Apa Saja Teknologi Digital yang Digunakan dalam Penelitian Satwa?

Era digital saat ini, penggunaan teknologi digital tidak hanya sekadar alat bantu pekerjaan manusia, melainkan menjadi elemen penting dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satunya dalam penelitian satwa dan juga kelestariannya. Dahulu peneliti bisa menghabiskan waktu lama di lapangan untuk meneliti perilaku hewan secara manual, tapi sekarang teknologi hadir untuk mempermudah pekerjaan peneliti. Dengan memanfaatkan perangkat canggih, data yang dihasilkan bisa jauh lebih akurat dan juga efisien dari segi waktu.
Teknologi digital dalam penelitian satwa tidak hanya membantu peneliti memahami kehidupan satwa liar, tetapi juga berkontribusi untuk konservasi satwa terancam punah. Contohnya, penggunaan teknologi GPS (Global Positioning Sytem), memudahkan peneliti dalam melacak pergerakan hewan langka tanpa mengganggu habitatnya. Selain itu, ada juga teknologi analisis data berbasis AI (Artificial Intelligence) yang membantu mengolah ribuan rekaman suara atau gambar menjadi informasi yang mudah dipahami. Inovasi ini membuka peluang baru untuk memahami ekosistem satwa liar dengan cara yang efektif. Penasaran apa saja teknologi digital yang digunakan? Yuk, kita bahas lebih lanjut!
1.Kamera Trap

Dilansir dari Forestation FKT UGM, kamera trap atau kamera jebak memudahkan peneliti dalam mengetahui perilaku-perilaku yang biasa dilakukan oleh satwa liar di habitatnya. Jenis kamera satu ini dilengkapi dengan sensor gerak dan sensor panas yang berfungsi untuk merekam keberadaan satwa liar yang ada di kawasan tertentu. Tanpa adanya alat ini, kemungkinan peneliti sangat sulit untuk mengidentifikasi secara manual hingga menghabiskan waktu yang cukup lama.
Apalagi harus berada di hutan yang lebat dalam melakukan pengamatan langsung, pastinya penuh resiko dan tantangan. Kehadiran kamera trap memiliki manfaat dalam dunia konservasi satwa. Dilansir dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, ada beberapa keuntungan dari penggunaan kamera trap. Dapat melakukan pengamatan secara terus menerus. Hasil dokumentasi gambar menjadi alat bukti dan juga sebagai data kuat keberadaan satwa liar. Ukuran alat yang kecil juga tidak akan mengganggu satwa dan aktivitasnya.
2.Drone

Keberadaan teknologi drone juga sangat bermanfaat dalam penelitian satwa. Perkembangan drone dari waktu ke waktu juga memiliki perkembangan pesat baik dari segi jenis dan ukuran. Dalam penelitian satwa, drone digunakan untuk pemantauan melalui udara dan menjangkau cakupan area yang cukup luas. Selain itu, menggunakan perantara drone juga meminimalisir ancaman risiko konflik satwa dengan manusia.
Dilansir Wildlife Drones, pelacakan satwa menggunakan drone menjadi bagian penting dalam pemantauan satwa liar. Data yang diperoleh memberikan informasi bagaimana hewan menggunakan habitatnya dan pola perilaku. Dengan teknologi ini, tidak perlu berjalan jauh melintasi medan sulit untuk melacak hewan satu per satu. Satu kali penerbangan drone, bisa melacak hingga 40 hewan.
3.GPS Collar

Dilansir Mara Predator Conservation Programme, GPS collar merupakan kalung yang diikatkan pada satwa liar yang digunakan dalam mengumpulkan data lokasi hewan pada interval waktu tertentu. Data yang dihasilkan diterima oleh peneliti melalui komunikasi satelit. Kemudahan dari GPS collar, dapat memantau hewan yang dipasangi kalung secara intensif dan berkelanjutan.
Hasil yang diperoleh dari teknologi ini, peneliti bisa mempelajari lebih banyak tentang bagaimana hewan menggunakan ruang habitatnya, pola aktivitas, serta ancaman yang mereka hadapi, sehingga dapat menyusun solusi dan rekomendasi untuk melindungi satwa. Selain itu, alat ini juga memberikan sinyal kematian jika hewan tidak bergerak. Dengan sinyal ini, tim dapat segera melakukan penyelidikan penyebab kematian, baik alami maupun disebabkan oleh manusia.
4.Teknologi Tagging

Dilansir dari Mongabay, teknologi tagging membantu penelitian dan konservasi satwa liar dengan cara yang lebih aman dan efektif. Alat ini memiliki bentuk seperti kalung elastis yang dipasang ke satwa. Alat ini sangat efektif digunakan satwa liar yang hidup di air seperti paus dan ikan hiu.
Teknologi tagging juga hampir mirip dengan GPS collar, dari segi manfaatnya. Teknologi ini biasanya digunakan untuk hewan yang memiliki ukuran kecil. Dilansir dari National Aquarium, penggunaan teknologi tagging sudah pernah dilakukan di Amerika Utara sejak 200 tahun lalu oleh John James Audubon. Saat itu, ia mengikat benang ringan di kaki burung penyanyi yang bersarang dekat rumahnya. Hal ini ia lakukan sebagai tanda pengenal sebelum burung tersebut bermigrasi saat musim dingin. Temuan ini juga menjadi jawaban Audubon, apakah burung yang sama bisa kembali setiap tahun?
Dengan berkembangnya teknologi digital, penelitian satwa kini semakin efektif dan inovatif. Teknologi seperti GPS collar, drone, kamera trap, hingga teknologi tagging membantu ilmuwan memahami pola hidup satwa tanpa mengganggu habitat aslinya. Semua kemajuan ini membuktikan bahwa teknologi bukan hanya untuk manusia, tetapi juga bisa menjadi alat penting untuk melindungi makhluk hidup yaitu hewan di bumi ini.