Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Simo Hayha, Sniper Finlandia yang Jadi Mimpi Buruk Tentara Uni Soviet

Simo Hayha, Sniper Finlandia
ilustrasi seorang sniper (pexels.com/Alexandr Meadow)
Intinya sih...
  • Kehidupan awal Simo Hayha
  • Peran besar pada Winter War
  • Teknik dan strategi jitu Hayha
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Uni Soviet dan Finlandia pernah bertempur dalam sebuah peperangan yang dikenal dengan nama Winter War (30 November 1939–13 Maret 1940). Pada momen tragis tersebut, mencuat sejumlah tokoh yang tercatat dalam sejarah dunia. Salah satunya ialah Simo Hayha, seorang pejuang Finlandia yang kemampuan snipernya menjadi mimpi buruk tentara Uni Soviet.

Hayha dikenal sebagai sosok penembak jitu yang paling mematikan dalam sejarah militer. Dengan keterampilan menembak dan pemahaman medan, ia berhasil menewaskan ratusan tentara Uni Soviet pada Winter War. Ia menjadi simbol ketangguhan Finlandia melawan penjajahan Uni Soviet.

1. Kehidupan Simo Hayha sebelum Winter War

Simo Hayha, Sniper Finlandia
ilustrasi ski es (pexels.com/Visit Almaty)

Simo Hayha lahir pada 17 Desember 1905 di kota kecil Rautjarvi, Karelia. Tanah kelahirannya merupakan bagian dari Finlandia sejak 1917. Namun, wilayah tersebut menjadi tujuan utama penyerangan Uni Soviet ke Finlandia pada Winter War.

Hayha tumbuh besar di keluarga petani di pedesaan bersalju. Hal tersebut menuntutnya untuk bisa berburu, menembak, dan menggunakan ski es sejak masih muda. Kemampuan itulah yang menjadi dasar atas kemampuannya bertahan hidup dan berperang pada Winter War. 

Selain itu, Hayha juga tercatat pernah menjalani pelatihan wajib militer sebelum Winter War. Ia tergabung dalam organisasi paramiliter Finlandia yang bernama Suojeluskunta atau Satuan Penjaga Sipil. Pengalaman tersebut menambah daya juang dan wawasannya dalam bertahan dan menggunakan senjata

2. Peran besar Simo Hayha pada Winter War

Simo Hayha, Sniper Finlandia
ilustrasi hutan bersalju (pixabay.com/tortic84)

Ketika Uni Soviet menyerbu Finlandia pada akhir 1939, Simo Hayha bertugas sebagai penembak jitu di Divisi Infanteri 6. Ia ditempatkan di medan pertempuran yang ekstrem, dengan kondisi bersalju dan suhu yang mencapai -20 derajat Celcius. Meski begitu, itu bukan masalah besar baginya.

Saat perang berlangsung, Hayha biasa menyamar dengan pakaian putih dan beroperasi secara mandiri di tengah hutan Karelia. Ia harus berhadapan dengan ribuan pasukan musuh, termasuk para penembak jitunya. Namun, karena kemampuannya, ia sangat sulit dideteksi dan sangat menyulitkan musuh. 

Selama Winter War, Hayha dilaporkan menewaskan lebih dari 500 tentara Uni Soviet. Karena keefektifan dan kesenyapannya di medan perang, musuh pun menjulukinya sebagai Belaya Smert atau White Death. Ia benar-benar menjadi mimpi buruk bagi para Tentara Uni Soviet kala itu.

3. Teknik dan strategi jitu Simo Hayha

Simo Hayha, Sniper Finlandia
ilustrasi seorang sniper (pexels.com/Alexandr Meadow)

Simo Hayha ternyata tak dilengkapi senjata canggih dalam aksinya. Ia hanya menggunakan senapan Mosin Nagant M28-30, senapan standar yang tidak dilengkapi teleskop. Ia lebih memilih menggunakan bidikan besi ketimbang teleskop dengan alasan untuk menghindari pantulan cahaya dari lensa dan menjaga posisi tetap tersembunyi dari musuh.

Sedangkan, untuk mengurangi suara dan menghindari deteksi musuh, Hayha menempatkan salju di sekitar senjatanya. Ia juga meletakkan salju di mulutnya agar embusan napasnya tidak terlihat di udara dingin. Semua strategi ini mencerminkan kemampuan analitis yang sangat baik.

4. Cedera parah Simo Hayha dan kehidupan setelah Winter War

Simo Hayha, Sniper Finlandia
ilustrasi ledakan (pixabay.com/ds-grafikdesign)

Pada 6 Maret 1940, Simo Hayha terluka parah setelah terkena tembakan peluru eksplosif di bagian wajah. Tembakan itu menyebabkan luka serius di rahang dan pipinya. Ia tidak sadarkan diri selama beberapa hari dan diperkirakan tidak akan selamat. Namun, Hayha berhasil bertahan dan mulai pulih perlahan.

Setelah insiden tersebut, ia tak lagi turun di Winter War hingga perang itu berakhir dengan kemenangan Uni Soviet pada 13 Maret 1940. Selepas perang berakhir, ia menjalani rehabilitasi panjang dan kemudian kembali ke kehidupan sipil. Akibat tembakan tersebut, ia pun menderita cedera permanen di bagian wajah.

Hayha melanjutkan hidup sebagai pemburu dan peternak di Finlandia setelah perang. Ia jarang memberikan wawancara dan tidak mengejar ketenaran atas prestasinya. Namun, reputasinya tetap hidup dalam catatan militer dan sejarah. 

Simo Hayha meninggal dunia pada 1 April 2002 di usia 96 tahun. Hingga kini, ia dianggap sebagai salah satu sniper/penembak jitu paling efektif dalam sejarah. Kisahnya menjadi bagian penting dari sejarah nasional Finlandia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us