Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Reptil yang Paling Berisiko Punah, Tak Bisa Terhindarkan

Penyu Sisik (unsplash.com/Olga ga)
Penyu Sisik (unsplash.com/Olga ga)

Saat mendengar kata punah, banyak yang langsung teringat pada reptil purba yakni dinosaurus. Namun, kenyataannya, beberapa spesies reptil yang hidup di dunia saat ini juga berada di ambang kepunahan.

Reptil-reptil ini bukan hanya unik secara penampilan dan perilaku, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sayangnya, perubahan lingkungan, perburuan liar, dan aktivitas manusia terus menjadi ancaman utama bagi keberlangsungan mereka. Pada ulasan ini, terdapat lima jenis reptil yang saat ini dianggap paling berisiko punah.

1. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Penyu Sisik (unsplash.com/Naja Bertolt Jensen)
Penyu Sisik (unsplash.com/Naja Bertolt Jensen)

Penyu sisik adalah salah satu reptil laut paling ikonis yang sayangnya sedang menghadapi ancaman besar. Melansir australian.museum, populasinya menurun hampir 80 persen dalam 120 tahun terakhir, membuatnya masuk dalam daftar kritis oleh IUCN. Cangkangnya yang indah sering kali menjadi alasan utama perburuan ilegal.

Selain itu, hilangnya habitat akibat perubahan iklim dan penangkapan insidental dalam perikanan semakin memperparah situasi. Tak hanya menjadi korban langsung aktivitas manusia, penyu sisik juga menghadapi tantangan dari polusi laut, seperti plastik yang kerap tertelan.

2. Penyu Lekang (Lepidochelys kempii)

Penyu Lekang (unsplash.com/Joshua J. Cotten)
Penyu Lekang (unsplash.com/Joshua J. Cotten)

Penyu Lekang adalah salah satu penyu terkecil di dunia, tetapi ukurannya yang mungil tidak menyelamatkannya dari ancaman besar. Melansir seaturtlestatus.org, populasi spesies ini menurun sebesar 88–92 persen selama 67 tahun terakhir, menjadikannya salah satu spesies yang paling terancam punah.

Perburuan telur untuk konsumsi manusia serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, menjadi penyebab utama penurunan spesies penyu ini. Habitat utama penyu lekang, seperti pantai-pantai di Teluk Meksiko, juga terancam oleh pembangunan manusia.

3. Tokek Batu Psikedelik (Cnemaspis psychedelica)

Tokek Batu Psikedelik (inaturalist.org)
Tokek Batu Psikedelik (inaturalist.org)

Tokek batu psikedelik (Cnemaspis psychedelica) bukan hanya memiliki nama yang unik, tetapi juga penampilan yang mencolok dengan pola warna cerah. Sayangnya, reptil satu ini hanya ditemukan di Pulau Hon Khoai, Vietnam, membuatnya sangat rentan terhadap tekanan lingkungan.

Ancaman utamanya adalah hilangnya habitat akibat deforestasi dan penangkapan berlebihan untuk perdagangan hewan peliharaan eksotis. Dengan wilayah jelajah yang terbatas dan populasinya yang kecil, tokek ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

4. Gharial (Gavialis gangeticus)

Gharial (pixabay.com/sarangib)
Gharial (pixabay.com/sarangib)

Gharial atau yang dikenal secara ilmiah sebagai Gavialis gangeticus adalah buaya bermoncong panjang yang memiliki populasi kurang dari 800 individu di alam liar. Spesies ini dulunya tersebar luas di Asia Selatan, tetapi kini hanya bertahan di beberapa sungai di India dan Nepal.

Hilangnya habitat akibat pembangunan bendungan dan irigasi, menjadi penyebab utama penurunan populasinya. Gharial juga sering kali terjerat dalam jaring ikan, hal tersebut menambah tekanan pada populasinya yang sudah kritis. Dengan laju penurunan yang cepat, gharial membutuhkan perhatian lebih agar tidak menghilang sepenuhnya dari dunia.

5. Buaya Tiongkok (Alligator sinensis)

Buaya Tiongkok (commons.wikimedia.org/Magalhães)
Buaya Tiongkok (commons.wikimedia.org/Magalhães)

Buaya Tiongkok (Alligator sinensis) adalah reptil unik yang hanya ditemukan di lembah Sungai Yangtze bagian bawah. Melansir animaldiversity.org, populasinya di alam liar kini diperkirakan kurang dari 150 individu di alam liar, menjadikannya salah satu spesies reptil paling langka di dunia.

Perusakan habitat akibat urbanisasi dan polusi air adalah ancaman terbesar bagi spesies buaya ini. Meskipun tekanan perburuan telah berkurang, ancaman dari perubahan lingkungan masih sulit diatasi, menjadikannya sebagai salah satu reptil yang sangat berisiko punah.

Reptil-reptil yang terancam punah ini mengajarkan kita bahwa keragaman hayati sangat rapuh di bawah tekanan aktivitas manusia. Hilangnya satu spesies bukan hanya kehilangan secara biologis, tetapi juga bisa mengganggu keseimbangan ekosistem global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us