Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kelebihan AMD FSR dibandingkan NVIDIA DLSS, Siapa Unggul?

potret bermain game
potret bermain game (unsplash.com/ELLA DON)
Intinya sih...
  • Kompatibilitas FSR lebih luas di berbagai GPU
  • FSR tidak bergantung pada AI dan tensor core
  • FSR mendukung platform yang lebih banyak, termasuk konsol
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia gaming modern, kualitas visual dan performa yang stabil jadi dua hal krusial yang gak bisa dipisahkan. Teknologi upscaling seperti AMD FidelityFX Super Resolution (FSR) dan NVIDIA Deep Learning Super Sampling (DLSS) hadir sebagai solusi untuk mencapai visual maksimal tanpa harus mengorbankan frame rate. Meski keduanya menawarkan peningkatan performa secara signifikan, masing-masing punya pendekatan teknologi yang berbeda dan kelebihan tersendiri.

Perdebatan soal siapa yang lebih unggul, FSR atau DLSS, selalu menarik buat digali lebih dalam. Buat gamer yang ingin meningkatkan pengalaman bermain tanpa harus upgrade hardware secara ekstrem, memahami perbedaan serta kelebihan dua teknologi ini bisa jadi penentu pilihan. Artikel ini bakal mengulas beberapa keunggulan AMD FSR yang membuatnya patut diperhitungkan, bahkan di tengah dominasi NVIDIA DLSS. Yuk, langsung simak!

1. Kompatibilitas FSR lebih luas di berbagai GPU

ilustrasi kartu grafis AMD
ilustrasi kartu grafis AMD (amd.com)

Salah satu keunggulan terbesar dari AMD FSR adalah kompatibilitasnya yang jauh lebih fleksibel dibanding DLSS. FSR bisa digunakan di kartu grafis AMD maupun NVIDIA, bahkan di seri lawas seperti GTX 10-series. Hal ini membuat FSR menjadi pilihan menarik untuk gamer yang belum punya kartu grafis terbaru. Gak perlu bergantung pada hardware tertentu, cukup aktifkan fitur FSR di game yang mendukung, dan performa bakal meningkat secara signifikan.

Berbeda dengan DLSS yang hanya tersedia di GPU NVIDIA RTX, FSR terbuka untuk lebih banyak kalangan. Ini jelas memberikan akses yang lebih luas dan inklusif untuk gamer dengan budget terbatas atau yang masih pakai kartu grafis generasi sebelumnya. AMD tampaknya lebih fokus pada solusi universal yang bisa dijangkau oleh semua pengguna. Filosofi ini membuat FSR unggul dari sisi fleksibilitas penggunaan.

2. FSR tidak bergantung pada AI dan tensor core

ilustrasi bermain game
ilustrasi bermain game (unsplash.com/Sam Pak)

DLSS mengandalkan AI dan Tensor Core untuk menghasilkan frame yang lebih halus dan detail. Tapi, ini artinya keunggulan tersebut hanya bisa dinikmati oleh pemilik GPU RTX. Sementara itu, FSR menggunakan metode spatial upscaling yang lebih ringan secara teknis dan gak memerlukan hardware khusus. Artinya, FSR lebih ramah untuk sistem dengan spesifikasi menengah ke bawah. Proses upscaling ini tetap memberikan hasil visual yang cukup memuaskan meskipun tanpa kecerdasan buatan.

Meski hasil visual FSR kadang masih kalah tajam dibanding DLSS 3.0, perbedaan ini tidak terlalu mencolok dalam banyak skenario. Bahkan, di resolusi tinggi seperti 1440p atau 4K, FSR mampu memberikan kualitas gambar yang mendekati native resolution dengan beban kerja yang lebih ringan. Hal ini tentu membuat pengalaman gaming tetap imersif tanpa memaksa hardware bekerja terlalu keras. Teknologi ini memberi jalan tengah yang ideal antara performa dan kualitas gambar.

3. FSR mendukung platform yang lebih banyak, termasuk konsol

potret PlayStation 5
potret PlayStation 5 (unsplash.com/Amanz)

Keunggulan lain dari AMD FSR adalah dukungannya terhadap berbagai platform, tidak hanya PC. Teknologi ini juga sudah mulai diintegrasikan ke dalam konsol seperti PlayStation 5 dan Xbox Series X untuk memperluas jangkauan penggunaannya. Hal ini memberikan keuntungan besar bagi pengembang game karena cukup satu sistem upscaling untuk semua platform. Selain mempermudah proses optimasi, ini juga mengurangi potensi inkonsistensi kualitas visual antar platform.

Lewat dukungan lintas platform seperti ini, FSR memperlihatkan pendekatan yang lebih strategis dan inklusif. Gamer konsol pun bisa merasakan peningkatan performa yang selama ini identik dengan pengguna PC. AMD berhasil menunjukkan bahwa teknologi mereka gak cuma unggul di satu lini, tapi juga menyebar ke berbagai ekosistem gaming. Ini memperkuat posisi FSR sebagai teknologi yang adaptif dan masa depan.

4. Integrasi FSR lebih mudah dan terbuka untuk developer

potret developer game
potret developer game (unsplash.com/Maxim Tolchinskiy)

FSR bersifat open source dan tersedia lewat GPUOpen. Ini bikin pengembang lebih mudah dalam mengintegrasikannya ke dalam game. Dengan dokumentasi yang terbuka dan fleksibel, pengembang game dari studio kecil hingga besar bisa mengimplementasikan FSR tanpa biaya lisensi tambahan. Ini berbeda dengan DLSS yang bersifat eksklusif dan memerlukan kerja sama lebih intensif dengan NVIDIA. Semakin banyak game yang mendukung FSR karena proses integrasinya gak terlalu rumit.

Dari sisi kecepatan adopsi, FSR menunjukkan pertumbuhan yang cepat karena kemudahannya dalam pengembangan. Banyak judul game baru maupun lama yang mulai menambahkan fitur FSR ke dalam pengaturannya. Ini jelas memperkuat ekosistem AMD dan membuka akses performa tinggi untuk lebih banyak gamer. Pendekatan open source ini membuat FSR bukan hanya alat teknis, tapi juga alat pemberdayaan bagi industri game.

FSR mungkin belum sepenuhnya menyamai kualitas visual DLSS dalam kondisi tertentu. Tapi, kelebihannya dalam hal kompatibilitas, fleksibilitas, dan keterbukaan menjadikannya pesaing kuat di dunia upscaling. Teknologi ini memberikan solusi nyata untuk gamer yang ingin menikmati performa lebih baik tanpa investasi besar. Sementara itu, DLSS tetap unggul dalam kualitas visual berkat AI, FSR menawarkan pendekatan yang lebih inklusif dan adaptif.

Berbekal perkembangan FSR 3 yang mulai menyamai fitur Frame Generation ala DLSS 3, persaingan ini diprediksi bakal semakin sengit. Buat gamer dan pengembang, ini jadi keuntungan besar karena pilihan semakin banyak dan teknologi makin berkembang. Pada akhirnya, siapa yang unggul tergantung pada kebutuhan dan kondisi hardware masing-masing.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Tech

See More

6 Fitur Kolaborasi Microsoft 365 yang Bikin Kerja Lebih Mudah

27 Nov 2025, 20:52 WIBTech