Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rumah Kubuswoningen, Deretan Kubus di Rotterdam yang Bikin Penasaran

Kubuswoningen, Rotterdam (pexels.com/Ira)
Kubuswoningen, Rotterdam (pexels.com/Ira)
Intinya sih...
  • Didesain oleh Piet Blom untuk ‘hidup di atas kota’
    • Konsep living as an urban roof tanpa mengorbankan fungsi publik di bawahnya.
    • Jadi simbol arsitektur radikal, meski awalnya menuai banyak kritik
      • Selesai pada tahun 1984 dengan 38 unit standar dan 2 super cube yang lebih besar.
      • Proses konstruksinya penuh tantangan teknis
        • Struktur tiap rumah ditopang beton segi enam di bawah, lalu bagian kubus dibuat dengan rangka kayu, baja ringan, dan panel beton pracetak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah suasana modern Kota Rotterdam yang penuh gedung kaca dan beton, ada satu kawasan yang bikin orang berhenti melangkah dan spontan mengeluarkan kamera. Namanya Kubuswoningen atau The Cube Houses. Dari luar, deretan rumah kuning ini benar-benar terlihat seperti dunia dari game Tetris dengan kubus diputar 45 derajat lalu disusun rapi di atas tiang segi enam.

Uniknya, banyak orang mengira ini sekadar instalasi seni atau bangunan pajangan. Padahal, Kubuswoningen adalah kompleks perumahan sungguhan yang memang bisa ditinggali. Gimana rasanya tinggal di rumah miring seperti itu? Yuk, kenalan lebih jauh dengan keunikan arsitektur legendaris Rotterdam ini.

1. Didesain oleh Piet Blom untuk ‘hidup di atas kota’

Kubuswoningen dibangun di atas jalanan kota (commons.wikimedia.org/P. Hughes)
Kubuswoningen dibangun di atas jalanan kota (commons.wikimedia.org/P. Hughes)

Kubuswoningen lahir dari ide Piet Blom, arsitek Belanda yang dikenal anti mainstream. Pada akhir 1970-an, Blom ditantang membuat hunian di atas jalanan pusat Rotterdam. Alih-alih membangun apartemen biasa, ia justru memutar rumah berbentuk kubus hingga miring, lalu menyusunnya seperti pepohonan di hutan mini. Dilansir ArchDaily, Blom menyebut konsep ini sebagai living as an urban roof, alias hidup di atas ruang kota tanpa mengorbankan fungsi publik di bawahnya. Jadi, jalan tetap bisa dipakai masyarakat, sementara di atasnya berdiri rumah-rumah nyentrik yang sekaligus jadi ikon kota.

2. Jadi simbol arsitektur radikal, meski awalnya menuai banyak kritik

Rumah Kubuswoningen
ilustrasi wisatawan memotret Kubuswoningen (unsplash.com/Alex vd Slikke)

Menurut MyBestPlace, kompleks ini selesai pada tahun 1984 dengan 38 unit standar dan 2 super cube yang lebih besar. Sebelum di Rotterdam, Blom sebenarnya sudah uji coba desain rumah kubus dalam skala kecil di Kota Helmond. Namun baru di Rotterdam-lah proyek ini digarap penuh hingga jadi simbol arsitektur radikal tahun 1980-an.

Awalnya desain rumah kubus ini banyak menuai kritik. Bentuknya dianggap aneh, sulit ditempati, bahkan terlalu eksperimental. Namun, siapa sangka justru kritik itu yang bikin Kubuswoningen makin terkenal. Kini, ia termasuk spot paling difoto di Rotterdam, bahkan setara dengan Markthal dan Jembatan Erasmus.

3. Proses konstruksinya penuh tantangan teknis

Detail arsitektur Kubuswoningen (pexels.com/Igor Passchler)
Detail arsitektur Kubuswoningen (pexels.com/Igor Passchler)

Jika dilihat bentuknya, wajar kalau pembangunan Kubuswoningen tidak bisa dilakukan sembarangan. Struktur tiap rumah ditopang beton segi enam di bawah, lalu bagian kubus dibuat dengan rangka kayu, baja ringan, dan panel beton pracetak. Supaya makin awet, bagian luar dilapisi aluminium dan dicat kuning cerah tahan cuaca.

Menurut situs resmi Kubuswoning.nl, pemasangan panel-panel miring ini butuh presisi tinggi. Bayangkan saja, satu kesalahan sudut bisa bikin seluruh kubus jadi tidak stabil. Makanya, konstruksi harus dibantu crane khusus dan teknik sambungan yang dimodifikasi agar mampu menahan beban dalam posisi miring. Ribet? Jelas. Tapi hasilnya sepadan.

4. Perlu furnitur custom dan kesabaran ekstra menata interiornya

Interior Kubuswoningen (commons.wikimedia.org/Oleg Yunakov)
Interior Kubuswoningen (commons.wikimedia.org/Oleg Yunakov)

Kalau dari luar terlihat keren, cerita berbeda justru muncul saat masuk ke dalam. Setiap unit luasnya sekitar 100 meter persegi, terdiri dari tiga lantai: ruang tamu dan dapur di lantai pertama, kamar tidur di lantai kedua, dan ruang kerja atau loteng kecil di lantai tiga. Masalahnya, bentuk miring bikin semua sisi rumah terasa bermasalah. Dinding tidak tegak lurus, langit-langit aneh, dan sudut-sudut ruang sering bikin bingung.

Menurut ArchDaily, banyak penghuni harus pesan furnitur custom karena perabot standar gampang tersangkut di sudut miring. Bayangkan taruh lemari biasa, langsung miring atau menyisakan celah janggal. Jadi, selain punya rumah ikonik, kamu juga harus punya kesabaran ekstra buat menatanya.

5. Dari hunian eksperimental jadi destinasi wisata populer

Kubuswoningen di lanskap urban Rotterdam (pexels.com/Kasla Mizera)
Kubuswoningen di lanskap urban Rotterdam (pexels.com/Kasla Mizera)

Seiring waktu, Kubuswoningen berkembang lebih dari sekadar tempat tinggal. Beberapa unit kini difungsikan jadi museum mini, hostel, dan ruang kreatif. Salah satunya adalah Kijk-Kubus, rumah kubus yang bisa dikunjungi wisatawan untuk melihat interiornya. Ada juga Stayokay Hostel yang menawarkan pengalaman tidur di dalam rumah miring.

Menurut MyBestPlace, lokasinya yang strategis membuat kawasan ini selalu ramai turis. Hampir 40 tahun setelah berdiri, Kubuswoningen tetap jadi contoh bahwa arsitektur eksperimental bisa bertahan lama. Ia bukan hanya rumah untuk dikagumi, tapi juga bukti bahwa ide ‘nyeleneh’ bisa jadi kebanggaan kota.

Jadi, Kubuswoningen bukan sekadar spot Instagramable, tapi juga simbol keberanian arsitektur Belanda dalam menantang logika ruang. Di balik setiap sudut miringnya, ada cerita tentang kreativitas, eksperimen, dan keyakinan bahwa desain bisa mengubah cara kita hidup di kota. Unik sekali, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Unik Shibam, Kota Pencakar Langit Tertua dari Lumpur

02 Okt 2025, 13:49 WIBScience