Wacana European Super League Menyeruak Lagi, Kini Usung Format Anyar

Jakarta, IDN Times - Wacana soal digulirkannya European Super League (ESL) kini kembali menyeruak. Kali ini, promotor kompetisi tersebut, A22 Sports Management, menawarkan format berbeda dari yang sebelumnya gagal diusung.
Sebelum mendapat ancaman sanksi, ESL yang rencananya bergulir pada 2021, diikuti 20 kontestan. Rinciannya adalah, 12 klub pelopor, tiga tim tak bisa degradasi [penghuni tetap], dan lima sisanya berganti-ganti sesuai dengan prestasi yang mereka raih.
Dikutip BBC Sports, setelah rumor itu sempat redup, promotor menawarkan format lebih menarik. Mereka memastikan bakal menggelar ESL dengan total 60-80 klub yang bakal berpartisipasi. Nantinya tim-tim akan dibagi dalam beberapa divisi yang beda, tanpa ada hak istimewa yang diberikan kepada klub seperti sebelumnya.
1. Promotor ESL coba beri tawaran lebih menggiurkan ketimbang UEFA

CEO A22 Sports Management, Bernd Reichart, enggan membuka format kompetisi European Super League. Dia hanya memastikan, sudah melakukan pembicaraan serius dengan puluhan klub sejak akhir tahun 2022. Mereka menjanjikan bisnis sepak bola yang lebih menarik dan suara yang lebih didengar ketimbang UEFA.
“Kala keputusan krusial diwacanakan, klub acap diminta diam saja. Padahal, dasar olahraga dan keuangan mereka [UEFA] ada di sekitarnya. Sepak bola Eropa mulai krisis. Ini waktu yang tepat untuk membuat perubahan,” ujar Bernd dalm wawancanya bersama Die Welt.
2. UEFA tak memberi kebebasan kepada klub

European Super League memang diwacanakan untuk bisa melawan hegemoni UEFA dan FIFA sekalu federasi tertinggi di Eropa serta dunia. Maklum, beberapa klub di Benua Biru merasa keduanya tak memberikan kebebasan dalam urusan beberapa hal. Padahal, mereka merasa yang paling punya peran penting dalam sepak bola.
UEFA dan FIFA bahkan dituding melanggar hukum Uni Eropa lantaran enggan mengizinkan kompetisi ESL bisa bergulir. Mereka bahkan mengancam Juventus, Real Madrid, hingga Barcelona, yang ngotot jadi inisiator untuk menggelar turrnamen baru.
3. Asosiasi klub Eropa tolak wacana

Sementara, Asosiasi klub Eropa (ECA), merespons sinis wacana yang kembali dihidupkan untuk menggelar ESL. Mereka menyebut, gagasan tersebut sudah usang karena sudah pernah diajukan, didiskusikan, dianalisis, hingga tak disepakti seluruh elemen di sepak bola, khususnya Eropa sejak tiga tahun lalu.
“FIFA dan UEFA merupakan satu-satunya organisasi yang diakui perwakilan klub-klub di level Eropa dan internasional. Mereka juga satu-satunya badan di mana klub-klub punya perwakilan dalam pengambilan keputusan, ECA menegaskan penolakan terhadap European Super League dan juga proyek serupa,” tulis pernyataan resmi ECA.
UEFA sendiri sudah mau melakukan perubahan terkait masukan dari klub perihal kompetisi Liga Champions, Liga Europa, hingga Europa Conference League. Untuk perebutan trofi “Si Kuping Besar” mereka menambah jumlah kontestan menjadi 36 tim mulai musim 2024/25.