Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Penyebab RRQ Kalah Lawan ONIC di Final MPL ID S15

RRQ menjadi runner-up MPL ID S15 (instagram.com/mpl.id.official)
Intinya sih...
  • RRQ kalah dari segi draft, terlalu monoton dan sudah terbaca oleh ONIC
  • Tidak respect ban Sanz menjadi bumerang pembalik keadaan
  • Terlalu banyak blunder akibat permainan yang agresif

Setelah beberapa bulan berlangsung, MPL Indonesia Season 15 (MPL ID S15) akhirnya berakhir. Kompetisi ini ditutup dengan Royal Derby antara RRQ Hoshi (RRQ) dan ONIC Esports (ONIC). Berlangsung sengit dan dramatis, pertandingan grand final tersebut akhirnya dimenangkan oleh ONIC dengan skor tipis, 4-3.

Meski kalah, RRQ sebenarnya memberikan perlawanan yang sangat sengit. Bahkan, mereka nyaris menang kalau saja ONIC tidak epic comeback pada game keenam. Lantas, apa saja faktor utama penyebab kekalahan RRQ? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!

1. RRQ kalah dari segi draft, terlalu monoton dan sudah terbaca oleh ONIC

daftar draft hero ONIC (kiri) dan RRQ (kanan) (liquipedia.net)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa draft adalah faktor terbesar dalam menentukan kemenangan. Sebenarnya, draft RRQ tidaklah buruk. Hanya saja, ia dapat di counter oleh ONIC yang lebih kreatif menyusun jajaran hero-nya.

Baxia, Granger, dan Yve nyaris menjadi mainstay di line up RRQ. Meski dimainkan dengan bagus, itu membuat gameplay mereka mudah terbaca dan bisa di-counter oleh ONIC. Sementara, ONIC mengeluarkan kejutan-kejutan, seperti saat Savero memilih Wanwan dan Claude setelah dua kali didominasi Toyy dengan Granger.

Melawan tim lain, mungkin draft RRQ terbilang kuat karena memiliki banyak hero META. Namun, saat melawan draft dari coach Yeb yang selalu kreatif, sepertinya mereka butuh lebih banyak kejutan. Mereka tidak belajar dari kekalahan sebelumnya pada Final Upper Bracket.

2. Tidak respect ban Sanz menjadi bumerang pembalik keadaan

Sanz menjadi Finals MVP berkat hero powernya yang dilepas (youtube.com/MPL Indonesia)

Coach RRQ, Khezcute, memang punya kepercayaan tinggi pada punggawa RRQ. Pasalnya, ia beberapa kali melepaskan hero power ONIC. Padahal, respect ban adalah hal yang selalu dilakukan oleh ONIC. Pada laga kali ini, ONIC juga respect ban Yi Shun-shin. Sementara, RRQ sama sekali tidak mempertimbangkan Pharsa, salah satu hero andalan Sanz. Padahal, dalam 4 game yang dimenangkan ONIC, 3 di antaranya didapatkan dengan dukungan midlaner Pharsa.

RRQ terlalu fokus untuk mengunci Luo Yi dan Fanny sehingga mereka mengabaikan potensi Pharsa di tangannya. Omong-omong, berkat Pharsa, Sanz menjadi Finals MVP pada MPL ID S15. Melepaskan hero seperti Badang dan Alpha mungkin akan lebih bijak.

Sementara, pada game terakhir, Khezcute melepaskan semua hero berbahaya dari ONIC. Karena coach Khezcute tidak rescpect ban Chou (Kiboy) yang sempat merepotkan pada game ke-6, dan juga melepaskan Cici yang di respect ban dalam 6 game sebelumnya, ONIC menang mudah pada game terakhir. Mereka menang dengan selisih gold mencapai 13 ribu. Sebenarnya, memang susah untuk ban hero ONIC. Sebab, hero pool mereka cukup luas.

3. Terlalu banyak blunder akibat permainan yang agresif

Dyrennn overcommit hingga terkepung (youtube.com/MPL Indonesia)

Kekalahan di dua game terakhir menjadi bukti bahwa RRQ tidak belajar dari kekalahan sebelumnya. Mereka masih bermain agresif yang mengakibatkan counter set up brutal dari ONIC. Game ke-6 adalah bukti nyatanya. Mereka tinggal selangkah lagi mengakhiri pertandingan dengan kemenangan, tetapi blunder demi blunder akhirnya tercipta akibat permainan gegabah RRQ. Momen, Benedetta (Dyrennn) yang dipancing Sanz hingga ke base ONIC, Baxia (Sutsujin) yang terhimpit akibat sandwitch gaming, serta beberapa momen team fight gegabah dari RRQ seolah deja vu dari final Upper Bracket. Apakah ambisi kemenangan mempengaruhi performa RRQ?

4. Pemain RRQ mentalnya down saat under pressure

RRQ benar-benar tak berdaya pada game terakhir (youtube.com/MPL Indonesia)

Kenapa ONIC sering epic comeback meski tertinggal jauh? Itu karena mereka memiliki mentalitas juara. ONIC selalu tenang meski digempur habis-habisan. Itulah mengapa mereka sangat solid.

Sementara, RRQ selalu down ketika sedang under. Ini terlihat pada game ke-2 dan game terakhir. Mereka tidak bisa reset secepat pemain ONIC. Sebenarnya, ini bukan kali pertama. Penggawa RRQ sering down pada grand final MPL ID sehingga mereka kerap takluk di posisi runner-up. Mereka kemungkinan juga terbebani dengan ekspektasi penggemar dan manajemen yang berharap mereka bisa memecahkan runner-up berturut-turut yang selama ini menghantui.

Kekalahan RRQ di grand final ini memang jadi pukulan keras. Namun, mereka masih dapat kesempatan untuk menemani ONIC ke Esports World Cup 2025 di Riyadh, Arab Saudi. Bahkan, mereka masih ada kesempatan membalas kekalahan sekaligus merebut piala ajang kompetisi kelas dunia tersebut. Yuk, terus beri dukungan dan semangat agar RRQ bisa bangkit lebih kuat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us