Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penguin di Australia Bisa Cerai Jika Tak Puas dengan Jumlah Keturunan

Penguin berkelompok (pixabay.com/PollyDot)
Penguin berkelompok (pixabay.com/PollyDot)
Intinya sih...
  • Penguin kecil di Phillip Island menceraikan pasangan dan mencari pasangan baru jika tidak puas dengan jumlah keturunan
  • Koloni penguin kecil di Pulau Philip merupakan yang terbesar di dunia, menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya
  • Tingkat perceraian penguin tampaknya menjadi prediktor yang lebih dapat diandalkan untuk keberhasilan reproduksi daripada faktor lingkungan atau perilaku
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penguin kecil (Eudyptula minor) yang hidup di Phillip Island di Australia telah ditemukan menceraikan pasangannya dan mencari pasangan baru jika mereka tampaknya tidak puas dengan jumlah keturunan yang dihasilkan.

Namun, ini adalah keputusan berisiko yang dapat menurunkan keberhasilan dalam upaya perkembangbiakan berikutnya. Temuan ini dirinci dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 11 Januari di jurnal Ecology and Evolution, dikutip dari situs Popular Science.

Penelitian 10 tahun

Phillip Island adalah rumah bagi koloni penguin kecil terbesar di dunia—hampir 40.000 ekor. Burung-burung laut ini adalah spesies penguin terkecil di Bumi.

Penguin kecil berukuran sedikit lebih besar dari pin bowling standar, dengan tinggi sekitar 12 hingga 14 inci dan berat sekitar 3 kilogram. Disebut juga penguin biru kecil atau penguin peri, burung-burung ini ditemukan di Australia dan Selandia Baru.

Koloni di Philip Island merupakan rumah bagi Parade Penguin yang populer dan menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya. Orang-orang dapat menyaksikan mereka melenggang pulang dari lautan ke sarangnya saat senja.

Penelitian ilmiah baru mengenai kehidupan cinta penguin kecil ini dilakukan selama 10 tahun dan 13 musim kawin. Para ilmuwan ingin mengetahui apa yang bisa diprediksi dari pasangan penguin kecil tentang masa depan reproduksi koloni.

Alasan perceraian

ilustrasi penguin (pexels.com/Ryutaro Tsukata)
ilustrasi penguin (pexels.com/Ryutaro Tsukata)

Menurut peneliti pada saat-saat yang baik, mereka sebagian besar tetap bersama pasangannya, meskipun sering kali ada sedikit percekcokan. Namun setelah musim reproduksi yang buruk, mereka akan mencoba mencari pasangan baru untuk musim berikutnya guna meningkatkan keberhasilan perkembangbiakan.

Selama 13 musim kawin, tim melacak individu mana saja yang berganti pasangan atau bercerai dari satu musim ke musim berikutnya.

Mereka mencatat hampir 250 perceraian penguin dari sekitar seribu pasangan selama penelitian, dan menemukan bahwa tahun-tahun dengan tingkat perceraian yang lebih rendah menghasilkan keberhasilan perkembangbiakan yang lebih tinggi.

Prediktor reproduksi

Tingkat perceraian di antara penguin tampaknya menjadi prediktor yang lebih dapat diandalkan untuk keberhasilan reproduksi daripada faktor lingkungan—seperti perubahan habitat—atau sifat-sifat perilaku, termasuk jumlah waktu yang mereka habiskan untuk mencari mangsa.

Semakin banyak perceraian dan kemudian berpasangan kembali dalam satu musim kawin, maka semakin rendah pula keberhasilan reproduksi di seluruh koloni.

Tim percaya bahwa tingkat perceraian merupakan prediktor keberhasilan yang lebih baik karena berkorelasi lebih akurat dengan tingkat perkembangbiakan dibandingkan dengan faktor lingkungan atau perilaku.

Memahami dinamika ini dapat membantu melindungi penguin kecil dan spesies lain di sekitar Pulau Philip.

Temuan tentang tingkat perceraian yang lebih rendah di antara penguin kecil di Phillip Island dalam kondisi lingkungan yang mendukung menyoroti pentingnya mempertimbangkan dinamika sosial di samping faktor lingkungan ketika merancang strategi untuk melindungi spesies burung laut yang rentan.

Referensi:

Matthew D. Simpson, Ashton L. Dickerson, Andre Chiaradia, Lloyd Davis, dan Richard D. Reina. 2025. "Divorce Rates Better Predict Population-Level Reproductive Success in Little Penguins Than Foraging Behaviour or Environmental Factors" dalam Journal Ecology and Evolution.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Misrohatun H
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us