Auckland City FC dan Label Amatir dalam Klub Olahraga

- Label amatir dalam klub sepak bola berarti ketiadaan kompensasi dan kontrak mengikat yang biasa berlaku di tim profesional. Klub olahraga amatir bisa dilihat sebagai third place.
- Auckland City FC didanai oleh yayasan sukarela bernama Trillian Trust, punya relasi erat dengan klub amatir lainnya, dan pemain tidak menerima gaji tetap.
- Auckland City FC lolos ke Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 setelah dua klub profesional Selandia Baru dinyatakan tak memenuhi syarat ikut kompetisi regional maupun internasional. Batasan antara amatir dan profesional jadi kabur.
Kemenangan 10-0 Bayern Muenchen atas klub sepak bola Selandia Baru (Aotearoa) Auckland City FC di Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 beberapa waktu lalu jadi sorotan. Bukan cuma gegara skor yang mencengangkan, tetapi juga berkat status Auckland City FC sebagai klub amatir, atau di dalam negeri sering disebut dengan istilah tim tarkam (antarkampung).
Apa, sih, sebenarnya maksud dari label amatir dalam kasus Auckland City FC dan bagaimana mereka bisa lolos ke Piala Dunia Antarklub FIFA? Mari bahas lebih jauh!
1. Apa yang dimaksud dengan klub sepak bola amatir?
Label amatir dalam klub sepak bola berarti ketiadaan kompensasi dan kontrak mengikat yang biasa berlaku di tim profesional. Keberadaannya lebih lekat dengan kebutuhan untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan aktif kepada populasi yang lebih luas. Klub olahraga amatir bisa pula dilihat sebagai third place. Mayoritas klub amatir terbentuk atas kebutuhan sosial, yakni interaksi, penerimaan, dan keterlibatan dalam komunitas. Itu membedakan mereka dengan klub profesional yang sejak awal didirikan sebagai komoditas (produk/jasa bernilai ekonomi).
Lantas, bagaimana dengan biaya operasional klub amatir? Melansir tulisan Boothby dan Tungatt untuk International Review of Sport Sociology berjudul 'Amateur Sports Clubs. Their Salient Features and Major Advantages', klub olahraga amatir punya beberapa sumber pendanaan. Mulai dari iuran keanggotaan, penggalangan dana mandiri, sampai afiliasi dengan perusahaan atau organisasi yang lebih besar. Kerja sama dengan perusahaan komersial dalam bentuk sponsor atau reklame juga masuk dalam opsi.
2. Auckland City FC dan polemik label amatir
Dalam kasus Auckland City FC, temuan menarik datang dari liputan Martin Van Beynen untuk Stuff. Menurut temuannya, klub amatir asal Selandia Baru itu didanai sebuah organisasi nirlaba alias yayasan sukarela bernama Trillian Trust yang berbasis di Auckland. Tak hanya Auckland City FC, mereka punya sejumlah penerima manfaat dari berbagai sektor selain olahraga. Mereka juga punya relasi erat dengan Central United, sebuah klub sepak bola amatir yang lebih berpengalaman dari segi usia dan fasilitas. Masih melansir liputan yang sama, Auckland City FC berbagi stadion yang sama dengan Central United sehingga bisa menghemat pengeluaran.
Potensi masalahnya ada pada sumber daya manusia yang dilibatkan di dalamnya. Sebagaimana dilansir beberapa media, pemain dan staf Auckland City FC tidak menerima gaji tetap atas keterlibatan mereka di klub. Mayoritas dari mereka punya pekerjaan utama di luar sepak bola dan hanya dapat subsidi untuk beberapa keperluan spesifik, seperti biaya keanggotaan gym misalnya. Merujuk liputan ESPN dan France24, untuk bisa tetap aktif di klub, pemain dan staf tak jarang menggunakan jatah libur dan cuti tahunan. Mengorbankan waktu luang setelah jam kerja normal untuk aktif di klub juga jadi keseharian mereka.
3. Keikutsertaan di Piala Dunia Antarklub 2025
Masalah itu mungkin bukan perkara besar untuk mayoritas pemain, mengingat mereka pastinya sudah paham konsekuensi bergabung dengan tim amatir. Namun, jadi menarik ketika mereka berlaga di sebuah kompetisi profesional seperti Piala Dunia Antarklub FIFA 2025. Auckland City FC lolos ke kompetisi buatan FIFA itu setelah dua klub profesional Selandia Baru Auckland Football Club dan Wellington Phoenix dinyatakan tak memenuhi syarat untuk ikut dalam kompetisi regional maupun internasional. Alasannya karena keduanya berlaga di A-League Australia (di bawah yurisdiksi AFC) padahal berbasis di Oceania.
Batasan antara amatir dan profesional jadi kabur di sini. Akan ada uang hadiah yang diterima klub atas partisipasi mereka dan apakah pemain bakal mendapatkan kompensasi atas kontribusi mereka? Tak ambil pusing dengan itu, salah satu pemain Auckland City yang diwawancara France24, Angus Kilkolly, mengaku ini adalah momen sekali seumur hidup yang tak akan dilewatkannya.
Pernyataan yang sederhana dan tanpa pamrih di tengah gencarnya komodifikasi olahraga. Mungkin benar, cinta memang sebuta itu. Para pemain tim amatir bisa dibilang orang-orang yang hanya ingin menyalurkan kecintaannya kepada sepak bola tanpa meminta mahar apa pun.