Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Mendasar antara Sains dan Pseudosains yang Harus Dipahami

Unsplash/Louis Reed

Pernahkah kamu mendengar atau membahas mengenai pseudosains? Sebetulnya, apa sih yang dimaksud dengan pseudosains itu? Nah, kali ini kita akan membahas perbedaan mendasar antara sains dan pseudosains. Pembahasan ini dibutuhkan untuk menambah wawasan kita mengenai pemahaman akan pembatasan pesudosains itu sendiri.

Yuk, daripada penasaran, mending kamu baca artikel ini hingga tuntas. Inilah lima perbedaan mendasar antara sains dan pseudosains. Disimak, ya!

1. Keduanya memiliki arti yang berbeda secara mutlak

Pexels/Chokniti Khongchum

Menurut kamus sains yang diterbitkan oleh Cambridge University, sains atau science dapat diartikan sebagai pengetahuan yang didapatkan melalui studi cermat mengenai struktur dan perilaku objek fisik di alam semesta dengan cara mengamati, meneliti, mengukur, melakukan eksperimen, dan mengembangkan model, hipotesis, teori, atau hukum untuk sebuah kesimpulan eksak.

Dalam perkembangannya, sains dapat menggambarkan hasil dari sebuah penelitian empiris yang berkaitan dengan ilmu terapan, teknologi, ilmu alam dasar, dan segala hal yang ada di alam semesta yang berkaitan dengan fakta-fakta empiris. Sains juga selalu fokus pada nalar, logika, dan alur berpikir yang membentuk sebuah kerangka ilmiah untuk menjelaskan sesuatu.

Lantas bagaimana dengan pseudosains? Masih dalam laman Cambridge University, pseudosains dapat diartikan sebagai sistem pemikiran atau teori yang dibuat tidak berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah. Dengan kata lain, pseudosains merupakan bentuk penjabaran akan sesuatu yang tidak logis dan jauh dari rasionalitas.

Nah, dari kedua arti di atas, kamu sudah mengerti bahwa sains dan pseudosains sangatlah berbeda. Bahkan, perbedaannya sangat mutlak. Jika sains selalu mengedepankan nalar dan logika, pseudosains justru sering mengedepankan takhayul yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Karena memiliki arti yang saling berlawanan, maka keduanya juga tidak memiliki korelasi

Unsplash/This is Engineering

Banyak orang awam sering salah paham dan menyamakan keduanya menjadi satu sebagai bagian yang sama. Bahkan, ada banyak orang yang mengatakan bahwa pseudosains merupakan cabang dari sains. Ini adalah pernyataan yang menyesatkan karena secara mendasar, pseudosains bukanlah cabang keilmuan dari sains.

Sayangnya, ada banyak pseudosains di dunia ini yang sudah terlanjur dipercaya begitu saja oleh banyak kalangan. Padahal, secara hakikat, pseudosains jelas-jelas telah menjadi ancaman bagi ilmu pengetahuan secara nyata. Ilmu semu tersebut terkadang terang-terangan dianggap sebagai ilmu eksak padahal tidak berpijak pada sains sama sekali.

Secara garis besar, sains memiliki beberapa cabang seperti biologi, fisika, kimia, medis, astronomi, ilmu Bumi, sejarah, antropologi, dan masih banyak lagi. Dalam hal ini ditegaskan bahwa pseudosains bukanlah cabang ilmu dari sains. Mungkin ada persamaan nama atau penyebutan yang membuat kesalahpahaman ini terus terjadi di dunia akademik.

Jenis-jenis pseudosains juga sangat banyak, misalnya Bumi datar; konspirasi; feng shui; ilmu tentang UFO atau alien; santet dan pelet; ilmu yang membahas makhluk-makhluk gaib; takhayul; dan segala hal yang dipelajari tanpa pijakan studi atau penelitian ilmiah. Termasuk di dalamnya adalah pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena supernatural, ini juga termasuk pseudosains.

Bahkan, dalam jurnal African Health Sciences yang diterbitkan dalam laman NCBI, dikatakan bahwa pseudosains sudah banyak dipercaya oleh orang-orang yang sudah tidak lagi percaya dengan ilmu medis secara umum. Biasanya hal tersebut banyak terjadi di negara-negara yang kurang berkembang seperti beberapa negara di Afrika yang masih kental dengan takhayul.

3. Awal mula keduanya sangat berbeda dan berseberangan

massivesci.com

Pada dasarnya, sains berawal dari rasa ingin tahu manusia dan dengan itu manusia melakukan studi, penelitian, dan pengamatan mengenai apa yang ingin mereka ketahui lebih dalam. Sebagai contoh, dulu penyakit cacar pernah dianggap sebagai kutukan dari penyihir. Namun, begitu sains masuk dan mempelajari secara empiris, didapatkan fakta bahwa cacar adalah penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh virus.

Nah, jika sains berawal dari studi dan penelitian ilmiah, tidak dengan pseudosains. Pseudosains lebih banyak melibatkan gagasan personal dan anggapan pribadi yang dapat menggiring opini ke arah yang menyesatkan. Contohnya infeksi cacar itu tadi, jika sains menganggapnya infeksi virus, pseudosains akan menganggapnya sebagai kutukan.

Rupanya, perbedaan mendasar dari awal mula keduanya juga dapat menghasilkan sebuah kesimpulan akhir yang sangat berbeda pula. Perbedaan kesimpulan inilah yang tidak dapat menyatukan keduanya. Bagaimana pun, sains dan pseudosains tak akan pernah dapat disatukan karena prinsip mereka bagaikan air dan minyak.

4. Perbedaan dari sudut pandang

edu.rsc.org

Jelas sudut pandang keduanya sangat berbeda. Dalam sains, ilmuwan dan para akademisi biasanya punya pola pikir yang terarah dan menuntut akan suatu pembuktian empiris. Pembuktian sains harus dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai menyimpulkan sebuah gagasan (hipotesa atau teori) yang bisa dianggap benar.

Sedangkan, dalam pseudosains, sudut pandang yang digunakan cenderung pada gagasan pribadi yang sulit untuk dibuktikan kebenarannya. Misalnya, mitos mengenai keberadaan makhluk-makhluk mitologi. Bagi sains, jika keberadaan mereka bisa dibuktikan secara empiris, maka sains akan menganggap mereka ada. Namun, jika tidak dapat dibuktikan, maka keberadaan mereka masih sebatas gagasan semu.

Sayangnya, dalam pseudosains, segala hal yang berkaitan dengan gagasan semu tersebut sering dianggap sebagai kebenaran mutlak. Terkadang tanpa berpikir panjang mereka akan mengulas dengan bahasa yang seolah ilmiah mengenai makhluk Yeti, alien, naga terbang, dan lain sebagainya yang tidak pernah didapatkan bukti-bukti fosilnya.

Scientific American mencatat bahwa garis pemisah yang sangat tegas memisahkan antara sains dengan pseudosains adalah sudut pandang yang melibatkan gagasan. Jika gagasan dari sains selalu disertai dengan studi dan penelitian ilmiah, lain halnya dengan gagasan pseudosains yang mengarah pada dugaan pribadi yang cenderung absurd dan bias.

5. Perbedaan dari jenis sampel data yang digunakan untuk penelitian

ktre.com

Sains memang mengakui bahwa tidak selamanya teori dapat bertahan dan jika ada teori baru yang lebih valid, maka teori yang lama harus gugur. Masih banyak yang harus dilakukan oleh sains untuk membuka banyak hal yang masih dianggap misterius. Namun, hal ini tidak lepas dari prinsip sains itu sendiri, yakni valid atau tidaknya sampel data yang digunakan untuk penelitian.

Laman Towards Data Science menjelaskan bahwa data dan sampel yang ditemukan di lapangan akan menjadi bukti penting yang dapat dikembangkan sebagai landasan studi dan penelitian. Tentu saja tidak sembarang data yang bisa dimasukkan sebagai acuan untuk mengembangkan hipotesis dalam sains.

Berbeda dengan pseudosains yang sangat minim data atau sampel. Jika pun ada, data-data yang ada sangat bias dan sulit untuk dijadikan dasar untuk studi dan penelitian empiris. Terkadang sampel data yang dihadirkan hanya berupa satu jejak kaki yang diklaim sebagai jejak kaki makhluk mitologi.

Perbedaan jenis sampel data tersebut dapat memengaruhi studi yang akan dilakukan. Hasilnya, kesimpulan yang didapatkan juga akan sangat berbeda. Itu sebabnya, keduanya tetap akan berdiri pada sisi masing-masing yang saling berseberangan satu sama lain.

Itulah lima perbedaan mendasar antara sains dan pseudosains. Bagaimana? Kamu sudah mengerti dan memahami perbedaan keduanya, bukan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us