Sparta Praha, Raksasa Ceko yang Kembali ke Liga Champions Eropa

Sparta Praha menghebohkan jagat maya lewat unggahan kocak mereka di media sosial yang menggunakan potongan video dari film komedi ikonik, Bean (1997). Potongan video yang menunjukkan Mr. Bean (Rowan Atkinson) sedang kegirangan karena akhirnya bisa naik pesawat kelas satu itu mencerminkan kegembiraan serupa yang sedang dirasakan segenap pemain dan staf Sparta Praha.
Bagaimana tidak, edisi 2024/2025 akan jadi momen pertama mereka kembali ke UEFA Champions League setelah 19 tahun. Mereka mungkin memang hanya akan menjadi "penggembira" pada edisi kali ini. Namun, mengapa begitu banyak yang menyambut momen comeback mereka? Mari kenalan lebih jauh dengan klub raksasa Ceko, AC Sparta Praha.
1. Kesulitan tembus Liga Champions Eropa sejak 2005

Mendominasi liga domestik Ceko (dulu Cekoslovakia) sejak berdiri pada 1893, keikutsertaan AC Sparta Praha di kompetisi elite Eropa dimulai pertama kali pada pertengahan 1960-an. Saat itu, UEFA Champions League masih bernama European Cup. Prestasi itu sayangnya tidak bertahan lama. Sepanjang 1970-an, Sparta Praha mengalami kemunduran di liga domestik, bahkan sempat terelegasi sekali pada 1975. Mereka baru kembali ke kompetisi Eropa pada 1980-an.
Sejak itu sampai awal 2000-an, mereka merupakan partisipan reguler di kompetisi sepak bola tertinggi Eropa yang kini kita kenal dengan nama Liga Champions Eropa atau UEFA Champions League (UCL). Sayangnya, sejak partisipasi mereka pada musim 2005/2006, klub ini kesulitan menembus level yang sama. Mereka harus puas bermain di kompetisi setingkat di bawah UCL, UEFA Europa League (UEL) sepanjang 2010-an. Apa yang terjadi selama periode ini?
2. Buah dari pendekatan baru sang sporting director Tomas Rosicky

Ternyata selama periode itu, terjadi beberapa perubahan dalam manajemen Sparta Praha. Kepemilikan klub beralih ke pebisnis energi, Daniel Kretinsky yang juga punya saham di beberapa perusahaan besar (mulai dari surat kabar Prancis Le Monde, toko ritel Jerman Metro AG, hingga klub sepak bola Inggris West Ham United). Dilansir salah satu liputan The Athletic, Kretinsky kabarnya menggunakan pendekatan manajemen mikro yang menjelaskan mengapa Sparta sampai harus berganti pelatih hingga puluhan kali selama masa kepemimpinannya.
Pada 2018, kurang lebih setahun setelah mengumumkan pensiun dari karier profesionalnya, Tomas Rosicky direkrut sebagai Sporting Director Sparta Praha. Merujuk wawancaranya dengan The Athletic, Rosicky menemukan banyak mismanajemen di klub itu. Salah satunya kecenderungan mereka merekrut pemain-pemain berpengalaman untuk dapat hasil instan. Nyatanya yang terjadi justru ketimpangan pendapatan dan ketidakharmonisan di ruang ganti karena jarak yang terlalu jauh antara pemain senior dengan pemain muda lulusan akademi.
Rosicky kemudian berinisiatif untuk mengganti pola rekrutmen tersebut dan menaruh kepercayaan pada pemain-pemain homegrown. Seperti kita tahu, Sparta Praha punya akademi yang solid. Rosicky adalah salah satu alumnusnya, begitu pula dengan Patrik Schick, Ladislav Krejčí, Pavel Kadeřábek, dan Adam Hložek. Pendekatan Rosicky memang tak menampakkan hasil instan, tetapi akhirnya terjawab beberapa tahun kemudian lewat kelolosan mereka ke UCL 2024/2025.
3. Brian Priske, pelatih yang berjasa atas kebangkitan Sparta Praha

Sosok lain yang perlu diapresiasi adalah Brian Priske. Pelatih asal Denmark ini yang mengawal Sparta Praha selama 2 musim, yakni pada 2022/2023 dan 2023/2024. Di bawah Priske, Sparta Praha berhasil merebut gelar juara Czech First League. Salah satu highlight dari gaya kepelatihannya adalah taktik zonal marking, yakni strategi pertahanan yang bertumpu pada penguasaan area/zona ketimbang menekan atau menandai pemain lawan yang sedang menguasai bola. Selain bertahan, taktik ini juga sering dipakai Sparta untuk mencuri peluang dengan cara mendorong pemain untuk menempatkan diri di posisi-posisi strategis di antara pemain lawan untuk melakukan intersep operan.
Hasilnya terlihat pada performa mereka selama berlaga di UEL 2023/2024. Meski kalah telak dari Liverpool pada fase 16 besar, mereka sempat mencuri kemenangan dari Real Betis dan menahan imbang Rangers pada fase grup, serta mengalahkan Galatasaray pada play-off menuju babak gugur. Taktik ini mereka pakai sepanjang kualifikasi UCL. Bahkan, setelah Priske hengkang dari Praha untuk menerima tawaran melatih Feyenoord, sang asisten, Lars Frirs yang menggantikannya per April 2024 memakai pendekatan serupa. Frirs berhasil mengantar timnya mengalahkan Malmo FF pada dua laga play-off kualifikasi UCL yang digelar pada 22 dan 28 Agustus 2024.
Dengan begitu, raksasa Ceko itu berhak melaju ke Liga Champions Eropa 2024/2025. Ini jadi momen historik untuk Sparta Praha setelah hampir 2 dekade lamanya berjuang mengembalikan identitas dan kejayaan mereka.