Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengembangan Usia Dini Jadi Sorotan Jelang KLB PSSI

Pesepakbola muda mengikuti seleksi Elite Pro Academy (EPA) PSIS Semarang. (Dok. PSIS)
Pesepakbola muda mengikuti seleksi Elite Pro Academy (EPA) PSIS Semarang. (Dok. PSIS)

Jakarta, IDN Times - Pengembangan usia dini dinilai jadi indikator penting dalam meningkatkan kualitas Timnas Indonesia. Hal tersebut pun menjadi bahasan para kontestan panggung politik PSSI jelang Kongres Luar Biasa (KLB) yang bakal digelar pada 16 Februari 2023 mendatang.

Calon Ketua Umum (Caketum) periode 2023-2027, Doni Setiabudi, menyebut PSSI urung maksimal dalam menangani masalah tersebut. Pembinaan usia dini di Indonesia belum tertata dengan baik.

1. Level grassroot di Indonesia masih amburadul

Logo PSSI di Kantor PSSI. (IDN Times/Tino).
Logo PSSI di Kantor PSSI. (IDN Times/Tino).

Doni menyentil kinerja Asprov PSSI yang tidak berjalan. Kinerja yang kurang baik membuat akar rumput sepak bola Indonesia masih amburadul.

Sebab, Asprov PSSI dinilai punya peran penting dalam pengembangan usia dini. Mereka harus menatanya dengan baik, seperti melegetimasi setiap Sekolah Sepak Bola (SSB) di setiap daerah.

"Kenapa sepakbola kita di level grassroot itu masih amburadul, karena Asprovnya tidak jalan. Kedua, masih banyak SSB yang asal-asalan harusnya Asprov bisa melegitimasi SSB yang memang punya kualifikasi," ujar Doni selepas diskusi Kaukus Sepak Bola Nasional Nyalakan Nyali Membangun PSSI, Senin (13/2/2023).

2. Minimnya prasarana dan pelatih SSB yang berlisensi

Calon Ketua Umum PSSI 2023-2027, Doni Setiabudi. (Dok. PSSI Pers).
Calon Ketua Umum PSSI 2023-2027, Doni Setiabudi. (Dok. PSSI Pers).

CEO Premier Bandung Premier League itu menyoroti soal infrastruktur yang kurang memadai. Selain itu, banyak pelatih di SSB yang tak berlisensi. Hal tersebut membuat pengembangan usia dini tak bisa berjalan dengan maksimal.

"Harus ada lapangan yang memadai. Kemudian, lisensi pelatihnya. Ketika pelatih SSB tidak punya lisensi, mereka tidak punya ilmu untuk mengajarkan sepak bola ke anak-anak secara benar," ujar Doni.

3. SSB tumbuh secara liar

Anggota Exco PSSI, Hasani Abdulgani. (Dok. PSSI Pers).
Anggota Exco PSSI, Hasani Abdulgani. (Dok. PSSI Pers).

Hal senada juga dikatakan Anggota Exco PSSI, Hasani Abdulgani. Sejauh ini, SSB di Indonesia masih tumbuh secara liar tanpa pengawasan yang baik dari Asprov PSSI.

Hasani mengaku telah membuat riset soal pengembangan usia dini di Indonesia. Fundamental dan industri yang dinilai sebagai barometer keberhasilan pengembangan usia dini, disebut belum berjalan.

"Saya riset, fundamental,  dan industrinya, belum jalan. Sedangkan, itu jadi barometernya. SSB itu tumbuh liar. Riset kami menemukan bahwa dari awal infrastruktur tak membantu anak-anak. Kita harus membuat infrastruktur dasar dari FIFA agar sentuhan bolanya menjadi bagus, dan pas tumbuh dewasa mainnya sudah oke," ujar Hasani.

4. Klub sudah mulai gencar mengembangkan pemain muda

Direktur Utama PT PBMB, Annisa Zhafarina Qosasi. (Dok. PSSI Pers).
Direktur Utama PT PBMB, Annisa Zhafarina Qosasi. (Dok. PSSI Pers).

Di sisi lain, Direktur Utama PT Polana Bola Madura Bersatu (PT PBMB), Annisa Zhafarina Qosasi, mengapresiasi sejumlah klub Indonesia yang mulai marak mengembangkan pemain mudanya.

Persija Jakarta misalnya, yang banyak mengorbitkan talenta muda di Liga 1. Sembilan pemainnya sampai dipanggil Shin Tae Yong untuk mengikuti pemusatan latihan (TC) Timnas Indonesia U-20.

"Pembinaan usia dini kini sudah dibantu klub," ujar Annisa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tino Satrio
EditorTino Satrio
Follow Us

Latest in Sport

See More

5 Fakta Menarik Penghargaan Ballon d'Or yang Jarang Diketahui

24 Sep 2025, 14:00 WIBSport