7 Satwa Hutan Amazon Ini Terancam Punah, Sudah Tahu?

Hutan Amazon merupakan hutan hujan terbesar di dunia. Dengan luas 6,7 juta kilometer persegi, hutan ini membentang di antara beberapa negara di Amerika Selatan, dari mulai Brasil, Bolivia, Kolombia, Ekuador, Guyana, Suriname, Venezuela, Peru, dan juga Guyana Perancis. Hutan ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Ekosistem ini juga menjadi habitat bagi sejumlah satwa yang kini keberadaannya di ambang kepunahan.
Apa sajakah satwa-satwa Hutan Amazon yang dinyatakan langka? Apa penyebabnya? Temukan informasinya dalam artikel ini.
1. Lumba-lumba amazon

Lumba-lumba amazon (Inia geoffrensis) merupakan lumba-lumba air tawar yang menghuni perairan Sungai Amazon dan Sungai Orinoco. Setasea yang juga dikenal dengan nama boto ini memiliki panjang tubuh 2,5 meter dengan berat sekitar 200 kilogram. Boto berjenis kelamin jantan mudah dikenali karena tubuhnya berwarna pink. Warna cerah tersebut berguna untuk memikat lawan jenis ketika musim kawin.
Dilansir National Geographic, masyarakat tradisional Amazon memiliki kepercayaan jika lumba-lumba Amazon memiliki kemampuan magis. Hewan ini dianggap bisa berubah menjadi manusia yang hidup di daratan. Untuk menyembunyikan lubang semburnya, manusia jadi-jadian ini dikatakan menggunakan topi.
Saat ini populasi lumba-lumba amazon diperkirakan ada puluhan ribu ekor. Namun, WWF melansir statusnya sudah rentan punah. Fragmentasi habitat, penangkapan, serta pencemaran pada air sungai menjadi ancaman bagi keberadaan lumba-lumba ini.
2. Jaguar

Jika di sabana Afrika ada singa sebagai apex predator, di Hutan Amazon terdapat jaguar (Panthera onca). Kucing besar terbesar di Amerika ini adalah predator puncak di ekosistem Amazon. Jaguar punya corak kulit yang hampir mirip dengan leopard tapi badannya lebih besar dan berotot.
Meski merupakan hewan darat, jaguar punya keahlian memanjat pohon dan berenang yang cukup baik. Hal ini membuatnya jadi predator dengan diet yang beragam. Menurut laman Amazon Aid, jaguar diketahui memangsa hewan terestrial seperti rusa, tapir dan kapibara dan juga berbagai hewan akuatik seperti buaya caiman, ikan atau kura-kura. Dengan memangsa herbivora, jaguar turut membantu menjaga keseimbangan ekosistem di Amazon.
Meski punya peran sebagai spesies payung, masih banyak pihak yang memburu jaguar untuk diambil kulitnya. Bagian-bagian tubuhnya seperti cakar dan taring yang menurut mitos punya manfaat kesehatan juga turut jadi sasaran pemburu. Hal ini membuat populasi jaguar kini telah vulnerable atau rentan punah.
3. Otter raksasa

Hutan hujan Amazon juga menjadi rumah bagi otter raksasa. Mamalia bernama latin Pteronura brasiliensis ini merupakan spesies otter terbesar di dunia. Ketika dewasa mereka bisa tumbuh hingga sepanjang 1,8 meter. Di Amazon, mereka biasa ditemukan di kawasan danau (cochas), rawa dan juga sungai. Otter raksasa menyenangi perairan dengan kepadatan ikan yang tinggi. Selain memakan ikan, mereka juga diketahui memangsa reptil seperti caiman dan anakonda berukuran kecil.
Otter ini memiliki peran penting bagi ekosistem perairan Amazon. Di habitatnya, mereka termasuk predator puncak yang mencegah pertumbuhan populasi berlebihan dari spesies lain. Alhasil, kesehatan ekosistem dapat terjaga. Dilansir Amazon Aid, keberadaan populasi otter raksasa bahkan dijadikan indikator kondisi kesehatan ekosistem sungai di Hutan Amazon.
Sayangnya, ada banyak ancaman yang dihadapi otter raksasa. WCS Peru melansir pencemaran air sungai akibat aktivitas pertambangan dan pertanian, perburuan, dan kerusakan habitat menjadi penyebab jumlahnya menurun. Tak heran kalau satwa endemik Amerika Selatan ini dinyatakan sebagai endangered species oleh IUCN.
4. Uakari botak

Monyet Amazon yang satu ini memiliki bentuk fisik yang mudah diidentifikasi dari spesies primata lainnya. Uakari botak (Cacajao calvus) punya kepala gundul dan wajah tanpa bulu dengan kulit berwarna merah bak terbakar matahari. Mereka juga memiliki bulu panjang yang berwarna oranye hingga kecoklatan.
Monyet Dunia Baru ini merupakan hewan endemik Sungai Amazon. Tapi saat ini populasinya dikatakan rentan mengalami kepunahan. National Geographic menginformasikan mereka kerap diburu oleh masyarakat adat di wilayah Amazon. Selain itu deforestasi dan alih fungsi hutan jadi lahan pertanian juga telah merusak habitat mereka. Kondisi ini diperparah dengan siklus reproduksinya yang lambat. Uakari betina hanya mampu melahirkan satu anak tiap dua tahun. Hal ini membuat populasi uakari botak tidak bisa bertambah dengan cepat.
5. Monyet laba-laba berperut putih

Selain aukari, monyet langka yang juga menghuni Hutan Amazon ialah Ateles belzebuth. Monyet Dunia Baru ini lebih populer dengan nama monyet laba-laba berperut putih. Dilansir Animalia, mereka bisa ditemukan di bagian barat laut Amazon yang tersebar di negara Kolombia, Peru, Ekuador, Venezuela dan Brasil.
Monyet laba-laba berperut putih merupakan makhluk sosial. Mereka hidup dalam kelompok yang beranggotakan 6 hingga 25 individu. Monyet ini akan berkomunikasi satu sama lain dengan beragam suara dari mulai rengekan, jeritan, dan panggilan panjang yang memiliki arti berbeda.
Namun, seperti halnya satwa lain di Amazon, Ateles belzebuth juga terdampak deforestasi dan perburuan. Akibatnya, populasinya berkurang sebanyak 50 persen dalam lima dekade terakhir. IUCN pun menyatakan monyet laba-laba berperut putih sebagai spesies terancam bahaya.
6. Burung pemakan semut rio branco

Tidak hanya mamalia yang terancam punah, berbagai spesies burung juga kian langka di Hutan Amazon. Salah satunya ialah Cercomacra carbonaria atau burung pemakan semut rio branco. IUCN bahkan melabeli burung ini sebagai critically endangered species artinya mereka sudah benar-benar di ambang kepunahan.
Burung pemakan semut ini biasanya menjelajah di lebatnya kanopi hutan. Mereka akan menyusuri cabang pepohonan secara berpasangan untuk mencari serangga. Burung berkelamin jantan ditandai dengan bulu hitam dengan sedikit garis putih di bagian sayap sementara burung betina memiliki bulu perut berwarna cokelat muda.
7. Burung beo amazon berkepala kuning

Burung beo amazon berkepala kuning atau Amazona oratrix memiliki warna bulu yang indah. Badannya hijau cerah dengan bulu berwarna kuning di kepala dan tanda merah pada sayapnya.
Kecantikan burung yang bisa hidup hingga usia 90 tahun ini membuat banyak orang ingin menjadikannya peliharaan. Perburuan dan perdagangan satwa ilegal pun membuat populasinya menurun drastis. Dilansir laman inaturalist, jumlahnya di alam terjun bebas dari 70.000 ke 7.000 ekor dalam dua dekade terakhir. Mirisnya lagi, sebanyak 40--60% burung ini mati sebelum berhasil terjual!
Tidak dapat dimungkiri Hutan Hujan Amazon memiliki kekayaan hayati yang tinggi. Tapi, beragam aktivitas manusia seperti pembukaan hutan untuk jadi lahan tambang dan pertanian, pembangunan dam, pencemaran lingkungan, dan perburuan telah membuat beragam satwa di ambang kepunahan. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan untuk membantu menyelamatkan ketujuh spesies ini dari kepunahan?