Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dampak Kesehatan yang Timbul jika Mengonsumsi Daging Biawak

biawak air yang sedang beristirahat (commons.wikimedia.org/Foundling)
biawak air yang sedang beristirahat (commons.wikimedia.org/Foundling)

Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di Asia Selatan dan Asia Tenggara, hidup berdampingan dengan sosok reptil sebesar biawak air (Varanus salvator) sudah menjadi hal yang biasa. Kadang, kita yang masuk ke habitat mereka. Namun, pada waktu lain, reptil inilah yang justru datang ke pemukiman manusia. Interaksi antara manusia dengan biawak air ini sering tidak berakhir baik bagi si reptil karena banyak orang yang sengaja menargetkan mereka sebagai hewan buruan.

Nah, maksud dari perburuan biawak air ini beragam. Ada yang ingin menjual mereka dalam kondisi hidup, dijadikan peliharaan, hingga yang paling ekstrem mengonsumsi reptil tersebut. Ya, pada beberapa bagian masyarakat Asia Selatan dan Asia Tenggara, praktik mengonsumsi daging biawak air masih sering ditemukan. Meski tidak dijadikan sumber protein utama, masih banyak orang yang tertantang untuk mencoba daging eksotis ini. Ditambah lagi, beberapa kebudayaan juga percaya kalau daging biawak bisa memberi dampak kesehatan pada tubuh jika dikonsumsi.

Sebenarnya, daging biawak air bisa saja kita konsumsi dengan catatan sumber daging diperoleh dari hewan yang sehat dan proses memasak daging tersebut dilakukan dengan tepat. Tanpa syarat penting itu, ada berbagai masalah kesehatan yang mungkin kita hadapi jika mengonsumsi daging biawak air. Agar kita semakin berhati-hati, yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini!

1. Ada sejumlah bakteri berbahaya yang bisa berpindah ke tubuh manusia

Tempat hidup dan makanan biawak air memengaruhi potensi bahaya yang mereka bawa pada manusia. (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)
Tempat hidup dan makanan biawak air memengaruhi potensi bahaya yang mereka bawa pada manusia. (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)

Biawak air yang ada di alam liar dapat mengonsumsi hewan apa pun selama bisa diburu dan masuk ke dalam mulut mereka. Hal tersebut membuat tubuh biawak air menjadi media yang sempurna bagi banyak jenis bakteri yang semula mungkin ada pada tubuh hewan yang dimangsa biawak air. Alhasil, ketika manusia mengonsumsi biawak air, potensi transmisi bakteri yang sama ke dalam tubuh kita jelas sangat memungkinkan.

Healthline melansir kalau beberapa bakteri penyebab penyakit yang umum ditemukan ada pada tubuh reptil, termasuk biawak air, antara lain Salmonella, Escherichia coli atau E. coli, Staphylococcus aureus, dan Campylobacter. Ada berbagai masalah kesehatan yang akan kita rasakan ketika bakteri-bakteri tersebut berhasil ditransmisikan ke tubuh manusia, misalnya rasa pusing, muntah-muntah, hingga diare yang merupakan indikator dari keracunan makanan.

Pindahnya bakteri-bakteri tersebut ke tubuh manusia bukan hanya disebabkan oleh tubuh biawak air yang sudah terkontaminasi, melainkan dari cara kita memasaknya. Sebenarnya, bakteri tersebut sebenarnya bisa hilang jika daging biawak air matang dengan sempurna. Adapun, mereka perlu dimasak pada suhu internal sekitar 74 derajat celsius.

2. Terjangkit parasit berbahaya

biawak air yang dipelihara di kebun binatang (commons.wikimedia.org/Vassil)
biawak air yang dipelihara di kebun binatang (commons.wikimedia.org/Vassil)

Di dalam tubuh biawak air, ada potensi keberadaan beberapa jenis endoparasit yang dapat berpindah ke tubuh manusia jika tidak sengaja mengonsumsi biawak air yang terkontaminasi. Salah satu jenis parasit yang paling umum ditemukan pada daging reptil ini ialah Spirometra spp. atau larva cacing pita. Dilansir Universitas Airlangga, parasit jenis ini dapat menyebabkan penyakit sparganosis.

Parasit Spirometra tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui daging atau organ tubuh biawak air yang dikonsumsi. Potensi terjangkit parasit ini makin tinggi jika bagian tersebut dikonsumsi mentah-mentah ataupun tidak matang secara sempurna. Bagi cacing jenis Spirometra, manusia bisa menjadi inang kedua dan mereka dapat tumbuh hingga berkembang biak dengan baik di dalam tubuh kita kalau berhasil masuk.

Potensi transmisi parasit ini lebih besar jika kita memakan daging biawak air yang berasal dari alam liar. Parasit Spirometra akan menyasar jaringan subkutan, mata, sumsum tulang belakang, hingga otak manusia yang dapat menimbulkan masalah kesehatan serius. Pada kasus yang kronis, keberadaan parasit ini di dalam tubuh manusia berpotensi menyebabkan kelumpuhan sampai kematian jika tidak ditangani dengan maksimal.

Selain parasit Spirometra, masih ada beberapa jenis parasit lain yang bisa berpindah ke tubuh manusia melalui daging biawak air. Sebagai contoh, ada Trichinella, Gnathostoma, dan pentastomida. Dalam penjelasan jurnal berjudul "Biological risk associated with consumption of reptile products" terbitan International Journal of Food Microbiology karya Simone Magnino dkk., seluruh jenis parasit itu dapat menetap di dalam daging biawak air untuk waktu yang sangat panjang, baik itu pada daging yang masih segar ataupun yang sudah dibekukan sebelumnya.

3. Infeksi jamur

Sebenarnya, sah-sah saja untuk mengonsumsi daging biawak air, tetapi perhatian asal-usul daging tersebut dan masak hingga benar-benar matang. (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)
Sebenarnya, sah-sah saja untuk mengonsumsi daging biawak air, tetapi perhatian asal-usul daging tersebut dan masak hingga benar-benar matang. (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)

Berbeda dengan dua potensi bahaya sebelumnya, potensi infeksi jamur dari daging biawak air dapat dikatakan cukup minim terjadi, kecuali pada kondisi khusus. Dalam jurnal karya Simone Magnido dkk., disebutkan kalau infeksi jamur dari reptil, termasuk biawak air, berjenis mycoses sangat jarang, baik soal keberadaan ataupun transmisi melalui konsumsi. Jamur ini berasal dari tanah dan umumnya menempel pada kulit hewan yang terjangkit. Selain mycoses, jenis jamur lain yang berada pada tubuh reptil adalah microsporidia.

Meski bisa berpindah ke tubuh manusia, infeksi jamur ini tidak seberbahaya bakteri dan parasit yang disebabkan dari konsumsi daging biawak air. Sejauh ini, tidak ada keluhan kesehatan yang disebabkan oleh jamur-jamur di atas. Dengan demikian, masalah bakteri dan parasit yang mungkin terkandung di dalam daging biawak air sudah semestinya menjadi kekhawatiran utama yang mesti kita sorot.

Ada sejumlah hal penting supaya masalah kesehatan tersebut tidak terjadi pada kita jika tertarik mengonsumsi. Pastikan sumber daging biawak tersebut. Hewan yang dikembangkan di peternakan cenderung lebih terkontrol jenis makanan mereka sehingga bakteri atau parasit yang mungkin menjangkiti bisa dihilangkan sebelum diolah. Berbicara soal pengolahan, proses pemotongan hingga memasak daging biawak juga harus diperhatikan dengan baik. Pastikan buang bagian yang tidak layak konsumsi dan masak hingga daging benar-benar matang, yakni pada suhu internal sekitar 74 derajat celsius.

Di luar dari larangan agama atau kepercayaan setempat, sebenarnya daging biawak air memang dikonsumsi oleh banyak masyarakat Asia Selatan dan Asia Tenggara. Jika dikonsumsi pada jumlah yang sesuai dan dengan proses penyajian yang diperhatikan secara ketat, reptil ini sebenarnya dapat menjadi sumber daging yang cukup baik. Dilansir Healthline, daging reptil, termasuk biawak air, termasuk tinggi protein, rendah lemak, dan kaya akan zinc serta zat besi. Kalau tertarik mengonsumsi daging reptil yang satu ini, selalu ingat untuk berhati-hati dalam proses memasak, ya!

Referensi:

"Monitor Lizard Meat Consumption Increasingly Rampant, FKKIA UNAIR Veterinarians Give Response". Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam Universitas Airlangga. Diakses Februari 2025.
"Can You Eat Lizards?" Healthline. Diakses Februari 2025.
"Biological risks associated with consumption of reptile products". International Journal of Food Microbiology. Diakses Februari 2025."Sparganosis (Spirometra spp.) in Asian Water Monitor (Varanus salvator): A medical implications for veterinarians, breeders, and consumers". National Library of Medicine. Diakses Februari 2025.
"Public health risks involved in the human consumption of reptile meat". European Food Safety Authority Journal. Diakses Februari 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anjar Triananda Ramadhani
EditorAnjar Triananda Ramadhani
Follow Us