak-blakan dan pemarah seperti ayahnya, menurut Ivan the Terrible. 

Ivan the Terrible sangat bangga dengan kekayaan yang dia kumpulkan sebagai Tsar, dan sering mengungkitnya selama pertengkaran dengan anaknya itu. Namun, pada tahun 1581, Ivan Ivanovich mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan emas dan permatanya, ia lebih menghargai keberanian yang menurutnya tidak dimiliki ayahnya. Ivan the Terrible menganggap bahwa ini adalah penghinaan.

Dia mengambil tongkat besi dan memukul tengkorak putranya, membuat Ivan Ivanovich roboh ke tanah, dan mengalami pendarahan di kepalanya. Namun, Ivan the Terrible menyesal, menangis dan memegangi tubuh putranya.

Ivan Ivanovich meninggal tiga hari kemudian. Meskipun itu bukan eksekusi, tetapi hal itu mengakhiri garis keturunan Ivan, karena putranya yang lain, Fyodr, mewarisi takhta tetapi meninggal tanpa anak beberapa tahun kemudian. 

 

Penguasa memiliki banyak alasan untuk mengeksekusi keluarganya sendiri, tak terkecuali niat jahat mereka untuk memperebutkan takhta atau alasan lain. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Albin Sayyid Agnar
EditorAlbin Sayyid Agnar
Follow Us