Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Dutch van der Linde, Ketua Geng di Red Dead Redemption 2

cuplikan game Red Dead Redemption 2
cuplikan game Red Dead Redemption 2 (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)
Intinya sih...
  • Delusi Dutch dimulai dari kehilangan kepercayaan pada dunia
  • Dutch sering menggunakan retorika moral untuk menutupi kesalahan
  • Arthur dan Hosea sadar lebih dulu akan perubahan Dutch
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dutch Van der Linde adalah otak di balik geng paling berpengaruh di dunia Red Dead Redemption 2 (2018). Awalnya, ia dikenal sebagai sosok idealis yang berjuang untuk kebebasan dan kesetaraan, tapi pandangannya berubah jadi obsesi penuh delusi seiring waktu. Di balik kata-kata manis dan karismanya, Dutch menyimpan banyak sisi kelam yang memperlihatkan kejatuhan seorang pemimpin.

1. Delusinya dimulai sejak kehilangan kepercayaan pada dunia

cuplikan game Red Dead Redemption 2
cuplikan game Red Dead Redemption 2 (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)

Perubahan terbesar Dutch terjadi ketika dunia yang ia kenal mulai berubah. Hukum, pemerintah, dan industrialisasi mulai menguasai barat liar. Ia tidak bisa menerima, zaman “orang bebas” sudah berakhir. Dutch mulai menciptakan realitasnya sendiri, di mana ia dan gengnya masih bisa hidup di luar hukum tanpa konsekuensi. Ketidakmauan Dutch untuk menerima kenyataan inilah yang menjadi awal delusi terbesarnya.

2. Sering menggunakan retorika moral untuk menutupi kesalahan

cuplikan game Red Dead Redemption 2
cuplikan game Red Dead Redemption 2 (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)

Salah satu ciri khas Dutch adalah kemampuannya memanipulasi lewat kata-kata. Ia sering menyamarkan tindakan kejamnya di balik alasan moral seperti “kebebasan” atau “keadilan”. Dalam banyak dialog, Dutch menyebut pembunuhan dan pencurian sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem yang korup, padahal tujuannya makin lama makin egois dan tak jelas.

3. Arthur dan Hosea sadar lebih dulu akan perubahan Dutch

cuplikan game Red Dead Redemption 2
cuplikan game Red Dead Redemption 2 (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)

Arthur Morgan dan Hosea Matthews adalah dua orang yang paling lama mengenal Dutch. Mereka juga yang paling cepat menyadari, pemimpinnya sudah berubah. Hosea berulang kali mengingatkan Arthur untuk berpikir sendiri dan tidak lagi mengikuti perintah Dutch secara buta. Arthur sendiri menulis dalam jurnalnya, Dutch bukan lagi sosok yang dulu ia hormati, melainkan seseorang yang mulai kehilangan arah dan empati.

4. Mulai paranoid dan merasa dikhianati semua orang

cuplikan game Red Dead Redemption 2
cuplikan game Red Dead Redemption 2 (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)

Menjelang akhir permainan, paranoia Dutch makin terlihat jelas. Ia menuduh anggota gengnya berkhianat tanpa bukti, terutama ketika Micah Bell mulai mengambil alih kepercayaannya. Sikap curiganya bahkan membuat Dutch menembak orang-orang yang dulu ia anggap keluarga, seperti Arthur dan John Marston. Paranoia itu menjadi bukti, delusi Dutch sudah sepenuhnya menguasai pikirannya.

5. Hubungan Dutch dan Molly yang tidak seimbang

cuplikan game Red Dead Redemption 2
cuplikan game Red Dead Redemption 2 (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)

Hubungan antara Dutch dan Molly O’Shea juga memperlihatkan sisi manipulatif dan posesif dari kepribadiannya. Molly jauh lebih muda dari Dutch. Sepanjang permainan, ia terlihat tertekan karena sering diabaikan, bahkan dimarahi ketika berusaha mencari perhatian. Perbedaan usia yang besar dan posisi kekuasaan Dutch sebagai pemimpin geng membuat hubungan itu terasa tidak setara. Lebih mirip dominasi daripada cinta.

6. Akhir hidupnya jadi simbol kehancuran idealisme

cuplikan game Red Dead Redemption 2
cuplikan game Red Dead Redemption 2 (dok. Rockstar/Red Dead Redemption 2)

Pada akhirnya, semua yang Dutch perjuangkan hancur karena dirinya sendiri. Tidak ada “kebebasan”, tidak ada “tanah impian”, hanya sisa-sisa kehancuran dari geng yang dulu ia bangun. Dalam momen terakhirnya di Red Dead Redemption (2010), Dutch sadar ia sudah kehilangan segalanya, lalu memilih jalan tragis dengan mengakhiri hidupnya. Delusi yang dulu membuatnya karismatik kini menjadi kutukan yang menenggelamkannya.

Kisah Dutch van der Linde menunjukkan bagaimana ambisi yang dibungkus idealisme bisa berubah jadi delusi berbahaya. Ia memulai dengan niat membebaskan orang dari sistem yang menindas, tapi akhirnya malah menjerumuskan semua orang yang mempercayainya. Dutch bukan sekadar penjahat atau pemimpin gagal, melainkan juga simbol dari manusia yang tak mampu berdamai dengan perubahan, hingga akhirnya terjebak dalam kebohongan yang ia ciptakan sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Tech

See More

Giladrakor Ilegal, Ini 5 Platform Nonton Drakor Terlengkap

16 Okt 2025, 20:45 WIBTech