Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Luka Doncic dan Kristaps Porzingis, Taring Baru Dallas Mavericks!

Pemain Dallas Mavericks, Luca Doncic dan Kristaps Porzingis. tehsun.co.uk

Jakarta, IDN Times - Pemain Dallas Mavericks, Kristaps Porzingis, membungkam kritikan bahwa ia hanya bisa tampil bagus saat point guard NBA All-Star Luka Doncic tak bermain. Hal itu dibuktikan saat keduanya tampil memukau dalam kemenangan Dallas Mavericks atas Sacramento Kings 130-111 pada Kamis (13/2).

Ritme permainan Porzingis yang jadi andalan selama Doncic absen, tetap stabil sepanjang pertandingan. Walau pemain asal Slovenia itu kembali tampil usai absen mentas tujuh pertandingan karena cedera pergelangan kaki kanan, Porzingis tetap mampu menunjukkan kontribusinya. Bahkan, keduanya bisa berkolaborasi dengan baik.

Doncic sendiri tak menunjukkan tanda-tanda penurunan setelah Penampilannya. Rookie of The Year NBA 2019 mampu persembahkan 33 poin, 12 rebounds, dan 8 assists. Sedangkan Porzingis menyumbang 27 poin, 13 rebounds, 5 assist, dan mem-block tiga tembakan dalam laga sebelum jeda laga NBA All-Star dilangsungkan. Itu menunjukkan bahwa kolaborasi keduanya terus lebih baik seiring berjalannya waktu.

"Sangat menyenangkan bahwa kami berdua mengalami malam-malam ini," kata Doncic, yang memberikan lima umpan bagi Porzingis dari delapan assist-nya di pertandingan tersebut.

"Kita harus terus bekerja, dan kita akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi ke depan," ujar dia dikutip ESPN.

1. Chemistry Doncic-Porzingis sempat diragukan publik

Pemain Dallas Mavericks, Luca Doncic dan Kristaps Porzingis. theathletic.com

Hal itu sangat mengagetkan, sebab duet antara Doncic-Porzingis sempat kikuk pada awal musim ini, di mana Doncic dominan sebagai bintang dan Porzingis berjuang mengembalikan performanya.

Hal itu membuat perolehan poin yang dikumpulkan Dallas Mavericks saat keduanya tampil bersama, tak begitu memberikan kontribusi maksimal.

Mengutip data ESPN, Mavericks rata-rata hanya menorehkan 101,9 poin dari lantai dalam 100 possessions kala keduanya tampil bersamaan dalam 10 pertandingan pertama di NBA.

Masalah tersebut yang membuat awal perjalanan duet keduanya sedikit diragukan. Beberapa pihak mempertanyakan chemistry Doncic-Porzingis di lapangan. Bahkan, tak sedikit yang menganggap Doncic tak butuh Porzingis lantaran memiliki kecenderungan untuk melakukan semuanya sendirian.

Akibatnya, beberapa rekan setim Doncic di Dallas Mavericks, termasuk Porzingis, tak banyak terlihat. Tak jarang pula posisi Porzingis jadi dianggap lebih sering salah tempat dalam sistem permainan yang diusung Rick Carlisle dibandingkan sebagai rekan duet seimbang.

2. Luka Doncic sudah menunjukkan kegemilangan di NBA selama dua musim

Pemain Dallas Mavericks, Luca Doncic. bleacherreport.net

Doncic memang sangat menonjol. Sejak memulai debutnya di NBA tahun lalu, dia telah menjadi pemain yang luar biasa dalam permainan Dallas Mavericks.

Hasilnya, dia mendapatkan penghargaan sebagai Rookie of The Years NBA 2019 pada musim pertamanya, tepat setahun usai menjadi MPV di EuroLeague bersama Real Madrid.

Musim ini pun berjalan demikian, Doncic yang genap berusia 20 tahun, masih begitu dominan bersama Dallas Mavericks musim ini. Dia mampu bukukan rata-rata 28,9 poin, 9,5 rebounds, dan 8,7 assists per pertandingan pada musim keduanya di NBA. Itu merupakan catatan spektakuler yang diraih Doncic secara konsisten saat dalam kondisi prima sepanjang musim ini.

Tak pelak, para penggemar dan pakar terus memuji Doncic, mengklaim bahwa dia memiliki semua faktor untuk menjadi yang terbaik sepanjang masa, layaknya legenda hidup NBA LeBron James.

Sebaliknya, Porzingis berada dalam situasi yang lebih sulit dibandingkan Doncic. Pemain berusia 24 tahun tersebut, memulai musim ini dengan lambat dan terus berusaha bangkit setelah musim lalu sebagian dari waktunya banyak digunakan untuk memulihkan ACL yang robek di lutut kirinya.

Namun demikian, walau seakan kalah pamor, Porzingis sebetulnya bisa menunjukkan magi tersendiri. Dia terus memesona dengan jalan yang lain. Kecepatan dan tembakannya terbangun dalam postur tubuh tinggi menjulang, yang menggambarkan kehebatannya tanpa harus dibandingkan dengan siapa pun, termasuk koleganya, Doncic.

3. Performa Pozingis meningkat saat Doncic sedang cedera

Pemain Dallas Mavericks, Kristaps Porzingis. thesun.co.uk

Wajar jika duet Doncic-Porzingis dianggap masih mentah. Maklum, keduanya hanya bermain bersama selama 160 menit dalam rentang 30 pertandingan sebelum duet memukau kontra Sacramento Kings.

Masalah itu diakibatkan karena Doncic sempat dua kali terkilir pergelangan kaki kanannya musim ini. Terpaksa hal itu menyebabkan dia harus melewatkan total 11 pertandingan.

Di antara rentang waktu cedera tersebut, Porzingis juga melewatkan 10 pertandingan berturut-turut karena rasa sakit di lutut kanannya. Sehingga, momentum keduanya sampil bersama dalam kondisi fit sedikit jarang terjadi.

Tetapi, di balik permasalahan itu Pozingis sedikit mendapatkan untung. Performanya meningkat saat Doncic tengah dalam kondisi cedera. Pemain berpasor Latvia itu berhasil catatkan rata-rata 28,8 poin pada 48,8 persen tembakan per pertandingan selama absennya Doncic, dibandingkan dengan capaian 18,4 poin pada 41,6 persen tembakan secara keseluruhan musim ini.

"Mungkin dalam arti di mana saya bisa mendapatkan ritme sedikit lebih bagus. Mungkin dalam pengertian itu," ujar Porzingis.

"Tapi saya merasa sudah sangat baik tampil berdua, tepat sebelum dia (Doncic) terluka. Kali ini kami juga mendapatkan ritme yang cukup bagus, kami bermain satu sama lain. Ini hebat," sambung pemain yang sempat masuk NBA All-Star 2018 itu.

4. Porzingis merasa sudah cocok dengan permainan Doncic

Pemain Dallas Mavericks, Luca Doncic dan Kristaps Porzingis. nba.com

Dinamika di antara para pemain Dallas Mavericks memang telah berubah sejak awal musim ini. Hal itu disebabkan karena cedera tendon achilles yang diderita oleh pemain inti Dwight Powell pada akhir musim, pemain yang notabene dianggap jadi salah satu pemain pick-and-roll NBA yang paling efisien.

Hal itu yang membuat Porzingis berperan menggantikan posisi Powell musim ini.

Pemain dengan tinggi tujuh kaki tiga inci (221 sentimeter) itu sempat secara terbuka mengungkapkan bahwa dirinya perlu waktu untuk merasa nyaman dalam sistem baru, terutama ketika dia mendapatkan peran besar sebagai penembak tripoin. 

"Doncic telah melakukan pekerjaan yang bagus untuk berkomunikasi kepada saya (tentang) di mana saya ingin mendapatkan bola. Dia juga terbiasa bermain dengan saya dan dia benar-benar mulai menemukan saya di posisi di mana saya merasa nyaman," kata pemain yang sempat membela Sevilla B itu.

"Dan perlahan-lahan hal-hal ini mulai click. Saya pikir ketika kita terus bekerja, bermain bersama, itu akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi nantinya," ujar eks pemain New York Knicks ini.

5. Doncic-Porzingis dianggap sebagai dua pemain muda Eropa terbaik di dunia

instagram/lukadoncic

Mulai padunya duet Doncic- Porzingis pun tak lepas dari pengamatan pelatih Dallas Mavericks, Rick Carlisle. Menurut dia, keduanya merupakan pemain muda hebat yang sangat diandalkan musim ini, normal saja jika duet tersebut memberikan dampak besar  bagi tim.

"Mereka adalah dua pemain muda hebat yang benar-benar melakukan banyak hal untuk saling meningkatkan permainan. Perpaduan permainan, komunikasi, dan kontak mata antara mereka sepanjang pertandingan begitu ofensif, itu begitu fantastis," kata  Rick Carlisle.

"Porzingis merupakan campuran pick-and-roll dan pick-and-pop, Doncic melakukan drive dan drive back, Mereka bermain hebat satu sama lain. Ini hal yang bagus untuk dilihat, terutama menuju jeda kompetisi," lanjut dia.

Ini tentu jadi perkembangan positif bagi keduanya. Sebab, Doncic-Porzingis telah menjadi salah satu dari duo yang paling ditunggu-tunggu sejak Dallas Mavericks mendatangkan bintang Latvia dari New York Knicks musim lalu. Terlebih, keduanya dianggap sebagai dua pemain muda Eropa terbaik di dunia dewasa ini.

Namun demikian, ujian besar usai ini akan jadi babak baru  bagi duo Euro di Dallas Mavericks. Saat Luka Doncic dan Kristaps Porzingis memasuki liburan musim reguler bersama tim, mereka memiliki cukup waktu untuk beristirahat dan melakukan evaluasi agar tampil lebih ganas lagi di sisa kompetisi NBA musim ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
Isidorus Rio Turangga Budi Satria
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us