Mengenal Nelson Piquet, Pembalap Formula 1 yang Jadi Nama Sirkuit

Nama Nelson Piquet memang tak sepopuler rekan senegaranya, Ayrton Senna. Padahal keduanya sama-sama punya tiga gelar juara dunia. Piquet kurang populer karena ia tak pernah tampil sedominan Senna.
Pada eranya, Piquet juga harus bersaing dengan para pembalap legendaris. Selain Senna, masih ada nama Alain Prost dan Nigel Mansell. Keempat pembalap tersebut mentereng pada era 1980-an hingga awal 1990-an.
Piquet sendiri menjadi pembalap legendaris Brasil. Oleh karena kehebatannya, pemerintah Brasil menamai Sirkuit Jacarepagua menjadi Nelson Piquet untuk menghormatinya. Piquet masih menjadi satu-satunya pembalap Formula 1 yang pernah balapan di sirkuit dengan namanya sendiri.
1. Terinspirasi masuk Formula 1 usai melihat Emerson Fittipaldi

Nelson Piquet lahir pada 17 Agustus 1952 di Rio de Janeiro, Brasil. Ia sudah mengenal balap mobil sejak usianya masih sangat muda. Bahkan, pada umur 12 tahun, Piquet menjadi salah satu talenta terbaik di Brasil.
Ia makin mantap berkarier di ajang balap mobil ketika melihat Emerson Fittipaldi mulai berkompetisi di kancah internasional, terutama Formula 1. Fittipaldi sendiri merupakan pembalap Brasil pertama yang meraih gelar juara dunia Formula 1.
Sejak saat itu, Piquet aktif mengikuti ajang balap lokal di Brasil. Kemudian, ia berkelana ke Eropa demi mewujudkan ambisinya menuju Formula 1. Pada 1978, Piquet menjuarai ajang British F3 Series. Sejak saat itulah ia dilirik tim-tim Formula 1.
2. Awal Kesuksesan bersama Brabham

Usai menjadi juara British F3 Series 1978, Piquet ditawari beberapa tim Formula 1. Pada tahun yang sama, ia bahkan menjalani beberapa seri untuk Ensign, McLaren, dan Brabham.
Semusim berikutnya, Bernie Ecclestone yang merupakan bos dari Brabham memberinya kontrak semusim penuh. Ia berduet dengan Niki Lauda yang saat itu telah berstatus dua kali juara dunia.
Lauda yang memutuskan pensiun pada akhir musim 1979 membuat Piquet ditunjuk sebagai pembalap utama Brabham. Ia kemudian meraih kemenangan pertamanya pada GP Amerika Serikat West 1980. Pada musim yang sama, ia menjadi runner-up di belakang Alan Jones.
Pada 1981, Piquet mampu tampil solid dengan koleksi tiga kemenangan. Itu sekaligus mengantarnya menjadi juara dunia untuk pertama kalinya. Prestasi tersebut ia ulangi pada 1983 usai bersaing sengit dengan Alain Prost. Gelar itu juga menjadi yang terakhir bagi Brabham.
3. Persaingan dengan Nigel Mansell dan gelar juara dunia bersama Williams

Usai menjadi juara pada 1983, Piquet menjalani musim yang tak terlalu baik pada 1984 dan 1985. Dalam 2 musim tersebut, ia hanya mampu finis di urutan kelima dan kedelapan. Hal itulah yang membuatnya memilih hengkang ke Williams pada 1986.
Williams pada era tersebut merupakan salah satu tim kuat di Formula 1. Mereka bermodalkan mesin Honda yang sangat bertenaga. Bahkan, pada balapan perdananya untuk Williams, Piquet sukses menjadi pemenang. Ia menang pada GP Brasil di hadapan para pendukungnya.
Pada 1986, Nelson Piquet berduet dengan Nigel Mansell yang juga tak kalah cepat. Keduanya benar-benar mendominasi musim itu dan hampir menjadi juara dunia. Sayang, drama pada seri terakhir di GP Australia justru memunculkan nama Alain Prost sebagai juara dunia.
Kegagalan tersebut langsung dibayar tuntas oleh Piquet semusim berselang. Meski Mansell punya catatan kemenangan lebih banyak darinya. Namun, Piquet yang tampil lebih konsisten mampu mengunci gelar juara dunia ketiganya.
4. Satu-satunya pembalap yang balapan di sirkuit dengan namanya sendiri

Sirkuit di Formula 1 tak jarang yang menggunakan nama pembalap untuk menghormati mereka. Misalnya, Sirkuit Gilles Villeneuve di Kanada sebagai penghormatan bagi Gilles Villeneuve. Ada pula Sirkuit Hermanos Rodriguez di Meksiko untuk mengenang Pedro dan Ricardo Rodriguez.
Meski begitu, tidak ada yang bernasib seperti Piquet. Ia menjadi satu-satunya pembalap yang tampil di sirkuit yang memuat namanya sendiri. Hal itu terjadi setelah pemerintah Brasil mengganti nama Sirkuit Jacarepagua menjadi Nelson Piquet usai sang pembalap meraih gelar juara dunia ketiganya pada 1987.
Sebelum berubah nama, Piquet tercatat dua kali menjadi pemenang di kandangnya sendiri. Sementara, setelah berganti nama, Piquet hanya mampu finis kelima pada 1988 dan gagal finis pada 1989. Itu juga kali terakhir sirkuit tersebut menggelar balapan Formula 1. GP Brasil setelah itu kembali ke Sirkuit Interlagos.
Sayang, Sirkuit Nelson Piquet kini sudah tak bisa dipakai karena diratakan pemerintah Brasil. Hal itu demi memuluskan langkah mereka menggelar Olimpiade 2016 Rio de Janerio.
5. Anaknya juga pernah balapan di Formula 1

Nelson Piquet meninggalkan Formula 1 pada akhir musim 1991 dalam usia 40 tahun. Langkahnya di Formula 1 diteruskan sang anak, Nelson Piquet Jr. Sang anak memulai kariernya di Formula 1 pada 2008 dengan membela Renault.
Sayang, prestasinya kala itu tak terlalu memuaskan dengan hanya menempati urutan ke-12 dengan 19 poin. Hal itu jelas kalah jauh dari rekan setimnya, Fernando Alonso, yang mampu mengukir dua kemenangan dan finis di urutan keenam dengan mobil yang sama.
Karier Piquet Jr kemudian benar-benar hancur ketika insiden crashgate pada GP Singapura 2008. Kala itu Renault diduga menyuruh Piquet Jr untuk menabrakan mobilnya ke dinding agar Fernando Alonso mampu meraih kemenangan.
Sementara itu, dengan koleksi tiga gelar juara dunia, sang ayah, Nelson Piquet, layak menjadi seorang legenda balap Formula 1. Namanya juga dijadikan nama sirkuit sebagai bentuk penghormatan atas prestasi besarnya.