5 Reptil Dilindungi yang Ada di Pulau Jawa, Populasinya Terus Menurun!

Hewan dilindungi seperti badak, macan tutul, atau elang jawa pasti sudah tidak asing di telinga masyarakat Pulau Jawa. Namun apakah kamu pernah mendengar nama sanca bodo, biawak abu-abu, penyu, buaya sinyulong, atau buaya air asin? Misalpun kamu pernah mendengarnya apakah kamu tahu kalau populasi mereka terus menurun dan mereka merupakan hewan dilindungi? Kemungkinan kebanyakan orang tidak tahu menahu akan hal itu, padahal reptil-reptil tersebut dapat ditemukan di Pulau Jawa, lho.
Karena ketidaktahuan masyarakat akan eksistensi dan status reptil-reptil tersebut tak jarang mereka dibunuh atau diburu secara membabi buta. Tentunya hal ini adalah hal yang buruk dan membuat populasi mereka semakin menurun dari waktu ke waktu. Untuk mencegah hal ini upaya dari pemerintahnya saja tidak cukup. Karenanya supaya mereka tidak jatuh ke jurang kepunahan kamu wajib tahu dan mengenal reptil-reptil dilindungi tersebut yang semuanya dapat ditemukan di Pulau Jawa.
1. Sanca bodo

Di Pulau Jawa terdapat berbagai spesies ular mulai dari ular berbisa, ular tidak berbisa, sampai ular raksasa. Diantara banyaknya ular yang ada terdapat satu spesies ular yang dilindungi, yaitu Python bivittatus atau sanca bodo. Sanca bodo sendiri merupakan ular tidak berbisa namun punya gigi yang tajam dan ukuran yang besar. Bahkan saking besarnya ular ini jadi salah satu ular terbesar di dunia. Dilansir Britannica, panjang sanca bodo bisa mencapai 7 meter dan ia bisa tumbuh hingga mencapai berat 97 kg.
Habitat sanca bodo juga beragam, hutan, area pertanian, kebun, pegunungan, pepohoan, area lembab, rawa, dan bebatuan bisa dihuni oleh reptil ini. Ia adalah perenang dan pemanjat yang andal dan dengan dua kemampuan tersebut sanca bodo bisa bersembunyi dan mencari mangsa dengan mudah. Burung, tikus, monyet, kadal, sampai rusa bisa jadi makanan bagi hewan ini. Populasinya juga terus menurun dan masuk kategori rentan atau vulnerable menurut data IUCN Red List.
2. Penyu

Di dunia terdapat tujuh spesies penyu dan enam diantaranya bisa ditemukan di Indonesia dan Pulau Jawa. Keenam spesies tersebut adalah Chelonia mydas, Eretmochelys imbricate, Lepidochelys olivacea, Dermochelys coriacea, Natator depressus, dan Caretta caretta. Semuanya termasuk hewan terancam punah dan populasinya terus menurun. Ada yang statusnya vulnerable (rentan), endangered (terancam), bahkan critically endangered (sangat terancam).
Ancaman yang dihadapi penyu juga beragam, mulai dari perburuan liar, perubahan iklim, kerusakan habitat, sampai polusi air laut, terang WWF. Namun sepertinya kamu akan sulit menemukan penyu di alam karena mereka adalah hewan akuatik yang secara penuh menghabiskan waktunya di air. Penyu hanya akan naik ke darat untuk bertelur, itupun hanya dilakukan pada malam hari supaya terhindar dari predator. Jika kamu melihat anakan penyu atau penyu sedang bertelur kamu juga tak boleh mengganggunya. Jangan disentuh, diganggu, bahkan sampai ditangkap.
3. Buaya sinyulong

Walaupun reptil ini memiliki nama buaya sinyulong sebenarnyaTomistoma schlegelii bukanlah buaya sejati. Buaya sejati sendiri merujuk pada reptil yang masuk di famili Crocodylidae, sementara itu buaya sinyulong sendiri masuk dalam famili Gavialidae, jelas iNaturalistUK. Tapi sama dengan buaya-buaya lain, buaya sinyulong juga termasuk hewan terancam punah dan dilindungi. Menurut data IUCN Red List hanya tersisa sekitar 2,400 individu di alam liar sehingga menjadikannya sebagai hewan yang terancam atau endangered.
Di Pulau Jawa sendiri buaya sinyulong hanya menghuni satu daerah, yaitu Kabupaten Banten tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon. Habitanya alaminya mencakup beberapa tempat, seperti hutan, sungai, rawa, dan daerah pesisir. Dengan moncongnya yang panjang, sempit, dan giginya yang tajam dan lurus reptil ini dengan mudah bisa menangkap hewan-hewan kecil yang licin seperti ikan, gurita, atau cumi-cumi.
4. Biawak abu-abu

Dilansir Ecologyasia, Varanus nebulosus atau biawak abu-abu termasuk kadal yang cukup besar karena mampu tumbuh hingga mencapai panjang 1,5 meter. Ia punya kemampuan memanjat dan berenang yang luar biasa. Kemampuannya tersebut bisa digunakan untuk dua hal, yaitu berburu dan kabur dari predator. Tak hanya itu, kadal yang dilindungi ini juga bisa mencambuk dengan ekornya dan menggigit dengan giginya yang tajam dan melengkung. Gigitan dan cambukan biawak abu-abu juga tak bisa diremehkan karena bisa merobek kulit dan daging manusia.
Sebenarnya di Pulau Jawa juga ada spesies biawak lain, yaitu Varanus salvator atau biawak air asia. Ia cukup mirip dengan biawak abu-abu namun jika teliti kamu bisa membedakan keduanya dengan mudah. Biawak air asia punya warna hitam dan corak garis di tubuhnya sementara biawak abu-abu punya warna abu-abu dan corak bintik putih yang menyebar dari kepala sampai ekor. Populasi biawak abu-abu juga lebih sedikit dan hanya bisa ditemukan di beberapa daerah saja.
5. Buaya air asin

Tidak seperti reptil lain yang dilindungi karena populasinya menurun, crocodylus porosus atau buaya air asin dilindungi karena berbahaya bagi manusia. Jadi kamu tak boleh mengganggu atau memburu hewan ini karena bisa mengancam nyawamu. Reptil ini bisa ditemukan di laut, air payau, sungai, danau, rawa, atau muara sungai sehingga ia juga sering dipanggil buaya muara. Dengan kemampuan berenangnya yang luar biasa buaya air asin bisa memangsa apapun, seperti ikan, monyet, burung, kadal, kura-kura, sampai buaya lain.
Buaya air asin juga merupakan reptil terbesar di dunia dengan panjang maksimal yang mencapai 7 meter dan bobot sekitar 1,2 ton, jelas Animal Diversity Web. Namun saat ini buaya air asin cukup sulit ditemukan di Pulau Jawa karena banyaknya kerusakan alam dan polusi yang mengancam ekosistem. Tak hanya itu, reptil bermoncong panjang ini juga punya kulit yang diselimuti osteoderm yang sangat keras dan kuat.
Hewan terancam punah dan dilindungi tidak hanya terbatas pada gajah, macan tutul, dan kucing hutan. Beberapa jenis reptil seperti buaya sinyulong, buaya air asin, biawak abu-abu, penyu, dan sanca bodo juga terancam punah dan dilindungi oleh pemerintah. Populasi mereka terus menurun karena adanya perburuan liar, polusi, dan kerusakan alam. Karena hal itu sebagai masyarakat Indonesia kita harus menjaga dan melindungi reptil-reptil tersebut supaya populasinya tetap stabil dan tidak jatuh ke jurang kepunahan.