Fakta Menarik Olo, Jenis Warna Baru yang Ditemukan Ilmuwan!

Bagi manusia, warna jelas punya peran penting supaya kita dapat mengingat objek, menjelaskan emosi, sampai dapat memengaruhi psikologis untuk memilih sesuatu. Indra penglihatanlah yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi warna.
Mata manusia termasuk yang sangat baik kalau dibandingkan dengan kebanyakan makhluk hidup lain. Kalau ditotal dalam kondisi normal, kita dapat melihat sampai 10 juta warna. Akan tetapi, sebenarnya masih ada banyak warna lain yang jauh dari jangkauan kita. Hal ini terkait dengan keterbatasan mata dalam mendeteksi intensitas spektrum elektromagnetik cahaya. Akibatnya, ada banyak warna lain yang tidak dapat atau sulit kita identifikasi.
Nah, baru-baru ini, ilmuwan menyatakan telah menemukan warna baru yang disebut "olo". Warna ini terbilang spesial karena sebenarnya tidak dapat dideteksi dengan mata telanjang. Lantas, bagaimana cara ilmuwan mengetahui keberadaan warna olo? Kemudian, ada fakta menarik apa saja di balik penemuan warna baru ini? Yuk, simak jawaban lengkapnya di bawah ini!
1. Olo dapat diidentifikasi berkat bantuan laser

Penemuan warna olo pertama kali dipublikasikan dalam jurnal berjudul, "Novel color via stimulation of individual photoreceptors at population scale" oleh James Fong, dkk., yang diterbitkan di Science Advances pada 18 April 2025. Dalam jurnal itu, disebutkan bahwa tim ilmuwan ini menerapkan prinsip Oz untuk menampilkan warna dan mengendalikan aktivitas fotoreseptor mata manusia secara langsung lewat pengiriman cahaya dari sel ke sel.
Dalam hipotesis awal, penerapan prinsip Oz ini secara teoritis sangat memungkinkan untuk menemukan warna baru. Sebab, kita dapat melewati batasan sensitivitas spekral kerucut dan mengaktifkan sel kerucut M secara eksklusif. Prinsip Oz sendiri terinspirasi dari cerita dalam buku "Wizard of Oz" yang merujuk pada kacamata berwarna hijau yang digunakan oleh orang-orang di Emerald City.
Bagaimana cara prinsip Oz ini dilakukan? Dilansir Smithsonian Magazine, prinsip Oz dapat dilaksanakan berkat laser khusus yang menstimulasi satu target sel kerucut, yakni sel kerucut M. Sebenarnya, manusia memiliki tiga sel kerucut berbeda, yaitu sel kerucut L (long), M (medium), dan S (short). Perbedaan ketiganya terletak pada kemampuan mereka dalam mendeteksi spektrum cahaya. L lebih dominan mendeteksi warna merah, M untuk hijau, dan S untuk biru.
Dilansir Live Science, sel kerucut M dipilih karena dapat merespons spektrum warna yang tumpang tindih pada gelombang yang bereaksi pada kerucut L dan S. Masalahnya, pada kondisi alami, aktivasi sensitivitas kerucut M itu tidak dapat terjadi tanpa mengaktifkan kerucut L dan S. Maka dari itu, diberikan tembakan laser khusus agar cahaya yang masuk secara eksklusif hanya akan mengaktifkan dan menstimulasi kerucut M.
2. Seperti apa warna olo?

Pada penelitian tim James Fong, ada 5 orang yang berpartisipasi dalam pengujian. Supaya hasil pengujian akurat, semua partisipan menjalani ujian pencocokan warna dengan harapan persepsi kelimanya dapat sama ketika mencoba mengidentifikasi warna baru. Hasilnya, saat mata partisipan ditembakkan laser dengan cahaya putih, mereka melihat warna baru yang kemudian disebut olo.
Dilansir Popular Mechanics, olo mirip seperti teal, sebuah warna yang merupakan perpaduan antara biru dengan hijau. Bedanya, olo terlihat lebih tersaturasi ketimbang teal. Kalau ingin melihat kode warna apa yang terlihat mendekati olo, kamu bisa melihat warna dengan kode #00FFCC. Hanya saja, menurut tim ilmuwan, kode warna itu tetap tidak merepresentasikan olo secara keseluruhan. Kembali lagi, ini karena warna olo yang asli tidak dapat dilihat tanpa bantuan laser khusus.
3. Apa manfaat dari penelitian ini?

Penelitian yang dilakukan tim James Fong ini jelas membuka banyak fakta baru soal bagaimana mata manusia bekerja. Dilansir Science Alert, penelitian ini membuka potensi bagi manusia untuk "membajak" retina mata sehingga dapat memperluas gamut warna yang bisa diterima mata manusia. Artinya, kalau penelitian soal penerapan prinsip Oz ini dikembangkan lebih lanjut, bukan tidak mungkin di masa depan manusia mampu mengidentifikasi lebih banyak warna baru.
Ditambah lagi, penelitian tim James Fong ini ternyata bermanfaat bagi penelitian lain yang membahas soal masalah pada mata manusia. USA Today melansir bahwa teknologi dengan prinsip Oz ini menjadi jalan baru bagi ilmuwan untuk membantu mengatasi masalah buta warna. Ilmuwan jadi paham bahwa kemampuan mata dan otak manusia dalam mengidentifikasi mata ternyata dapat "dibajak" atau dimodifikasi dengan cara tertentu. Maka dari itu, keterbatasan optik atau pengelihatan warna pada mata manusia dapat diatasi atau bahkan ditingkatkan di masa depan.
Semoga saja di masa depan nanti hasil penelitian ini dapat diimplementasikan pada teknologi yang dapat merangsang indera pengelihatan kita di masa depan. Sebab, penemuan olo baru permulaan untuk menemukan banyak warna baru yang sebelumnya mustahil dideteksi mata.