Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Benua Afrika yang Pernah Lahirkan Pembalap Juara di MotoGP

ilustrasi balap MotoGP era 1960-an (commons.wikimedia.org/Joop van Bilsen)
Intinya sih...
  • Afrika pernah punya pembalap legenda dan juara dunia MotoGP.
  • Jim Redman dan Kork Ballington merupakan dua nama legenda asal Afrika yang meraih kesuksesan besar di ajang MotoGP.
  • Afrika Selatan pernah menjadi tuan rumah Grand Prix dengan sirkuit Kyalami dan Phakisa Freeway.

Benua Afrika pernah masuk daftar penting kejuaraan dunia MotoGP. Ada masanya pembalap asal beberapa negara Afrika jadi kampiun dan juara. Beberapa sirkuitnya pun pernah menghelat ajang Grand Prix.

Sayangnya, keikutsertaan Afrika di MotoGP adalah sebuah ironi. Membawa status asal negara dari Benua Hitam, tetapi semua pembalap yang mentas berkulit putih. Dua negara penghasil juara pun adalah koloni Inggris, yaitu Rhodesia (kini Zimbabwe) dan Afrika Selatan.

Namun, sejarah telah terjadi seperti adanya. Pembalap kulit putih dari Afrika sempat tampil mumpuni pada banyak arena. Gelar dan prestasi yang mereka raih jadi pencapaian abadi dalam torehan sejarah MotoGP.

Beberapa pembalap jadi legenda. Ada juga sirkuit yang menjadi tempat terciptanya momen fantastis. Kisah MotoGP di Afrika tetap layak dirayakan. Seperti apa kisahnya? Simak ulasannya berikut ini!

1. Ada dua pembalap legenda MotoGP berbendera negara asal Benua Afrika

Dua nama asal Afrika bersanding dalam daftar legenda MotoGP. Mereka adalah Jim Redman asal Rhodesia dan Kork Ballington asal Afrika Selatan. Redman aktif pada era 1959—1966, sedangkan Ballington aktif pada periode 1976—1982.

Jim Redman punya kisah unik. Ia merupakan kelahiran London, Inggris, dan baru bermigrasi ke Rhodesia setelah berumur 20-an tahun. Meski dari Eropa, bakat balapnya ia temukan dan berkembang di Afrika.

Negara yang kini sudah punah dan berganti nama itu tak pernah meyangka bakal diwakili pembalap sehebat Redman. Di ajang Grand Prix, ia berlaga di empat kelas, yaitu 125cc, 250cc, 350cc, dan 500cc. Selama kariernya, Redman merebut 98 podium, termasuk 45 kemenangan. Redman juga merebut total 6 gelar juara dunia. Ia meraih 2 titel di kelas 250cc dan 4 titel di kelas 350cc.

Prestasi Redman tak hanya dalam angka. Ia pantas jadi legenda MotoGP karena tampil mengesankan pada banyak musim. Redman bisa mengalahkan Mike Hailwood yang merupakan pembalap kenamaan pada masanya. Redman juga menyapu bersih semua kemenangan kelas 350cc pada musim 1964. Hebatnya lagi, masih pada 1964, Redman menjadi pembalap pertama yang menang 3 balapan dalam 1 hari saat beraksi di Sirkuit Assen.

Dengan segala prestasinya, Redman menjadi inspirasi pembalap asal Afrika lainnya. Kork Ballington yang berbendera Afrika Selatan berkompetisi di ajang Grand Prix di kelas 250cc, 350cc, dan 500cc. Bakatnya di atas motor tak bisa diragukan.

Dalam 7 tahun kariernya, Ballington merebut 4 titel juara dunia secara ganda dan berurutan. Pada musim 1978, ia jadi juara di kelas 250cc sekaligus 350cc. Prestasi yang sama ia raih pada 1979. Pencapaian seperti ini sulit diraih dan jarang pembalap yang bisa malakukannya. Tak heran ia juga dinobatkan sebagai legenda MotoGP.

Selain Jim Redman, Rhodesia juga punya pembalap kenamaan lainnya. Garry Hocking pernah jadi juara dunia kelas 500cc musim 1961. Sementara itu, Ray Amm jadi runner-up kejuaraan musim 1954.

Berbeda dengan Rhodesia, partisipasi Afrika Selatan di MotoGP masih berlanjut. Setelah Kork Ballington, ada Jon Ekerold yang jadi juara dunia kelas 350cc musim 1980. Pada era paling mutakhir, Brad Binder merebut titel juara Moto3 2016 dan kini berlaga di ajang MotoGP bareng KTM.

2. Afrika pernah menjadi tuan rumah, tapi sempat vakum karena politik dan ekonomi

Tak hanya pembalapnya, lintasan asal Benua Afrika pun pernah punya daya tarik di ajang Grand Prix. Setidaknya sepuluh seri balapan pernah digelar di Afrika Selatan pada periode 1983 hingga 2004. Dua sirkuit yang menjadi tuan rumahnya adalah Kyalami dan Phakisa Freeway.

Sirkuit Kyalami terletak di antara Johannesburg dan Pretoria. MotoGP pernah dihelat di sini pada musim 1983, 1984, dan 1985. Saat rezim apartheid berkuasa di Afrika Selatan, penyelenggara Grand Prix memutuskan tak lagi menggelar balapan di sana. Baru ketika rezim apartheid ini tumbang pada 1992 MotoGP kembali dihelat. Sayangnya, Sirkuit Kyalami mengalami masalah finansial sehingga tak bisa lagi jadi tuan rumah Grand Prix.

Enam tahun berselang, MotoGP kembai ke Afrika Selatan. Kali ini giliran Sirkuit Phakisa Freeway yang terletak di Kota Welkom jadi tuan rumah. Selama 1999 hingga 2004, sirkuit ini menggelar balapan seru. Salah satunya kisah kemenangan Valentino Rossi di atas Yamaha. Hanya saja, sirkuit ini pun tak lanjut menggelar Grand Prix karena alasan finansial.

3. Valentino Rossi menikmati momen kemenangan di seri Afrika Selatan

Salah satu momen paling fenomenal pada gelaran GP Afrika Selatan terjadi pada awal musim 2004. Kala itu, Valentino Rossi menciptakan sejarah yang sulit diduplikasi. Kemenangan Rossi selamanya menempatkan Welkom sebagai bahan pembicaraan di MotoGP.

Semua berawal ketika Rossi pindah dari Honda ke Yamaha. Setelah menang pada seri terakhir musim 2003 di atas Honda, Rossi langsung menang di atas Yamaha pada seri perdana musim 2004 yang digelar di Sirkuit Phakisa Freeway, Welkom. Rossi jadi pembalap MotoGP pertama yang bisa menang beruntun dengan dua merek motor berbeda.

Di Welkom, Rossi tampil kompetitif. Ia merebut pole position. Setelah bersaing ketat dengan pembalap Honda, Max Biaggi, Rossi akhirnya menang.

Sebagai perayaan, Rossi berhenti di pinggir lintasan, lalu berjongkok disamping motornya sambil menundukkan kepala. Ada yang bilang Rossi menangis. Padahal, ia tertawa saking sanangnya bisa menang di atas tunggangan anyarnya. Rossi kemudian mencium motornya dan momen itu jadi salah satu kemenangan terbaik bagi The Doctor. Kemenangan yang ia sebut sebagai masterpiece.

4. Pembalap muda asal Afrika ingin membuat sejarah

Kini Afrika tak lagi jadi tuan rumah MotoGP. Kendati begitu, masih ada pembalap asal Afrika Selatan yang mengaspal di ajang Grand Prix. Brad Binder (Red Bull KTM Factory Racing) membawa bendera negaranya terpampang di kelas premier.

Generasi muda pun masih antusias untuk bisa menembus level kejuaraan. Menariknya, pembalap berkulit hitam mulai mentas meski masih di level junior. Kendala fasilitas tak menghambat langkah mereka.

Pembalap yang ingin berkompetisi di ajang Grand Prix memang harus menimba ilmu di Eropa. Brad Binder, misalnya, sejak kecil mengasah kemampuan balapnya di Spanyol. Ia kemudian berlaga di Red Bull Rookies Cup yang membentuk keterampilan balapnya secara matang.

Saat ini beberapa pembalap muda Afrika Selatan turun balap di Red Bull Rookies Cup. Salah satunya adalah Kgopotso Mononyane, pembalap asal Pretoria kelahiran 2007. Di perlombaan level nasional, Oratilwe Phiri pun punya mimpi sama. Mereka ingin menjadi pembalap kulit hitam pertama di MotoGP. Bisakah mimpi itu terwujud?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ryan Budiman
EditorRyan Budiman
Follow Us