3 Pembalap Formula 1 yang Gagal Juara Dunia karena Kecelakaan Parah

Kecelakaan merupakan hal yang tak ingin dialami semua pembalap Formula 1. Tak hanya kehilangan poin, kecelakaan yang cukup parah bisa membuat cedera bahkan kematian. Namun, sebagai olahraga dengan risiko tinggi, kecelakaan bisa mengintai seorang pembalap kapan pun.
Jika melihat sejarah, maka terdapat beberapa pembalap Formula 1 yang gagal juara dunia karena kecelakaan parah. Padahal, mereka tengah berada di jalur yang tepat untuk mengisi posisi puncak.
1. Wolfgang von Trips kehilangan nyawa usai mengalami kecelakaan parah di GP Italia 1961

Wolfgang von Trips memulai kariernya di Formula 1 pada 1956 dengan membela Ferrari. Namun, baru pada 1961, Von Trips menjadi pesaing gelar juara dunia. Ketika itu, ia berduel dengan sesama pembalap Ferrari, Phil Hill.
Von Trips membuka Formula 1 1961 dengan finis keempat di GP Monako. Pembalap asal Jerman tersebut kemudian menorehkan kemenangan perdana di Formula 1 dengan menjuarai GP Belanda. Von Trips meneruskan catatan apik tersebut dengan selalu meraih podium dalam 3 dari 4 balapan berikutnya. Ia berhasil menjuarai GP Inggris dan finis kedua di GP Belgia dan GP Jerman. Ia hanya sekali gagal menyelesaikan balapan di GP Italia.
Setelah GP Jerman, Wolfgang von Trips berada di puncak klasemen dengan koleksi 33 poin. Ia unggul 4 poin dari pesaing terdekatnya, Phil Hill, dan 12 poin dari Stirling Moss yang membela Lotus. Dengan menyisakan dua balapan, peluang Von Trips untuk menjadi juara terbuka sangat lebar.
Sayang, ambisi Von Trips untuk meraih gelar juara dunia sirna begitu saja di GP Italia. Pada lap pertama, ia bersenggolan dengan pembalap Lotus, Jim Clark, yang membuat mobilnya menabrak pagar pembatas. Akibat kejadian tersebut, nyawa Von Trips tak terselamatkan. Kecelakaan juga menewaskan beberapa penonton yang berada di pinggir lintasan.
Kematian Wolfgang von Trips membuat Phil Hill yang menjadi juara GP Italia mengudetanya dari posisi puncak. Meski Hill Tak mengikuti seri terakhir di GP Amerika Serikat, ia menjadi juara dunia berkat keunggulan satu poin dari Von Trips. Hill sendiri merupakan juara dunia Formula 1 pertama dari Amerika Serikat.
2. Tragedi Nuerburgring 1976 membuat Niki Lauda gagal menjadi juara dunia

Niki Lauda merupakan legenda Formula 1 dengan koleksi tiga gelar juara dunia. Namun, Lauda sebenarnya memiliki peluang untuk menambah trofi tersebut pada 1976. Sayang, ketika itu, ia mengalami salah satu kecelakaan paling terkenal dalam sejarah Formula 1 di GP Jerman.
Lauda yang berstatus juara bertahan mengawali Formula 1 1976 dengan sangat baik. Pembalap asal Austria tersebut mampu memenangi 5 dari 8 balapan pertama. Pilot Ferrari tersebut bahkan hanya sekali gagal merebut podium, tepatnya di GP Prancis ketika gagal menyelesaikan balapan. Berkat hasil apik tersebut, Lauda unggul 20 poin dari James Hunt yang menghuni peringkat kedua.
GP Jerman yang menjadi seri kesepuluh menjadi mimpi buruk bagi Lauda. Sirkuit Nuerburgring Nordschleife dikenal sebagai salah satu sirkuit paling berbahaya dalam sejarah Formula 1. Sirkuit tersebut terbilang cukup panjang mencapai 22,835 kilometer dengan faktor keselamatan yang cukup minim. Selain itu, sirkuit tersebut juga dikelilingi hutan yang cukup lebat sehingga sering dijuluki The Green Hell.
Pada balapan tersebut, cuaca dalam kondisi yang tak menentu. Ketika start, semua pembalap menggunakan ban basah, kecuali Jochen Mass yang merupakan pembalap tuan rumah. Kondisi sirkuit kemudian mengering yang mengakibatkan banyak pembalap beralih ke ban kering, termasuk Niki Lauda. Hal tersebut membuat Lauda kehilangan banyak waktu.
Lauda yang ingin mengejar ketertinggal justru kehilangan kendali mobilnya ketika memasuki tikungan Bergwerk. Mobilnya menghantam pembatas lintasan hingga terbakar. Beruntung, ada empat pembalap di belakangnya yang terdiri dari Guy Edwards, Brett Lunger, Harald Eltl, dan Arturo Mezario sigap mengeluarkan Lauda sebelum api membakar seluruh mobilnya.
Setelah kecelakaan fatal tersebut, Lauda secara mengejutkan hanya absen dalam dua balapan dan kembali di GP Italia. Namun, absennya Lauda membuat Hunt mampu memangkas jarak poin. Hunt pada akhirnya keluar sebagai juara dengan keunggulan satu poin dari Lauda.
3. Didier Pironi mengalami kecelakaan yang membuatnya pensiun dari Formula 1

Musim 1982 merupakan salah satu musim terbaik sekaligus paling tragis bagi Ferrari. Mobil Ferrari 126C2 menjadi yang tercepat di lintasan. Mereka juga memiliki dua pembalap hebat, Gilles Villeneuve dan Didier Pironi.
Memasuki seri keempat, Ferrari harus kehilangan Gilles Villeneuve yang meninggal dunia secara tragis di GP Belgia. Pembalap asal Kanada tersebut meregang nyawa pada sesi kualifikasi usai menghantam bagian belakang mobil March yang dikendarai Jochen Mass. Benturan keras tersebut membuat mobil Villeneuve melayang ke udara sebelum menghatam tanah dengan keras yang menyebabkan nyawanya tak terselamatkan.
Setelah kematian Villeneuve, Ferrari mengandalkan Pironi untuk bersaing menjadi juara dunia. Pembalap asal Prancis tersebut terbukti tampil apik dengan mengoleksi 2 kemenangan dan menyelesaikan 4 balapan lainnya di atas podium. Pironi mampu unggul jauh dari para pesaingnya.
Memasuki GP Jerman, Ferrari kembali dihadapkan dengan kecelakaan parah yang kali itu menimpa Didier Pironi. Pada sesi kualifikasi, Pironi yang sudah mencatatkan waktu tercepat secara tak terduga kembali ke lintasan. Padahal, kondisi Sirkuit Hockenheimring ketika itu dilanda hujan yang cukup deras.
Kembalinya Pironi ke lintasan harus dibayar dengan mahal. Ia mengalami kecelakaan serupa dengan Villeneuve. Kali itu, bagian belakang mobil Renault milik Alain Prost yang dihantam. Beruntung, kecelakaan tersebut tak sampai membuat nyawanya melayang. Namun, cedera parah di kakinya menjadi akhir kisah Pironi di Formula 1.
Didier Pironi harus merelakan gelar juara dunia yang sudah di depan mata. Sebelum GP Jerman, ia sendiri unggul sembilan poin dari posisi kedua, John Watson. Ia bahkan unggul 16 angka dari Keke Rosberg yang akhirnya menjadi juara dunia. Dengan menyisakan enam balapan tersisa, termasuk GP Jerman, Pironi sebenarnya punya peluang besar menjadi juara dunia.
Ketiga pembalap di atas berhasil tampil dominan sepanjang musim untuk menjadi pesaing gelar juara dunia Formula 1. Sayang, kecelakaan parah membuat ambisi mereka sirna begitu saja.