Mengulas Kelayakan Stadion Indonesia Buat Piala Dunia U-20
Jakarta, IDN Times - Alasan terkait pencabutan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 masih menjadi perbincangan. Banyak yang masih menganggap kalau isu Israel merupakan penyebab batalnya Piala Dunia U-20 2023 digelar di Indonesia.
Boleh saja, publik bicara demikian. Namun, ada baiknya kita mengulas hal paling mendasar, yakni fasilitas pendukung digelarnya Piala Dunia U-20, stadion hingga lapangan latihan.
Mengapa? Karena pada dasarnya, FIFA sempat melakukan inspeksi akhir sebelum mencabut status tuan rumah Indonesia.
Ini menjadi sinyal yang cukup nyata kalau FIFA masih belum cukup yakin dengan kelayakan stadion di Indonesia. Apalagi, spesifikasi stadion untuk Piala Dunia U-20 begitu mendekati dengan level senior.
"Kenapa juga FIFA mengecek lapangan yang enam dipakai ini sesuai standar atau atau tidak, karena itu jadi security and safety sangat penting, dan sebagai host country juga penting, tidak hanya dalam kompetisi kita, isunya sama. Bagaimana suporter bisa pulang ke rumah dan saya rasa ini hal yang harus ada standarisasnya yang mana manajemen, lapangan pertandingan itu harus jadi hal-hal standar kalau kita mau jadi transformasi," ujar Erick di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (31/3/2023).
1. KemenPUPR sudah lakukan pemetaan stadion

Dalam prosesnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah melakukan pemetaan terhadap 165 stadion yang digunakan untuk sepak bola profesional dari seluruh kasta di Indonesia. Dari 165 di antaranya, diperkecil lagi lingkupnya menjadi 22 stadion.
Sebanyak 22 stadion itu digunakan di level Liga 1 dan 2. Pun, KemenPUPR mengklasifikasikannya dalam tiga kategori.
Kategori yang dimaksud adalah terkait kerusakan di dalam stadion. Ada yang ringan, sedang, dan berat.
Setidaknya, ada empat stadion yang dianggap rusak ringan. Mereka adalah Stadion Si Jalak Harupat, Jatidiri, Pakansari, serta Segiri.
Sementara, stadion yang rusak sedang adalah Indomilk Arena, Gelora Jakabaring, Patriot Candrabhaga, Harapan Bangsa, Wibawa Mukti, Gelora Bandung Lautan Api, Gelora Bumi Kartini, Maguwoharjo, Ratu Pamelingan, BJ Habibie, Gelora Delta, Gelora Joko Samudro, hingga Demang Lehman.
Sisanya merupakan stadion dengan kerusakan berat seperti Bumi Sriwijaya, Teladan, Mandala Krida, Surajaya Lamongan, hingga Brawijaya.
Terlihat, dari 22 stadion itu, ada dua stadion yang seharusnya dipakai di Piala Dunia U-20, Jakabarin dan Jalak Harupat. Keduanya masuk dalam kategori kerusakan sedang serta ringan.
2. Apakah Jakabaring dan Jalak Harupat layak dipakai di Piala Dunia U-20?

Keandalan stadion di Jakabaring tercatat hanya pencahayaannya dan kapasitasnya yang sudah memadai untuk dipakai pada Piala Dunia U-20. Dari kategori stadion yang muncul dalam standar FIFA, event Piala Dunia U-20 setidaknya harus menggunakan stadion yang bisa menampung minimal 10 ribu penonton karena itu masuk dalam kategori umur.
Tapi, lebih baik menggunakan stadion dengan kapasitas minimal 20 ribu, karena sudah bisa digunakan untuk laga internasional dan kompetisi. Sementara, Stadion Jakabaring berkapasitas 21.588 dengan format single seat. Artinya, secara kapasitas sudah layak dan kualitas pencahayaan stadion sudah memenuhi standar.
Nah, terkait rumput, Stadion Jakabaring memang perlu perbaikan. KemenPUPR pun menempatkan rumput Stadion Jakabaring itu dalam kategori kurang memadai dan perlu perbaikan sedang. Justru, kualitas Stadion Jakabaring malah kalah dari Patriot Candrabhaga, Bekasi.
Dalam penilaian pula, Stadion Patriot jauh lebih baik karena secara arsitektural dan pencahayaan pula, sudah memadai. Serta, kapasitasnya lebih besar, 28.650 penonton.
Nah, untuk Stadion Si Jalak Harupat, PR berat langsung diemban oleh KemenPUPR. Sebab, sejak awal, Si Jalak Harupat tak memadai di mayoritas sektor. Pencahayaan, kualitas rumput, hingga operasional pengelolaan. Hanya struktur, arsitektural, serta kapasitas yang bisa jadi unggulan Si Jalak Harupat dalam kasus ini.
Terkait pencahayaan, setidaknya Si Jalak Harupat wajib memenuhi standar FIFA Lighting Guide Standard B yang setara dengan level senior. Artinya, setidaknya perlu kekuatan pencahayaan minimum 15 ribu lux atau paling aman adalah 20 ribu lux.
3. Rumputnya sudah memenuhi standarkah?

Terkait kualitas rumput, sebenarnya bisa dibenahi lebih cepat. Untuk Piala Dunia U-20 sebenarnya diperlukan rumput dengan kualifikasi yang setara senior.
Pada dasarnya, KemenPUPR memang sudah melakukan perbaikan di sektor ini. Bahkan, terakhir Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyatakan perbaikan rumput stadion dikebut dengan mendatangkan mesin jahit dari luar negeri.
Apalagi, mesin tersebut memang sudah direkomendasikan oleh FIFA. Jadi, pada dasarnya kualitas rumput bisa dikelola dengan baik.
4. Standar lainnya yang harus dipenuhi

FIFA sebenarnya tak cuma menghitung infrastruktur utama di stadion. Tapi, untuk kelas Piala Dunia, meski itu kategori usia U-20, ada indikator lain yang diperhitungkan.
Masalah keamanan stadion jadi yang paling penting. Ada tiga faktor pendukung yang dicantumkan FIFA dalam urusan safety and security operations dalam Football Stadium Guidelines FIFA.
Itu adalah servis, keamanan, dan pengamanan. Ketiganya saling terkait, hingga akhirnya menciptakan pengalaman yang indah buat suporter.
Dalam pasal 4 poin 7 ayat 1, diharuskan muncul keseimbangan antara ketiganya. Stadion boleh saja aman, tapi apakah seluruh pintu bisa dibuka untuk akses? Sebab, berkaca dari Tragedi Kanjuruhan, banyak orang bertumpuk di sejumlah sektor, membuat mereka kehabisan napas hingga akhirnya meninggal dunia.
Kemudian, stadion juga harus menyediakan dan menggaransi suporter terkait pintu darurat. Hal ini yang menjadi PR lain buat stadion di Indonesia.
Jalan keluar yang dimaksud bukan cuma di dalam stadion, tapi lingkungannya. Sebagai contoh, Stadion Gelora Bung Tomo, dari pengamatan tim IDN Times di Surabaya, ada beberapa titik akses yang masih jadi sorotan.
Jalan masuk dari Benowo masih dilakukan pengaspalan. Bahkan, di beberapa sisi, ada yang belum rata. Pekerja sempat menyatakan jalan sudah bagus. Tapi, karena lalu lintas alat berat, jalan harus diperbaiki kembali.
Masalah akses ini jadi penting. Sebab, jika ada keadaan darurat yang dialami pemain, suporter, dan lainnya, bisa menjadi solusi atas situasi tersebut.
Tak kalah, bau sampah dari Tempat Pembuangan Akhir Benowo masih tercium. Ini memang yang paling krusial. Setiap jam tertentu, bau sampah tercium. Tentunya, ini kurang mendukung faktor kenyamanan untuk suporter.
Kemudian, ada lagi yang harus diperhatikan akses menuju rumah sakit, bandara, hingga hotel. Ini penting, karena berkaitan dengan keselamatan pemain, kenyamanan, sampai kebutuhan pemain untuk beristirahat.
Beberapa stadion di Indonesia, terutama untuk Piala Dunia U-20, masih bermasalah dengan hal-hal tersebut.
Lalu, dari tadi kok kita gak bahas Stadion Utama Gelora Bung Karno? Sejatinya, SUGBK sudah sangat memenuhi standar FIFA. Catatannya, hanya rumput SUGBK yang perlu diperbaiki karena memang dipakai dalam beberapa event di luar olahraga.